2 cm
|
PRODUKSI TERNAK POTONG DAN KERJA
Oleh:
1 cm
|
2 cm
|
2,25 cm
2,5 cm
PROGRAM STUDI S1-PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
1 cm
|
LEMBAR PENGESAHAN
Nama :
NIM :
Kelas :
Kelompok : VI (Enam)
Tanggal
Pengesahan : April 2015
Menyetujui,
Koordinator Kelas
Produksi Ternak Potong dan Kerja
Novita Alvita Sarie
NIM. 23010111130146
|
Asisten Pembimbing
Dian Purnomo
NIM. 23010112130095
|
Ketua Laboratorium
Produksi Ternak Potong dan Perah
Prof. Ir. Agung Purnomoadi, M.Sc., Ph.D.
NIP. 19630504 198703 1 003
|
Koordinator Umum
Produksi Ternak Potong dan Kerja
Prasetia Ramadansyah
NIM. 23010112140341
|
No
|
Hasil Praktikum
|
Pembahasan
|
Keterangan
|
1
|
Analisis Bahan
Kering Pakan
Konsentrat : 83,98%
Rumput Lapang : 30%
|
Berdasarkan hasil praktikum
mengenai analisis bahan kering pakan diperoleh hasil bahwa kadar bahan kering
pakan konsentrat adalah 83,98% dan kandungan bahan kering pada rumput lapang
adalah 30%. Kadar BK rumput lapang dan konsentrat tersebut lebih tinggi
karena menurut standar kadar BK rumput lapang 24,4% sedangkan konsentrat 85,84%.
Hal ini sesuai dengan pendapat Purbowati et
al. (2004) yang menyatakan bahwa konsentrat yang terbuat dari limbah
pertanian mengandung serat kasar tinggi dan kandungan bahan karing sebesar
85,84%. Ditambahkan oleh pendapat Nurdiati
(2012) yang menyatakan bahwa rumput lapang merupakan rumput yang tumbuh
secara alami terdiri dari berbagai macam rumput lokal dengan daya produksi
tinggi, kandungan nutriennya rendah dan kadar bahan keringnya sebesar 24,4%. Nilai BK rumput lapang tergolong tinggi sedangkan
nilai BK konsentrat tergolong rendah. Konsumsi BK merupakan salah satu faktor
yang menentukan produktivitas ternak dan dasar untuk memenuhi hidup pokok
ternak. Menurut Siregar (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi
konsumsi
BK adalah bangsa, jenis ternak, umur, palatabilitas pakan dan
kondisi ternak.
|
Lampiran No. 1
|
2
|
Pertumbuhan dan Perkembangan
·
Bobot Awal : 208,5 kg
·
Bobot Akhir : 211 kg
·
PBBH : 0,36 kg
|
Berdasarkan
hasil praktikum diperoleh hasil bahwa PBBH Sapi
1 yaitu 0,36 kg. Hasil tersebut lebih rendah dari PBBH target yaitu 0,5 kg. Hal ini sesuai
dengan pendapat Siregar (2007) yang menyatakan bahwa PBBH sapi
PO sekitar 0,3 - 0,7 kg. Penyebab rendahnya PBBH yang
dihasilkan dari PBBH target adalah beberapa faktor dintaranya genotip, jenis kelamin, hormon dan kastrasi. Carvalho et al. (2010) menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan bobot badan sapi antara lain genotip, jenis
|
Lampiran No. 4
|
No
|
Hasil
Praktikum
|
Pembahasan
|
Keterangan
|
|
|
kelamin, hormon serta kastrasi. Faktor lain
yang mempengaruhi yaitu jenis, komposisi kimia serta
konsumsi pakan juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan.
|
|
3
|
Pengamatan
Fisiologi Ternak
·
Suhu Rektal : 38,050C
·
Denyut Nadi : 66 kali/menit
·
Frekuensi : 24 kali/menit
Nafas
|
Berdasarkan hasil praktikum
diperoleh suhu rektal sapi 1 yaitu 38,050C, denyut nadi 66 kali/ menit
dan frekuensi nafas 24 kali/menit. Keadaan ini sesuai normal suhu
rektal yaitu 380C, denyut nadi 60 - 70
kali/menit dan frekuensi nafas 20 kali/ menit. Hal ini sesuai dengan pendapat
Yani dan Purwanto (2006) bahwa kisaran suhu tubuh normal pada sapi adalah 38
– 39,60C dengan suhu kritis 400C, kisaran normal
denyut nadi untuk sapi
adalah 60 - 70 kali/menit dan rata- rata frekuensi nafas tiap
menit dalam keadaan istirahat adalah 20 kali. Suhu serta
kelembaban udara merupakan dua faktor penting dalam iklim yang
dapat mempengaruhi produksi sapi. Menurut Alfian (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi frekuensi nafas, denyut nadi, dan suhu rektal meliputi jenis ternak, bangsa,
individu, umur, jenis kelamin dan kondisi ternak, serta faktor eksternal
antara lain lingkungan, aktivitas dan tekanan (stress)
serta suhu sekitar.
|
Lampiran No. 8
|
No.
|
Hasil Praktikum
|
Pembahasan
|
Keterangan
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
4
|
Pengamatan
Fisiologi Lingkungan
Di Dalam Kandang
Di Luar Kandang
|
Berdasarkan
hasil praktikum pada pengamatan fisiologi lingkungan diperoleh
hasil bahwa rata-rata suhu di dalam kandang adalah 29,20°C
dengan kelembaban 68,68% dan suhu diluar kandang yaitu 27,19°C
dengan kelembaban 69,21%. Kondisi tersebut sesuai standar temperatur dan
kelembaban ideal bagi ternak yaitu 22 - 30oC serta kelembaban 40 - 80%. Hal ini sesuai dengan pendapat Palulungan
et al. (2013) yang
menyatakan bahwa suhu di luar kandang bekisar antara 27 – 34°C, sedangkan rata-rata kelembaban normal antara 75 – 95%. Sapi potong
dapat tumbuh optimal di daerah dengan kisaran suhu
10 - 27ºC dan kelembaban yang ideal 60 - 80%. Menurut Panjono (2009) faktor yang mempengaruhi kondisi
fisiologis ternak adalah suhu udara serta kelembaban di dalam dan diluar
kandang.
|
Lampiran No. 9
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
5
|
Evaluasi
Pemberian Pakan
·
PBBH : 0,36 kg
·
Konsumsi total BK : 5,08 kg/hari
·
Konversi Pakan :
14,11
·
Efisiensi Pakan :
7,09 %
|
Konversi pakan adalah perbandingan atau rasio antara jumlah pakan yang dikonsumsi oleh
ternak dengan pertambahan bobot badan yang dihasilkan oleh ternak tersebut. Efisiensi pakan adalah perbandingan unit pakan
yang dikonsumsi dengan unit produk yang dihasilkan. Berdasarkan
hasil praktikum konversi pakan sapi 1 yaitu 14,11 dan efisiensi pakan 7,09%.
Sedangkan konsumsi BK total 5,08 kg/hari. Hasil tersebut sesuai dengan
standar
normal yaitu konversi pakan yang baik untuk sapi adalah 8 – 14 sedangkan nilai efisiensi pakan yang baik untuk sapi
adalah sekitar 7,02 - 11,29% dan komsumsi
BK total 3,67 kg. Hal ini
sesuai dengan pendapat Siregar (2007) menyatakan bahwa konversi pakan yang baik untuk sapi adalah 8,56 - 14,29 dengan penggunaan efisiensi pakan
ideal 7,02 – 11,29% dan konsumsi BK total 3,67 kg. Kesediaan
nutrien dalam ransum, kesehatan ternak serta jumlah
pakan
|
Lampiran No. 6
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
No
|
Hasil
Praktikum
|
Pembahasan
|
Keterangan
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
yang dikonsumsi oleh ternak juga berpengaruh terhadap
konversi pakan. Menurut Zainal (2002)
menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi konversi pakan adalah kondisi ternak, daya cerna, dan jenis kelamin. Apabila nilai efisiensi pakan semakin baik
maka PBB yang didapatkan juga akan semakin tinggi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Purbowati et
al. (2005) yang menyatakan bahwa efisiensi pakan dipengaruhi
oleh kualitas pakan, konsumsi pakan, faktor lingkungan, daya cerna ternak, kecukupan zat pakan untuk hidup pokok, pertumbuhan dan fungsi tubuh
serta jenis pakan yang akan digunakan. Semakin
tinggi bobot badan suatu ternak maka konsumsi pakan atau konsumsi BK pakan
juga semakin tinggi. Purbowati et al. (2004) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi konsumsi BK
total adalah spesies dari ternak tersebut, umur ternak, keragaman antar
individu ternak.
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
6.
|
Daya Cerna
·
Bobot Feses dalam BK : 2,21 kg
·
Hasil Daya Cerna : 56,49 %
|
Daya cerna adalah kemampuan suatu ternak dalam mengkonsumsi nutrisi dalam
pakan. Berdasarkan praktikum yang telah dilakuan diperoleh
hasil bahwa
daya cerna sapi 1 sebesar 56,49%. Lebih rendah dari
standar yaitu 72,70%. Rianto et al.
(2007) menyatakan bahwa sapi PO memiliki tingkat kecernaan sebesar
72,70% dengan konsumsi BK tercerna pada sapi PO adalah 3,647 gr/hari. Ketidaksesuaian
ini akibat dari faktor komposisi pemberian konsentrat. Hal ini sesuai dengan
pendapat Kaddang (2008) yang menyatakan bahwa peningkatan daya cerna yang terjadi akibat penambahan
jumlah pemberian konsentrat karena konsentrat dapat merangsang pertumbuhan
mikroba rumen sehingga aktivitas pencernaan fermentatif lebih meningkat,
|
Lampiran No. 7
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
No
|
Hasil
Praktikum
|
Pembahasan
|
Keterangan
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
sehingga makin banyak bahan kering
ransum yang dapat dicerna. Menurut Winarni (2008) faktor yang mempengaruhi kecernaan pakan yaitu
bentuk fisik dari bahan pakan,
konsumsi ransum, dan laju perjalanan bahan pakan melalui saluran pencernaan.
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
7
|
Feed Cost per Gain
·
Konsumsi Segar
- Hijauan : 12,47 kg
- Konsentrat : 1,61 kg
·
Harga Hijauan :Rp.300,0/ kg
·
Harga Konsentrat :Rp.1.850,00/kg
·
Biaya Pakan : Rp.7.293,00/hari
·
Hasil FC/G : Rp.20.258,00/kg
|
Berdasarkan praktikum diperoleh hasil bahwa feed cost per gain merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
meningkatkan pertambahan bobot badan. Jadi untuk menaikkan 1 kg bobot badan sapi 1
memerlukan biaya sekitar Rp. 20.258,00/kg. Nilai Feed cost per gain tersebut lebih tinggi dari standar yaitu Rp 12.949,65. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurdiati et al. (2012) yang
menyatakan bahwa nilai FC / G yang terbaik
adalah Rp 12.949,65. Feed cost per gain yang semakin
tinggi akan menyebabkan tingginya nilai PBBH dan nilai efisiensi pakan.
Menurut Carvalho et al. (2010)
pemberian pakan dengan kualitas yang tinggi akan meningkatkan konsumsi pakan,
pertambahan
bobot badan, efisiensi
pakan, persentase karkas dan lemak serta dapat juga menurunkan biaya pakan
yang sudah dikeluarkan pada setiap pertambahan bobot badan.
|
Lampiran No. 7
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
8
|
Evaluasi
Perkandangan
·
Tipe Kandang : Konvensional
·
Cara Penempatan Ternak
: Tail to tail
|
Berdasarkan
praktikum diperoleh hasil bahwa tipe kandang yang digunakan yaitu tipe
kandang konvensional dengan posisi ternak saling membelakangi atau antara
ekor dengan ekor saling berhadapan.
Kelebihan penempatan dalam tail to
tail adalah
mempermudah dalam pembersihan kandang. Sedangkan kekurangan penempatan dalam tail to tail adalah biasanya terjadi rebutan pakan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Saqifah et al. (2010)
kelebihan penempatan ternak secara tail
to tail yaitu memudahkan
dalam
|
Lampiran No. 11
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
No
|
Hasil
Praktikum
|
Pembahasan
|
Keterangan
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
pembersihan kandang, meminimalisir
terjadinya penularan penyakit, dan memudahkan pengamatan pada ternak birahi. Selain tail
to tail cara penempatan ternak dalam tipe kandang konvensional adalah head to head yaitu penempatan ternak
yang saling berhadapan. Kelebihan penempatan ternak secara head to head yaitu memudahkan dalam
pemberian pakan jika hanya satu orang peternak karena peternak tidak perlu
keluar kandang dan mengelilinginya terlebih dahulu. Kandang bukan hanya berfungsi sebagai tempat tinggal untuk
ternak, tetapi kandang juga harus dapat memberikan perlindungan dari segala
aspek yang dapat mengganggu ternak, Zainal (2002) menyatakan
bahwa selain untuk melindungi ternak dari terik matahari, hujan, angin kencang
serta gangguan binatang buas kandang juga diharapkan dapat
membantu
memacu pertumbuhan sapi, karena sapi memiliki ruang gerak
yang terbatas sehingga hampir semua energi yang diperoleh digunakan untuk
hidup pokok dan produksi.
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
9
|
Carrying Capacity
·
Produksi
Lahan per Tahun : 1.113.200 kg BS
·
Produksi
Lahan per Hari : 3.050 kg BS
·
Produksi per Hari
dalam BK : 915 kg BS
·
Hasil CC : 260,68 ekor
·
UT
: 521 ekor
|
Carrying capacity adalah kemampuan suatu lahan dalam menghasilkan
hijauan pakan ternak yang dibutuhkan oleh ternak dalam luasan satu hektar. Berdasarkan praktikum diperoleh
hasil bahwa carrying capacity dari lahan yang
digunakan yaitu 260,68 ekor dengan produksi lahan per tahun
sebanyak 1.113.200 kg BS. Hal ini sesuai dengan pendapat Alfian et al. (2012) yang menyatakan bahwa kapasitas tampung (carrying capacity) adalah kemampuan suatu lahan dalam menghasilkan hijauan pakan ternak yang
dibutuhkan oleh ternak dalam luasan satu hektar untuk mencukupi kebutuhan
hijaun dalam satu tahun. Ditambahkan
oleh pendapat Rusdin et al. (2009) yang menyatakan
|
Lampiran No. 10
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
No
|
Hasil Praktikum
|
Pembahasan
|
Keterangan
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
bahwa padang penggembalaan yang
produktif dapat memenuhi kebutuhan ternak dengan daya tampung minimal sebesar
2,5 UT/ ha/tahun. Menurut Panjono et al. (2009) menyatakan bahwa faktor
yang mempengaruhi produksi hijauan di daerah tropis adalah pertukaran musim
sehingga produksi yang optimal tidak dapat berkesinambungan.
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Alfian,Y. 2012. Analisis daya tampung ternak ruminansia pada musim kemarau di daerah pertanian lahan kering kecamatan semin kabupaten gunung kidul. Tropical Animal Husbandry. 1 (1) : 33 - 42.
Carvalho, M., C.
Soeparno dan Ngadiyono. 2010. Pertumbuhan dan produksi karkas sapi peranakan Ongole
dan simental peranakan ongole jantan yang dipelihara
secaran feedlot. Buletin Peternakan Fakultas
Peternakan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. 34 (1): 38 - 46.
Kaddang, Y. M. A. 2008. Pengaruh tingkat pemberian konsentrat terhadap daya cerna bahan
kering dan protein kasar ransum pada sapi bali jantan yang mendapatkan rumput raja
ad-libitum. Jurnal Agroland. 15 : 343 - 348.
Nurdiati, K., E. Handayana, dan Lutojo. 2012. Efisiensi produksi sapi potong pada musim
kemarau di peternakan Ongole (po) jantan pada berbagai bobot
hidup. Fakultas Peternakan, Kampus Baru Tembalang. Tropical Animal Husbandry. 1 (1) : 52 – 58.
Palulungan, J. A., Adiarto dan Hartatik.T. 2013. Pengaruh kombinasi pengkabutan dan kipas angin terhadap kondisi fisiologis
sapi perah Peranakan Friesian Holstein. Buletin Peternakan. 37 (3) : 189 -
197.
Panjono, W., P. Budi., S.
Bambang dan B. Endang. 2009. Pengaruh penjemuran terhadap kenyamanan dan kinerja
produksi sapi peranakan
Ongole. Fakultas Peternakan, Universitas
Gadjah Mada. Buletin Peternakan. 33 (1): 17 - 22.
Purbowati, E., E. Baliarti dan S. P. S. Budhi. 2004. Feed cost per gain domba yang digemukkan secara feedlotdengan
pakan dasar jerami padi dan level konsentrat berbeda. Seminar Nasional Sistem Integrasi
Tanaman-Ternak : 169 - 174.
Rianto, E., M.
Wulandari dan R. Adiwinarti. 2007. Pemanfaatan
protein pada sapi jantan peranakan ongole dan peranakan friesian holstein yang
mendapatpakan rumput gajah, ampas tahu dan singkong. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner :
64 - 70.
Rusdin, M. I., Mustaring., P. Sri., A. I. Atik dan
U. D. Sri. 2009. Studi potensi kawasan lore tengah untuk pengembangan
sapi potong. 2 (2) : 94 –
103.
Saqifah. N., E. Rianto dan E. Purbowati. 2010. Pengaruh ampas terhadap
pakan konsentrat dalam konsentrasi VFA dan NH3 cairan rumen untuk
mendukung pertumbuhan sapi Peranakan Ongole. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan veteriner. Semarang.
Siregar, B.S. 2007. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Winarni.
2008. Pengaruh substitusi rumput raja dengan limbah media
tanam jamur merang (Volvariella volvaceae) terhadap kecernaan pakan
pada pedet Peranakan Friesian Holstein jantan. Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret. Surakarta. (Skripsi)
Yani, A dan B.P. Purwanto. 2006. Pengaruh iklim mikro terhadap respons fisiologis sapi peranakan fries
holland dan modifikasi lingkungan untuk meningkatkan produktivitasnya. Media
Peternakan. 29 (1) : 35 - 46.
Zainal, A. 2002. Penggemukan Sapi Potong. PT. Agromedia
Pustaka, Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Analisis Bahan Kering Pakan
A. Data Hijauan
No
|
Berat Loyang
(g)
|
Berat hijauan
sebelum dioven
|
Berat loyang + sampel setelah
dioven
|
------------------------------------------------------------------ (g)
----------------------------------------------------------------------------------------------
|
|||
1
2
|
30,053
19,11
|
10,005
10,003
|
32,804
22,360
|
Perhitungan Kandungan BK Hijauan :
Rumus :
Berat
Loyang dan Hijauan Setelah dioven – Berat Loyang Sebelum dioven x 100%
Berat Loyang
BK I =
x 100 %
= 27,49 %
BK II =
x 100 %
= 32,49%
BK
rata-rata =
= 30,15%
Lampiran 1.
Lampiran 1.
B. Data Konsentrat
No
|
Berat Loyang
(g)
|
Berat hijauan
sebelum dioven
|
Berat loyang + sampel setelah
dioven
|
------------------------------------------------------------------ (g)
----------------------------------------------------------------------------------------------
|
|||
1
2
|
1,406
1,318
|
10,004
10,004
|
9,795
9,732
|
Perhitungan Kandungan BK Konsentrat :
Rumus :
Berat
Loyang dan Hijauan Setelah dioven – Berat Loyang Sebelum dioven x 100%
Berat Loyang
Konsentrat I =
= 83.86%
Konsentart II =
x 100 %
= 84,10%
BK Rata-rata =
= 83,98%
Lampiran 2.
Perhitungan Kebutuhan Pakan
Nomor
sapi = 1
Bobot
sapi = 208,5 kg
PBBH Target =
0,5 kg
Kebutuhan BK
BB
|
PBBH
|
Keb. BK
|
200
|
0,5
|
5,2
|
208,75
|
0,5
|
5,375
|
250
|
0,5
|
6,2
|
Sumber : Kearl (.......)
Perhitungan Kebutuhan BK Pakan =
Perbandingan
Pemberian Hijauan dan Konsentrat = 70% : 30%
Perhitungan Kebutuhan Hijauan dan Konsentrat
- Hijauan =
Pemberian Hijauan =
= 3,76 kg BK
BS Hijauan =
= 12,47 kg
- Konsentrat =
Pemberian Konsentar =
= 1,61 kg BK
BS Konsentat =
= 1,92 kg
Lampiran 3. Konsumsi Pakan
Data Pemberian, Sisa dan Konsumsi pakan
Tanggal
|
Penimbangan
|
Pemberiaan
|
Sisa pakan
|
Konsumsi
|
||||||||||
Hijauan
|
Konsentrat
|
Hijauan
|
Konsentrat
|
Hijauan
|
Konsentrat
|
|||||||||
|
--------------------------------------------------------- (kg)
----------------------------------------------------------------
|
|||||||||||||
5 April 2015
|
Pagi
|
6,24
|
0,96
|
-
|
0,10
|
6,24
|
0,86
|
|||||||
|
Sore
|
6,24
|
0,96
|
-
|
0,05
|
6,24
|
0,91
|
|||||||
6 April 2015
|
Pagi
|
6,24
|
0,96
|
0,06
|
0,04
|
6,18
|
0,92
|
|||||||
|
Sore
|
6,24
|
0,96
|
0,04
|
0,06
|
6,20
|
0,90
|
|||||||
7 April 2015
|
Pagi
|
6,24
|
0,96
|
0,04
|
-
|
6,20
|
0,96
|
|||||||
|
Sore
|
6,24
|
0,96
|
-
|
-
|
6,24
|
0,96
|
|||||||
8 April 2015
|
Pagi
|
6,24
|
0,96
|
-
|
0,04
|
6,24
|
0,92
|
|||||||
|
Sore
|
6,24
|
0,96
|
-
|
0,04
|
6,24
|
0,92
|
|||||||
9 April 2015
|
Pagi
|
6,24
|
0,96
|
-
|
0,04
|
6,24
|
0,92
|
|||||||
|
Sore
|
6,24
|
0,96
|
-
|
-
|
6,24
|
0,96
|
|||||||
10 April 2015
|
Pagi
|
6,24
|
0,96
|
0,28
|
-
|
5,96
|
0,96
|
|||||||
|
Sore
|
6,24
|
0,96
|
-
|
-
|
6,24
|
0,96
|
|||||||
11 April 2015
|
Pagi
|
6,24
|
0,96
|
-
|
-
|
6,24
|
0,96
|
|||||||
|
Sore
|
6,24
|
0,96
|
-
|
-
|
6,24
|
0,96
|
|||||||
Total
|
|
43,68
|
6,72
|
0,42
|
0,37
|
86,94
|
13,07
|
|||||||
Rata-rata 11,70 1,87
|
|
6,24
|
0,96
|
0,03
|
0,03
|
6,21
|
0.93
|
|||||||
Perhitungan Konsumsi BK Pakan
Konsumsi Hijauan Segar =
= 11,70 kg
Konsumsi Hijauan BK =
x konsumsi
segar
=
x 11,70 =
3,52 kg
Konsumsi Konsentrat Segar =
= 1,87 kg
Konsumsi Konsentrat BK =
x konsumsi segar
=
x 1,87 = 1,57
Konsumsi BK Pakan Total :
Konsumsi BK Hijauan + Konsumsi BK Konsentrat
= 3,52 + 1,57 = 5,09 kg
Lampiran 4. Perhitungan
PBBH
Data Bobot Badan Ternak
|
|
||
Tanggal
|
Bobot Awal
(Kg)
|
Tanggal
|
Bobot Akhir
(Kg)
|
5 April 2015
|
209
|
12 April 2015
|
210
|
208
|
212
|
||
Rata – rata
|
208,5
|
|
211
|
Perhitungan PBBH
(Pertambahan Bobot Badan Harian)
Bobot badan awal = 208,5
Kg
Bobot badan akhir = 211 Kg
Lama pemeliharaan = 7
Hari
PBBH =
=
= 0,36 kg/hari
Lampiran 5. Perhitungan BK Feses
Lampiran 5. Perhitungan BK Feses
Data
Feses
No
|
Berat Loyang
|
Berat feses
sebelum dioven
|
Berat loyang + feses setelah
dioven
|
|
----------------------------------------------------------------------- (g)
-------------------------------------------------------------------------------------------
|
||
1
|
4,17
|
10,005
|
6,151
|
2
|
3,440
|
10,008
|
5,422
|
Perhitungan Kandungan BK Feses :
Jumlah Feses Segar =
12,23 Kg
Perhitungan Jumlah Feses dalam BK :
BK feses I =
x 100%
=
x 100%
= 16,331
%
BK feses II =
x 100%
=
x 100%
= 19,804
%
BK feses rata – rata =
=
= 18,068 %
Rumus :
Kandungan BK Feses x Jumlah Feses Segar
Jumlah feses dalam BK =
x
12,23 kg
=
2,21 kg
Lampiran 6. Perhitungan Evaluasi Pakan
BB awal = 208,5 Kg
BB akhir = 211 Kg
Lama pemeliharaan = 7 hari
BB rata-rata =
208,75 kg
PBBH =
0,36
Kg
Kebutuhan Pakan Sesuai Hasil Praktikum
BB (kg)
|
PBBH (kg)
|
Kebutuhan BK
|
200
|
0,5
|
5,2
|
208,75
|
0,5
|
5,375
|
250
|
0,5
|
6,2
|
Perhitungan :
Evaluasi Kecukupan BK Pakan =
Konsumsi BK Total = 5,09 kg
Kebutuhan
BK Interpolasi :
8,75 =
50x – 260
268,75 =
50x
x = 5,375
Ketercukupan
BK = Konsumsi BK Total – Kebutuhan BK Interpolasi
=
5,09 – 5,375
=
- 0,285
Kesimpulan : Target PBBH 0,5. Namun pada sapi 1 tidak mampu
mencapai target yaitu 0,36 kg sehingga dapat disimpulkan bahwa pakan yang
diberikan tidak sepenuhnya tercerna oleh ternak.
Lampiran 7. Perhitungan Konversi Pakan, Efisiensi, Daya Cerna dan Feed Cost per Gain
Lampiran 7. Perhitungan Konversi Pakan, Efisiensi, Daya Cerna dan Feed Cost per Gain
Konsumsi BK Total = 5,09 kg
PBBH = 0,36
A.
Konversi Pakan =
=
= 14,14
Artinya : Dibutuhkan 14,14
kg untuk menaikkan bobot badan sapi dari berat awal 208,5 kg menjadi berat
akhir 211 kg.
B.
Efisiensi Pakan (%) =
=
x 100
%
=
7,07 %
Artinya : Pertambahan
bobot badan awal 208,5 kg menjadi bobot akhir 211 kg dengan diberikan pakan
sebesar 5,09 kg BK menghasilkan efisiensi pakan sebesar 7,07 %.
Jumlah BK
Feses (kg) = 18,06
kg
C.
Daya
Cerna (%) =
=
x
100 %
= 56,58 %
= 56,58 %
Artinya : nutrisi
pakan yang tercerna dalam tubuh ternak sebesar 56,58 %.
D. Feed
Cost per Gain
Harga Hijauan (Rp) = Rp.
300,00/kg
Harga Konsentrat (Rp) = Rp. 1.850,00/kg
Konsumsi Hijauan (Rp) = 12,47
kg x Rp. 300,00 = Rp 3.741,00
Konsumsi
Konsentrat (Rp) = 1,92 kg x Rp 1.850,00 = Rp. 3.552
Lampiran
7.
Artinya : Dibutuhkan uang sebesar Rp.20.258,00 dalam satu
hari untuk mecapai PBBH 0,36 kg.
Lampiran 8. Fisiologis Ternak
A. Hasil Pengukuran Suhu
Rektal Ternak
Tanggal
|
Jam
|
Pengukuran
|
Suhu (0C)
|
Rata-rata (0C)
|
10 April 2015
|
06.00
|
1
|
37,6
|
37,7
|
2
|
37,8
|
|||
12.00
|
1
|
37,9
|
37,85
|
|
2
|
37,8
|
|||
18.00
|
1
|
38,6
|
38,65
|
|
2
|
38,7
|
|||
24.00
|
1
|
38,1
|
38,05
|
|
2
|
38
|
B. Hasil Pengukuran
Frekuensi Nafas Ternak
Tanggal
|
Jam
|
Pengukuran
|
Frekuensi nafas (kali/menit)
|
Rata-rata (kali/menit)
|
10 April 2015
|
06.00
|
1
|
24
|
23
|
2
|
22
|
|||
12.00
|
1
|
31
|
29
|
|
2
|
27
|
|||
18.00
|
1
|
24
|
24
|
|
2
|
24
|
|||
24.00
|
1
|
20
|
19
|
|
2
|
18
|
Lampiran 8.
(Lanjutan)
C. Hasil Pengukuran
Denyut Nadi Ternak
Tanggal
|
Jam
|
Pengukuran
|
Denyut nadi (kali/menit)
|
Rata-rata (kali/menit)
|
10 April 2015
|
06.00
|
1
|
66
|
64
|
2
|
62
|
|||
12.00
|
1
|
61
|
63,5
|
|
2
|
66
|
|||
18.00
|
1
|
68
|
66
|
|
2
|
64
|
|||
24.00
|
1
|
72
|
70,5
|
|
2
|
69
|
Lampiran 9. Fisiologis Lingkungan
Hasil Pengukuran Suhu
dan Kelembaban Lingkungan
Tanggal
|
Waktu
|
Di Dalam Kandang
|
Di Luar Kandang
|
||
Suhu (0C)
|
Rh (%)
|
Suhu (0C)
|
Rh (%)
|
||
5 April 2015
|
06.00
|
28
|
72
|
27,8
|
67
|
12.00
|
33
|
58
|
29,6
|
59
|
|
18.00
|
31
|
67
|
28,2
|
72
|
|
21.00
|
29
|
72
|
28,4
|
66
|
|
6 April 2015
|
06.00
|
26,78
|
78
|
26,3
|
77
|
12.00
|
35
|
54
|
26,3
|
77
|
|
18.00
|
28
|
68
|
28,2
|
72
|
|
21.00
|
27
|
77
|
26,3
|
77
|
|
7 April 2015
|
06.00
|
26
|
79
|
26,3
|
77
|
12.00
|
33
|
50
|
28,2
|
77
|
|
18.00
|
26
|
76
|
26,3
|
72
|
|
21.00
|
26
|
79
|
23,6
|
77
|
|
8 April 2015
|
06.00
|
25
|
78
|
23,3
|
84
|
12.00
|
29
|
68
|
31
|
48
|
|
18.00
|
29
|
64
|
25,2
|
75
|
|
21.00
|
28
|
76
|
26
|
64
|
|
9 April 2015
|
06.00
|
25
|
74
|
23,6
|
64
|
12.00
|
34
|
54
|
32,1
|
47
|
|
18.00
|
30
|
68
|
27,5
|
63
|
|
21.00
|
29
|
72
|
28
|
66
|
|
10 April 2015
|
06.00
|
26
|
86
|
23,8
|
79
|
12.00
|
34
|
57
|
31,2
|
55
|
|
18.00
|
31
|
68
|
27,3
|
69
|
|
21.00
|
30
|
72
|
27,4
|
77
|
|
11 April 2015
|
06.00
|
27
|
78
|
25
|
78
|
12.00
|
34
|
54
|
32,1
|
47
|
|
18.00
|
30
|
69
|
28,2
|
72
|
|
21.00
|
28
|
76
|
24,2
|
80
|
|
Rata-rata
|
|
29,36
|
68,89
|
27,50
|
67,54
|
Lampiran 10.
Perhitungan Carrying Capacity
Luas Lahan = 8 ha = 80.000 m2
Sampel 1 = 2,75 kg
Sampel II = 2,35 kg
Sampel III = 2,50 kg
Berat sampel rata-rata =
=
2,53 kg
Produksi lahan =
Berat sampel rata-rata x Luas lahan
=
2,53 kg x 80.000 m2
= 202.400 kg/tahun
=
1.113.200
Produksi lahan per
hari =
=
=
3.049,86 kg
Produksi lahan per hari (BK) = Produksi lahan/hari x % BK Hijauan
=
3.049,86 x
=
919,5 kg
=
=
261,2 ekor
Artinya : Dengan luas lahan 8 ha dapat memenuhui
kebutuhan pakan ternaka sebanyak 261,2 ekor.
Lampiran 11. Denah Perkandangan
Denah Perkandangan :
|
Keterangan :
|
Ilustrasi 1 : Denah Perkandangan Sapi
Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro.
Lampiran 12. Perkandangan
Gambar Kandang :
|
|
A : Kandang Tampak dari Depan. B
: Kandang Tampak dari Samping
Keterangan:
|
|
Keterangan:
|
Lampiran 12. (Lanjutan)
|
|
C : Kandang Tampak dari Belakang. D : Kandang Tampak dari Dalam.
Keterangan:
|
|
Keterangan:
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar