MANAJEMEN PADANG
PENGGEMBALAAN

Disusun Oleh:
Kelompok V
PROGRAM STUDI SI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
Judul : LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN PADANG
PENGGEMBALAAN
Kelompok : V(LIMA )
Fakultas : PETERNAKAN DAN PERTANIAN
Tanggal Pengesahan : DESEMBER 2014
Menyetujui,
Koordinator Asisten
Manajemen Padang
Penggembalaan
![]()
NIM. 23010112130249
|
Asisten Pembimbing
![]() NIM. 23010112130163 |
Mengetahui,
Koordinator Praktikum
Manajemen Padang
Penggembalaan
Ir. Widiyati Slamet, MP. _
NIP. 19540315 198312 2
001
|

KELOMPOK VA.
2014.
Laporan Resmi Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan. (Asisten:Syifi Ulfah).
Praktikum
Manajemen Padang Penggembalaan dengan materi Mengamati Berbagai Macam Padang
Penggembalaan, Mengamati Berbagai Sistem Penggembalaan, Mengestimasi Daya
Tampung Padang Penggembalaan dengan Cuplikan, Analisis Komposisi Botani dan
Menghitung Produksi Rumput Potong dengan Cuplikan dilaksanakan pada hari Rabu,
12 November 2014 pada pukul 09.00-11.00 WIB di lahan Balai Besar Pembibitan
Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak Baturraden, Purwokerto.
Materi dalam Praktikum Manajemen
Padang Penggembalaan meliputi alat potongan bambu ukuran 1 m, kantong plastik,
pisau, tali rafia, sabit, timbangan, gunting,buku dan alat tulis,
sedangkan
bahan yang digunakan adalah rumput gembala, rumput potongan, legum dan gulma
yang berada dalam Balai Besar
Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak Baturraden.
Hasil yang diperoleh dari Praktikum Manajemen Padang
Penggembalaan dengan materi mengamati berbagai macam padang penggembalaan
adalah terdapat tiga macam padang penggembalaan di Balai Besar Pembibitan
Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak Baturraden, Purwokerto yaitu Farm Tegalsari,
Farm Manggala dan Farm Limpakuwus. Hasil yang
diperoleh dari Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan dengan materimengamati
berbagai sistem penggembalaan adalah sistem penggembalaan pada Farm Tegalsari,
Farm Manggala dan Farm Limpakuwus adalah bergilir. Jenis ternak yang
digembalakan adalah
Peranakan
Friesian Holstein (PFH).
Hasil yang diperoleh dari Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan
dengan materi mengestimasi daya tampung padang penggembalaan dengan cuplikan
adalah daya tampung sebesar 0,83 UT/ha/tahun. Hasil yang diperoleh dari Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan
dengan materi analisis komposisi botani adalah persentase komposisi botani padang penggembalaan yang
terdiri dari rumput sebesar 45,85%, leguminosa sebesar 52,18% dan gulma sebesar
1,97%. Hasil yang diperoleh dari Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan
dengan materi menghitung produksi rumput potong dengan cuplikan adalah 716,4 ton/ha/tahun.

![]() |
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang
telah berkenan melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Manajemen Padang
Penggembalaan. Praktikum ini bertujuan agar para mahasiswa dapat mengetahui
lebih luas tentang cara mempertahankan produksi baik kualitas maupun kuantitas
serta keseimbangan berbagai hijauan pakan dalam suatu padang penggembalaan .
Penulis
berterimakasih kepada Ir. Widiyati Slamet, MP. selaku Koordinator Praktikum,
Didik Mursito selaku Koordinator Umum Asisten Praktikum dan Syifi Ulfah selaku
Asisten Pembimbing yang telah membimbing dan membantu kami selama praktikum
berlangsung sampai penyusunan laporan praktikum Manajemen Padang Penggembalaan
ini selesai. Harapan penulis semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Demikian kata pengantar dari penulis, penulis
menyampaikan terimakasih atas perhatian dan koreksi dari berbagai pihak.
Semarang,
November 2014
Penulis
![]() |
Halaman
![]() |

Padang
penggembalaan adalah suatu daerah padangan yang ditumbuhi tanaman pakan ternak
sehingga ternak dapat merenggut sesuai kebutuhannya dalam waktu yang singkat.
Tanaman pakan yang biasa tumbuh di padang penggembalaan meliputi jenis rumput
dan legum.
Hijauan
makanan ternak adalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dan dapat
mempengaruhi produktivitas dari ternak itu sendiri, sehingga hijauan pakan
ternak harus diperhatikan ketersediaannya, untuk itu dalam praktikum ini
dilakukan cara-cara untuk mengetahui kualitas dari hijauan pakan ternak untuk rumput yang
digembalakan. Hijauan pakan yang baik dapat dilihat dari kualitas atau
kandungan dari hijauan pakan tersebut. Selain itu hijauan pakan yang baik harus
mempunyai jumlah yang cukup atau ketersediannya secara kontinyu.
Tujuan
dari praktikum Manajemen Padang Penggembalaan (MPP) adalah untuk mengetahui
secara langsung macam-macam dan sistem padang penggembalaan, produktivitas
suatu padang penggembalaan dengan menganalisis komposisi botani, hubungan
antara penguasaan sasaran tumbuh dengan BK pakan dan estimasi produksi padang
penggembalaan. Manfaat praktikum ini adalah dapat membedakan macam sistem
penggembalaan dan mengetahui cara mengukur produktivitas suatu lahan sehingga dapat
membandingkan dengan literature.
Praktikum
Manajemen Padang Penggembalaan dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 12 November
2014 pukul 09.00-13.00 WIB yang bertempat di lahan Balai Besar Pembibitan
Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak Baturraden, Purwokerto.
Materi yang
digunakan pada praktikum Manajemen Padang Penggembalaan yaitu timbangan berfungsi untuk menimbang
sampel hijauan pakan ternak yang dipotong, sabit atau gunting digunakan untuk
memotong hijauan pakan ternak, rafia digunakan untuk menandai luas frame
sehingga dapat menentukan banyaknya hijauan yang akan dipotong, kayu digunakan
sebagai frame dalam metode kuadrat bujur sangkar, patok atau pasak
digunakan untuk memandai luas frame, spidol digunakan untuk memberi
identitas sampel hijauan, amplop coklat digunakan sebagai wadah pada saat BK
sampel dan plastik hitam besar atau kecil digunakan sebagai wadah sampel
hijauan pakan yang telah dipotong.
Metode yang digunakan pada praktikum dengan materi
macam-macam dan sistem padang
penggembalaan yaitu melakukan wawancara atau tanya jawab dengan petugas yang
mengurusi atau menjaga di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan
Ternak Baturraden dengan pertanyaan yang
disesuaikan pada buku panduan praktikum.
Metode yang digunakan pada praktikum dengan materi estimasi
daya tampung yaitu menyiapkan frame dengan ukuran 1x1 m2,
timbangan, kantong plastik, gunting dan penggaris. Hijauan dipotong pada setiap
cuplikan sedekat mungkin dengan tanah. Memasukkan hasil cuplikan kedalam
kantong plastik dan menimbangnya. Menghitung produksi hijauan dan daya tampung
padang penggembalaan dengan menggunakan rumus viosin. Rumus viosin adalah
sebagai berikut:
(y-1) s = r
|
Keterangan:
y = jumlah satuan luas tanah terkecil yang dibutuhkan seekor
sapi/ha/tahun
s = periode merumput pada setiap satuan ternak
r
= periode istirahat
Metode yang digunakan pada praktikum dengan materi analisis
komposisi botani yaitu melempar frame secara acak dilapangan lalu
mencatat nama-nama dan jumlah jenis vegetasi yang diperoleh dalam frame.
Mengestimasi atau memperkirakan spesies-spesies yang menduduki urutan pertama,
kedua dan ketiga dalam jumlah (dominasi) dan melakukan ulangan sebanyak 5 kali.
Memasukkan data dalam tabel untuk medapatkan perbandingan antara spesies yang
menduduki tempat pertama, kedua dan ketiga. Bahan hijauan segar ditimbang dan
mengambil 100 gram contoh hijauan setiap cuplikan.
Metode yang digunakan pada praktikum dengan materi
menghitung produksi rumput potong dengan cuplikan yaitu menyiapkan peralatan
yang dibutuhkan, berupa frame, timbangan, kantong plastik dan gunting.
Melakukan cuplikan secara acak. Memotong hijauan pada setiap cuplikan 5 cm dari
tanah. Menimbang bahan segar hijauan. Menghitung produksi rumput potong dengan
rumus sebagai berikut:
PR =
![]() ![]() |
Keterangan
:
PR
= produksi komulatif/ha/tahun
BB
= bulan basah
BB x
30 = jumlah hari
musim hujan
BK
= bulan kering
BK x
30 = jumlah hari
musim kering
40
dan 50 = interval pemotongan
p
= produksi musim hujan sekali panen
½
p
= produksi musim kemarau sekali panen

Bedasarkan hasil praktikum Mananjemen
Padang Penggembalaan diperoleh data sebagi berikut:
Nama Padang
penggembalaan
|
Jenis padang
penggembalaan
|
Jenis tanaman
|
Berapa tahun
diusahakan
|
Berapa kali renovasi
|
Manggala
|
Buatan
|
Rumput: Braschiaria decumbens,
Braschiaria
ruziziensis, Rumput Lapang, Star grass dan
Legum: kaliandra, turi,
lamtoro
|
2012 - sekarang
(2 tahun)
|
1
kali / tahun
|
Tegalsari
|
Buatan
|
Rumput: Setaria spachelata,
Rumput Lapang, Braschiaria decumbens, Braschiaria
ruziziensis dan Legum: kaliandra, turi, lamtoro
|
1950 - Sekarang
(64 tahun)
|
2
kali / tahun
|
Limpakuwus
|
Buatan
|
Rumput-legum
|
1950 - sekarang
(64 tahun)
|
2
kali/ tahun
|
Sumber: Data
Primer Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan, 2014.
Padang
penggembalaan di BBPTU-HPT Baturraden merupakan pedang penggembalaan buatan,
dimana jenis vegetasi sudah dipilih dan ditentukan, pada umumnya merupakan varietas
unggul, vegetasi yang ditanam yaitu campuran rumput dan legum.Legum menghasilkan zat buangan berupa nitrogen yang dibutuhkan bagi rumput. Hal ini sesuai dengan pendapat Rusmadi (2007) yang menyatakaan bahwa jenis padang penggembalaan
adalah padang rumput buatan atau
temporer dimana hijauan makanan ternak telah disebar atau ditanam. Sistem pertanaman
campuran antara rumput dan leguminosa memiliki keuntungannya tersendiri dibandingkan sistem pertanaman murni, seperti leguminosa
ditanam bersama rumput-rumput untuk keuntungan rumput-rumput tersebut, karena
leguminosa lebih kaya akan kandungan nitrogen dan kalsium (kapur) dibandingkan
dengan rumput-rumput, dan menaikkan gizi pada penggembalaan. Damry (2009)
menyatakan bahwa tanaman legum mengandung nitrogen yang
lebih tinggi dibandingkan dengan rumput dan rendahnya proporsi legum yang ada
dalam vegetasi yang tumbuh di padang penggembalaan dapat menyebabkan rendahnya kualitas hijauan.
Berdasarkan hasil praktikum Manajemen Padang
Penggembalaan diperoleh data sebagai berikut:
Nama padang
penggembalaan
|
Sistem
Penggembalaan
|
Jenis Ternak
yang digembalakan
|
Jumlah Ternak
|
Manggala
|
Rotasi/
Bergilir
|
Sapi
PFH
|
250 ekor
|
Tegalsari
|
Rotasi/
Bergilir
|
Sapi
PFH
|
40-50 ekor/ gembala
|
Limpakuwus
|
Rotai/
Bergilir
|
Sapi
PFH
|
|
Sumber: Data Primer Praktikum Manajemen Padang
Penggembalaan, 2014.
Sistem penggembalaan yang diterapkan
pada padang penggembalaan Tegalsari, Manggala dan Limpakuwus di Balai Besar
Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak Baturraden adalah sistem
penggembalaan bergilir dengan jenis ternak yang digembalakan adalah sapi
Peranakan Frisian Holstein (PFH)
sebanyak 40 - 50 ekor pada padang penggembalaan Tegalsari dan Limpakuwus, 250
ekor pada padang penggembalaan Manggala. Padang penggembalaan bergilir
merupakan padang penggembalaan pada saat hijauan masih muda dan bernilai gizi
tinggi. Ternak digiring secara sitematis dari petak ke petak lain secara
bergilir sehingga memberikan waktu yang cukup bagi hijauan pakan untuk tumbuh
kembali. Hal ini sesuai dengan pendapat Rusmadi (2007) yang menyatakan bahwa
padang penggembalaan bergilir dibagi dalam beberapa petakan, tujuan pembagian
penggembalaan bergilir adalah untuk menggunakan padang penggembalaan pada waktu
hijauan masih muda dan bernilai gizi tinggi serta memberikan waktu yang cukup
untuk tumbuh kembali. Diperkuat oleh pendapat Batubara (2003) yang menyatakan
bahwa tata cara penggembalaan bergilir (rotational
grazing) adalah lahan areal perkebunan yang terbagi kedalam beberapa petak
dengan jumlah dan luas setiap petak tergantung dari jumlah dan kelompok ternak
yang ingin digembala secara teratur selama periode tertentu. Umumnya 4 - 6
periode penggembalaan pertahun akan dapat mengontrol
gulma.
Berdasarkan praktikum mengenai produksi dan
estimasi daya tampung rumput cuplikan diperoleh hasil sebagai berikut:
Jenis Tanaman
|
Jumlah Ternak
|
Produksi
|
Estimasi Daya Tampung
|
Rumput Brachiaria decumbens
|
250 ekor
|
3296
kg/ha/tahun
|
0,83
UT/ha/tahun
|
Sumber: Data Primer Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan, 2014.
Berdasarkan praktikum
mengenai produksi dan daya tampung rumput potong diperoleh hasil bahwa estimasi
daya tampung ternak di padang penggembalaan Balai Besar
Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak Baturraden adalah sebesar 0,83 UT/ha/tahun. Kapasiats
tersebut sudah dapat dikatakan produkstif. Kapasitas daya tampung menunjukkan banyaknya ternak yang dapat ditampung
pada suatu tempat pada satuan waktu tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat
Soltief (2009) yang menyatakan bahwa
kapasitas tampung ternak ruminansia dalam suatu wilayah menunjukkan populasi
maksimum ternak sapi potong yang dapat ada di wilayah tersebut berdasarkan
ketersediaan pakan hijauan. Suatu padang penggembalaan dinyatakan produktif apabila
mempunyai daya tampung lebih dari 0,83 UT/ha/tahun. Hal ini juga didukung oleh
pendapat Rusdin et al. (2009) yang
menyatakan bahwa daya tampung (carrying
capacity) penggembalaan mencerminkan keseimbangan antara hijauan yang
tersedia dengan jumlah satuan ternak yang digembalakan di dalamnya per satuan
waktu.
3.5. Analisis Komposisi Botani
Hasil praktikum analisis komposisi botani pada
padang penggembalaan dengan metode kuadrat bujur sangkar adalah sebagai
berikut:
Tabel 4. Analisis Komposisi Botani Padang
Penggembalaan Tegalsari
No
|
Vegetasi
|
Persentase (%)
|
1.
|
Rumput
|
45,85
|
2.
|
Leguminosa
|
52,18
|
3.
|
Gulma
|
1,97
|
Sumber : Data Primer
PraktikumManajemen Padang Penggembalaan, 2014.
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, diketahui
bahwa persentase komposisi botani padang penggembalaan terdiri dari rumput
sebesar 45,85 %, leguminosa sebesar 52,18 % dan gulma sebesar 1,97 %. Vegetasi
leguminosa mendominasi padang penggembalaan. Komposisi botani tidak sesuai
dengan standar karena perbandingan persentase rumput dan legumnya adalah 1 : 1,13. Kadar leguminosa mempengaruhi
kualitas hijauan yang tumbuh karena kandungan nitogen yang tinggi. Hal ini
sesuai dengan pendapat Damry (2009) yang menyatakan bahwa kualitas nutrisi
hijauan yang tumbuh pada suatu padang penggembalaan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya komposisi rumput dan legum. Tanaman legum mengandung
nitrogen yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumput dan rendahnya poporsi
legum yang ada di padang penggembalaan menjadi salah satu penyebab rendahnya
kualitas nutrisi hijauan yang ada. Hal ini ditambahkan oleh pendapat Junaedi
dan Sawen (2010) yang menyatakan bahwa padang penggembalaan tergolong baik apabila proporsi antara
rumput dibanding legume adalah sebanyak
3 : 2. Jika proporsi berada dibawah standar, maka dapat dikatakan bahwa
kualitas padang penggembalaan masih tergolong rendah.
Tabel 5. Data Hasil Pengamatan Rumput Potong
Berat
Segar
|
Produksi
|
Bobot Cuplikan
|
Jarak tanam
|
Ton/ha/tahun
|
Ton/ha
|
Kg/cuplikan
|
Meter
|
716,4
|
99,5
|
22,4
|
1,5 x 1,5
|
Sumber: Data Primer Praktikum Manajemen Padang
Penggembalaan 2014.
Berdasarkan praktikum didapatkan hasil produksi dari rumput potong (Pennisetum purpureum) sebesar 716,4 ton/ha/tahun. Hal ini menunjukkan hasil produksi rumput potong di BBPTU-HPT Baturraden baik
karena hasil produksinya melebihi rata-rata, yaitu 525 ton/ha/tahun. Menurut
Seseray et al. (2013) dengan
pemupukan menggunakan dosis
tinggi produksi segar rumput gajah rata-rata adalah 525 ton/ha/tahun. Tingginya hasil produksi dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain pemupukan, pengairan, penyiangan dan umur
defoliasi. Hal inisesuai dengan pendapat Damardjati et
al. (2005) bahwa penyediaan air merupakan upaya untuk meningkatkan
produktifitas dalam budidaya tanaman,
ditambahkan oleh pendapat Vanis (2007) bahwa
pertumbuhan dan produktivitas tanaman dipengaruhi oleh proses pemupukan dan
interval defoliasi.
Berdasarkan
praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan bahwa praktikum
Manajemen Padang Penggembalaan di padang penggembalaan Balai Besar Pembibitan
Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak Baturraden padang penggembalaan terdiri dari padang penggembalaan buatan dan semi
alami, sedangkan sistem penggembalaan menggunakan sistem bergilir, memiliki
daya tampung lahan y yang cukup baik, komposisi botani yang kurang baik
dikarenakan komposisi rumput yang terlalu sedikit, dan lahan memiliki produksi
hijaun yang cukup baik. Padang penggembalaan
tersebut kondisinya sangat dipengaruhi oleh iklim, tanah, grazing dan sumber
air.
Sebaiknya dalam melakukan praktikum ini praktikan
dapat melaksanakan perhitungan dengan akurat, agar praktikum dan perhitungan yang telah
dilakukan sesuai yang diharapkan,
Damry. 2009.
Produksi dan kandungan nutrien hijauan padang penggembalaan alam di Kecamatan
Lore Utara Kabupaten Poso. Jurnal Agroland 16 (4) : 296-300.
Darmadjati, D. S.,
Subandi, Ketut K., Jubahch T. dan SaenongS. 2005. Prospek dan Pengembangan
Agribisnis Jagung. Badan Penelitian dan PengembanganPertanian, Jakarta.
Junaidi, M.
dan D. Sawen. 2010. Keragaman Botanis
dan Kapasitas Tampung Padang Penggembalaan Alami di Kabupaten Yapen. Jurnal
Ilmu Peternakan Vol. (5) : 92-97.
Manu,
A.E. 2013. Produktivitas padang penggembalaan sabana Timor Barat. Jurnal
Pastura Vol. (3) 1 : 25-29.
Rusdin, M.
Ismail, S. Purwaningsih, A. Andriana, dan S.U. Dewi. 2009. Studi Potensi
Kawasan Lore Tengah untuk Pengembangan Sapi Potong. Media Litbang Sulawesi Tenggara.
Rusmadi.
2007. Prospek Pengembangan Sapi Potongdi Kabupaten Penajam Paser Utara. Fakultas
Pertanian Universitas Mulawarman, Samarinda.
Saragih, E.W dan Tero
N.K. 2009. Potensi tiga padang penggembalaan yang berbeda di Kabupaten
Manokwari. Jurnal Ilmu Peternakan, Manokwari. Vol. 4 (2) hal 53-60.
Seseray, D.Y., B.
Santoso dan M.N. Lekitoo. 2013. Produksi Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) yang diberi pupuk N, P dan K dengan dosis
0,50 dan 100% pada devoluasi hari ke-45. Sains Peternakan 11(1) 49-55 ISSN 1693-8828.

Vanis, R, I, D. 2007. Pengaruh pemupukan
dan interval defoliasi terhadap pertumbuhan dan produktivitas Rumput Gajah
dibawah tegakan Pohon Sengon. Skripsi Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Nama Padang
penggembalaan
|
Jenis padang
penggembalaan
|
Jenis tanaman
|
Berapa tahun
diusahakan
|
Berapa kali renovasi
|
Manggala
|
Buatan
|
Rumput: Brachiaria decumbens,
Braschiaria
ruziziensis, Rumput Lapang, Star grass dan
Legum: kaliandra, turi,
lamtoro
|
2012 - sekarang
(2 tahun)
|
1 kali / tahun
|
Tegalsari
|
Buatan
|
Rumput: Setaria spachelata,
Rumput Lapang, Brachiaria decumbens,
Brachiaria ruziziensis
dan Legum: kaliandra, turi, lamtoro
|
1950 - Sekarang
(64 tahun)
|
2
kali / tahun
|
Limpakuwus
|
Buatan
|
Rumput-legum
|
1950 - sekarang
(64 tahun)
|
2
kali/ tahun
|
Sumber: Data
Primer Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan, 2014.
Tabel 2. Macam-macam
Sitem Penggembalaan
Nama
padang penggembalaan
|
Sistem
Penggembalaan
|
Jenis
Ternak yang digembalakan
|
Jumlah
Ternak
|
Manggala
|
Rotasi/
Bergilir
|
Sapi
PFH
|
250 ekor
|
Tegasari
|
Rotasi/
Bergilir
|
Sapi
PFH
|
40-50 ekor/ gembala
|
Limpakuwus
|
Rotasi/
Bergilir
|
Sapi
PFH
|
|
Sumber: Data Primer Praktikum
Manajemen Padang Penggembalaan, 2014.
![]() |
Rumput Gembala Awal Setelah Oven
I. 0,050 kg 0,0175
kg
II. 0,050 kg 0,0190
kg
Rumput Gembala
I.
x 100% = 35 %

II.
x 100% = 38 %

Diketahui :
Berat segar cuplikan = 824 gram
Proper use factor = 40%
Periode istirahat = 12 minggu = 84 hari
Perhitungan estimasi
daya tamping padang penggembalaan :
Dalam Berat Segar
Hijauan tersedia = Berat segar cuplikan x Proper use factor
= 824 x 40%
= 3296 kg/ha

(y-1) s =
r
(y-1) 30 =
84
30 y =
84+30
y =
3,8
Kebutuhan luas tanah/tahun = 3,8 x 0,3185
= 1,2103 ha/ekor/tahun
Lampiran
3. Estimasi Daya Tampung dengan Cuplikan (Lanjutan)
Daya Tampung = 1 : kebutuhan luas tanah/tahun
= 1 : 1,2103
= 0,83 UT/Tahun/Ha
Daya Tampung Lahan = Daya tampung/ha x Luas Lahan
=
0,83 x 4
=
3,32 UT
Tabel 4. Analisis
Komposisi Botani Metode Kuadrat Bujur Sangkar
No
|
Nama Vegetasi
|
Coverege d1 × d2
(cm)
|
Ulangan
|
DNS
|
F
|
DMI
|
K
|
SDR
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
M
|
R
|
m
|
R
|
M
|
r
|
|
|
|||
1.
|
Brachiaria
decumbens
|
9 x 7
|
6
|
6
|
5
|
4
|
26
|
0,48
|
5
|
0,5
|
992,25 x 10-4
|
0,98
|
1,96
|
0,65
|
2.
|
Centorsema
pubescens
|
1 x 1
|
7
|
10
|
7
|
-
|
25
|
0,46
|
4
|
0,4
|
0,25 x 10-4
|
0,01
|
0,87
|
0,29
|
3.
|
Gulma
|
1 x 1
|
-
|
-
|
3
|
-
|
3
|
0,06
|
1
|
0,1
|
0,25
x 10-4
|
0,01
|
0,17
|
0,06
|
Jumlah
|
|
|
|
|
|
54
|
1,00
|
|
1,00
|
992,75 x 10-4
|
1,00
|
3,00
|
1,00
|
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan,
2014.
Keterangan :
vegetasi yang mendominasi adalah Brachiaria
decumbens (65 %), Centorsema
pubescens (29%)
dan gulma (6%)
Perhitungan :
1.
Densitas
(DNS)
= Jumlah individu suatu
jenis pada plot
luas
plot
Brachiaria
decumbens = 26
Centorsema pubescens
= 25
Gulma =
3
Total Densitas
= 54
2.
Frekuensi
(F)
= Jumlah berapa kali suatu jenis pada plot
luas plot
Brachiaria decumbens = 5 = 5
1
Centorsema pubescens = 4 = 4
1
Gulma = 1 = 1
1
Total =10
3.Dominasi
(DMI)
Brachiaria decumbens = 0,98 4. Brachiaria decumbens = 0,65
Centorsema pubescens = 0,01
Centorsema
pubescens = 0,29
Gulma = 0,01 Gulma =
0,06
3.
K
Brachiaria decumbens =
1,96
Centorsema pubescens = 0,87
Gulma =0,17
No. Plot
|
Rank
|
||
I
|
II
|
III
|
|
1.
|
A
|
B
|
-
|
2.
|
A
|
B
|
-
|
3.
|
A
|
B
|
C
|
4.
|
B
|
A
|
-
|
5.
|
B
|
-
|
-
|
Komponen
|
|
|
|
A
|
3
|
1
|
-
|
B
|
2
|
3
|
-
|
C
|
-
|
-
|
1
|
Jumlah
|
5
|
4
|
-
|
Sumber: Data Primer Praktikum Manajemen
Padang Penggembalaan, 2014.
Perhitungan:
A = Legum (Centorsema pubescens)
B = Rumput (Brachiaria decumbens)
C = Gulma
A = (3
x 8,04) + (1 x 2,41) + 0 = 26,53
B = (2
x 8,04) + (3 x 2,41) + 0 = 23,31

Jumlah = 50, 84
Persentase estimasi BK
A =
X100% = 52,18 %

B =
X 100% = 45,85 %

C =
X100% = 1,97 %

Jarak tanaman = 75cm
Luas tanam = 150
x150 cm
Berat segar cuplikan 4 rumpun = 22,4 kg
Berat segar (BS) hijauan /ha
= 99,5 ton/ha
BB (Bulan Basah) = 8 bulan
BK (Bulan Kering) = 4 bulan
Produksi / m2 =
=9,95 kg/m

Produksi / ha =9,9 x
1000 = 995.000 kg/ha
= 99,5 ton/ha
PR = (
x
P) + (
x
1/2 P)


=
(
x
99,5) +(
x 49,75)


= (6 x 99,5) + (2,4 x 49,75)
=
597 + 199,4
=
716,4
ton/ha/tahun
Lampiran 6.Menghitung
Produksi Rumput Potong dengan Cuplikan(Lanjutan)
Perhitungan BK rumput Potong
Rumput Potong Awal Setelah
Oven
I. 0,050 kg 0,0230
kg
II. 0,0050 kg 0,0175
kg
Maka BK =
x
100 % = BK %

Rumput Potong
I.
x 100% = 46 %

II.
x 100% = 35 %

III.
BK rata-rata
= 40,5

Produksi BK = BK sampel x produksi
BS
= 40,5
x 716,4 ton/ tahun
= 290,142 ton/tahun/ ha
(BK)
=290.142
kg/ tahun/ha (BK)
Kebutuhan lahan / tahun/ ekor =
3% X BB X 365 hari
=
3% X 350 kgX 365 hari
=
3.832,5

Kebutuhan lahan/ tahun
=
290.142

=
75,70 UT/tahun/ ha
Daya tampung lahan = Daya tampung / ha x
luas lahan
=
75,70 x 15,5
=
1.173,35 UT
Tanaman
|
Daya tampung
(UT/ tahun/ha)
|
Luas Lahan
(ha)
|
Daya Tampung Total
|
Rumput gembala
|
0,83
|
4
|
3,32
|
Rumput potong
|
75,70
|
15,5
|
1.132,5
|
Total
|
|
1.135,82
|
Jumlah
|
Jumlah Ekor
|
UT
|
Induk
|
312
|
312
|
Sapi
|
33
|
16,5
|
Pedhet
|
312
|
53
|
Total
|
|
381,5
|
Daya Tampung Lahan
|
1.135,82
|
Jumlah Ternak
|
381,5
|
Selisih
|
754,32
|
Daya tampung Farm Tegalsari di BBPTU-HPT Baturraden
mencukupi untuk kebutuhan pakan ternak
![]() |
Terimakasih
BalasHapus