Senin, 01 Juni 2015

Laporan Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan

MANAJEMEN PADANG PENGGEMBALAAN












Disusun Oleh:

Kelompok V








PROGRAM STUDI SI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014

Judul                             :    LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN PADANG PENGGEMBALAAN
Kelompok                     :    V(LIMA )
Fakultas                        :    PETERNAKAN DAN PERTANIAN
Tanggal Pengesahan     :         DESEMBER  2014

Menyetujui,
Koordinator Asisten
Manajemen Padang Penggembalaan

Didik Mursito
NIM. 23010112130249




Asisten Pembimbing

Syifi Ulfah
NIM. 23010112130163


Mengetahui,
Koordinator Praktikum
Manajemen Padang Penggembalaan



     Ir. Widiyati Slamet, MP.   _
NIP. 19540315 198312 2 001

KELOMPOK VA. 2014. Laporan Resmi Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan. (Asisten:Syifi Ulfah).

            Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan dengan materi Mengamati Berbagai Macam Padang Penggembalaan, Mengamati Berbagai Sistem Penggembalaan, Mengestimasi Daya Tampung Padang Penggembalaan dengan Cuplikan, Analisis Komposisi Botani dan Menghitung Produksi Rumput Potong dengan Cuplikan dilaksanakan pada hari Rabu, 12 November 2014 pada pukul 09.00-11.00 WIB di lahan Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak Baturraden, Purwokerto.
Materi dalam Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan meliputi alat potongan bambu ukuran 1 m, kantong plastik, pisau, tali rafia, sabit, timbangan, gunting,buku dan alat tulis, sedangkan bahan yang digunakan adalah rumput gembala, rumput potongan, legum dan gulma yang berada dalam  Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak Baturraden.
            Hasil yang diperoleh dari Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan dengan materi mengamati berbagai macam padang penggembalaan adalah terdapat tiga macam padang penggembalaan di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak Baturraden, Purwokerto yaitu Farm Tegalsari, Farm Manggala dan Farm Limpakuwus. Hasil yang diperoleh dari Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan dengan materimengamati berbagai sistem penggembalaan adalah sistem penggembalaan pada Farm Tegalsari, Farm Manggala dan Farm Limpakuwus adalah bergilir. Jenis ternak yang digembalakan adalah Peranakan Friesian  Holstein (PFH). Hasil yang diperoleh dari Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan dengan materi mengestimasi daya tampung padang penggembalaan dengan cuplikan adalah daya tampung sebesar 0,83 UT/ha/tahun. Hasil yang diperoleh dari Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan dengan materi analisis komposisi botani adalah persentase komposisi botani padang penggembalaan yang terdiri dari rumput sebesar 45,85%, leguminosa sebesar 52,18% dan gulma sebesar 1,97%. Hasil yang diperoleh dari Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan dengan materi menghitung produksi rumput potong dengan cuplikan adalah 716,4 ton/ha/tahun.

Kata kunci : padang penggembalaan, daya tampung, analisis komposisi botani, produksi rumput potong

 

            Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah berkenan melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan. Praktikum ini bertujuan agar para mahasiswa dapat mengetahui lebih luas tentang cara mempertahankan produksi baik kualitas maupun kuantitas serta keseimbangan berbagai hijauan pakan dalam suatu padang penggembalaan .
            Penulis berterimakasih kepada Ir. Widiyati Slamet, MP. selaku Koordinator Praktikum, Didik Mursito selaku Koordinator Umum Asisten Praktikum dan Syifi Ulfah selaku Asisten Pembimbing yang telah membimbing dan membantu kami selama praktikum berlangsung sampai penyusunan laporan praktikum Manajemen Padang Penggembalaan ini selesai. Harapan penulis semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
            Demikian kata pengantar dari penulis, penulis menyampaikan terimakasih atas perhatian dan koreksi dari berbagai pihak.

            Semarang,    November 2014
                                       Penulis

Halaman



 4. Analisis Komposisi Botani Padang Penggembalaan Tegalsari............................. 11


 



            Padang penggembalaan adalah suatu daerah padangan yang ditumbuhi tanaman pakan ternak sehingga ternak dapat merenggut sesuai kebutuhannya dalam waktu yang singkat. Tanaman pakan yang biasa tumbuh di padang penggembalaan meliputi jenis rumput dan legum.
            Hijauan makanan ternak adalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dan dapat mempengaruhi produktivitas dari ternak itu sendiri, sehingga hijauan pakan ternak harus diperhatikan ketersediaannya, untuk itu dalam praktikum ini dilakukan cara-cara untuk mengetahui kualitas dari hijauan pakan ternak untuk rumput yang digembalakan. Hijauan pakan yang baik dapat dilihat dari kualitas atau kandungan dari hijauan pakan tersebut. Selain itu hijauan pakan yang baik harus mempunyai jumlah yang cukup atau ketersediannya secara kontinyu.
            Tujuan dari praktikum Manajemen Padang Penggembalaan (MPP) adalah untuk mengetahui secara langsung macam-macam dan sistem padang penggembalaan, produktivitas suatu padang penggembalaan dengan menganalisis komposisi botani, hubungan antara penguasaan sasaran tumbuh dengan BK pakan dan estimasi produksi padang penggembalaan. Manfaat praktikum ini adalah dapat membedakan macam sistem penggembalaan dan mengetahui cara mengukur produktivitas suatu lahan sehingga dapat membandingkan dengan literature.


Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 12 November 2014 pukul 09.00-13.00 WIB yang bertempat di lahan Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak Baturraden, Purwokerto.

Materi yang digunakan pada praktikum Manajemen Padang Penggembalaan  yaitu timbangan berfungsi untuk menimbang sampel hijauan pakan ternak yang dipotong, sabit atau gunting digunakan untuk memotong hijauan pakan ternak, rafia digunakan untuk menandai luas frame sehingga dapat menentukan banyaknya hijauan yang akan dipotong, kayu digunakan sebagai frame dalam metode kuadrat bujur sangkar, patok atau pasak digunakan untuk memandai luas frame, spidol digunakan untuk memberi identitas sampel hijauan, amplop coklat digunakan sebagai wadah pada saat BK sampel dan plastik hitam besar atau kecil digunakan sebagai wadah sampel hijauan pakan yang telah dipotong.



Metode yang digunakan pada praktikum dengan materi macam-macam  dan sistem padang penggembalaan yaitu melakukan wawancara atau tanya jawab dengan petugas yang mengurusi atau menjaga di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak  Baturraden dengan pertanyaan yang disesuaikan pada buku panduan praktikum.
Metode yang digunakan pada praktikum dengan materi estimasi daya tampung yaitu menyiapkan frame dengan ukuran 1x1 m2, timbangan, kantong plastik, gunting dan penggaris. Hijauan dipotong pada setiap cuplikan sedekat mungkin dengan tanah. Memasukkan hasil cuplikan kedalam kantong plastik dan menimbangnya. Menghitung produksi hijauan dan daya tampung padang penggembalaan dengan menggunakan rumus viosin. Rumus viosin adalah sebagai berikut:
(y-1) s = r
Keterangan:  
y = jumlah satuan luas tanah terkecil yang dibutuhkan seekor sapi/ha/tahun
s = periode merumput pada setiap satuan ternak
r = periode istirahat
Metode yang digunakan pada praktikum dengan materi analisis komposisi botani yaitu melempar frame secara acak dilapangan lalu mencatat nama-nama dan jumlah jenis vegetasi yang diperoleh dalam frame. Mengestimasi atau memperkirakan spesies-spesies yang menduduki urutan pertama, kedua dan ketiga dalam jumlah (dominasi) dan melakukan ulangan sebanyak 5 kali. Memasukkan data dalam tabel untuk medapatkan perbandingan antara spesies yang menduduki tempat pertama, kedua dan ketiga. Bahan hijauan segar ditimbang dan mengambil 100 gram contoh hijauan setiap cuplikan.
Metode yang digunakan pada praktikum dengan materi menghitung produksi rumput potong dengan cuplikan yaitu menyiapkan peralatan yang dibutuhkan, berupa frame, timbangan, kantong plastik dan gunting. Melakukan cuplikan secara acak. Memotong hijauan pada setiap cuplikan 5 cm dari tanah. Menimbang bahan segar hijauan. Menghitung produksi rumput potong dengan rumus sebagai berikut:
PR =x p) + (x 1/2 p)
Keterangan :
PR                   = produksi komulatif/ha/tahun
BB                   = bulan basah
BB x 30           = jumlah hari musim hujan
BK                   = bulan kering
BK x 30           = jumlah hari musim kering
40 dan 50         = interval pemotongan
p                      = produksi musim hujan sekali panen
½ p                  = produksi musim kemarau sekali panen


3.1.      Profil BBPTU-HPT Baturraden

            Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) dibangun sejak 22 Juli 1950 dengan luas sekitar 16 ha. Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternakmemiliki tujuan yaitu dalam rangka penyediaan makanan ternak sapi perah, melaksanakan pembibitan hijauan dan makanan ternak. Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Sapi Perah (BBPTU-HPT) memiliki kelembaban 70%-80% dengan suhu 18oC-39ºC, curah hujan sangat tinggi (3.000-3.500mm/th) dan ketinggian mencapai 600-650m dpl. Padang penggembalaan di Baturraden kurang baik karena hanya digunakan untuk exercise, struktur tanah yang berbukit dan lereng namun tidak terjal serta masih banyaknya gulma dan produksi hijaun yang belum memunuhi kebutuhan ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Saragih dan Tero (2009) bahwa penyediaan hijauan makanan ternak yang memadai pada suatu padang penggembalaan dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranyakesuburan tanah, ketersediaan air dan topografi, iklim dan jugamanajemen padang penggembalaan tersebut. Jenis hijauan yang terdapat di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden adalah Pennisetum purpureum, Brachiaria decumbens, rumput lapang dan Mimosa pudica (putri malu). Jenis legum yang dibudidayakan di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden adalah Sesbania glandiflora, Arachis pintoe dan sebagainya. Kondisi komposisi botani di BBPTU-HPT Baturraden  bervariasi dan dipengaruhi oleh tempat yang tinggi yaitu 600-650m dpl dan curah hujan di tempat tinggi ini mencapai 3.000-3.500mm/tahun. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Saragih dan Tero (2009) bahwa komposisi hijauan dalam suatu areal  padang penggembalaan menentukan kualitas hijauan makanan ternak. Komposisi botani dari suatu padang penggembalaan adalah tidak konstan. Perubahan susunan selalu terjadi karena aktivitas di padangpenggembalaan itu sendiri (jumlah ternak yang digembalakan), faktor iklim (curah hujan, lama penyinaran dan suhu) dan kondisi tanah.



            Bedasarkan hasil praktikum Mananjemen Padang Penggembalaan diperoleh data sebagi berikut:
Nama Padang penggembalaan
Jenis padang penggembalaan
Jenis tanaman
Berapa tahun diusahakan
Berapa kali renovasi
Manggala
Buatan
Rumput: Braschiaria decumbens, Braschiaria
ruziziensis, Rumput Lapang, Star grass dan
Legum: kaliandra, turi, lamtoro
2012 - sekarang
(2 tahun)
1 kali / tahun
Tegalsari
Buatan
Rumput: Setaria spachelata, Rumput Lapang, Braschiaria decumbens, Braschiaria ruziziensis dan Legum: kaliandra, turi, lamtoro
1950 - Sekarang
(64 tahun)
2 kali / tahun
Limpakuwus
Buatan
Rumput-legum
1950 - sekarang
(64 tahun)
2 kali/ tahun
Sumber: Data Primer Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan, 2014.
            Padang penggembalaan di BBPTU-HPT Baturraden merupakan pedang penggembalaan buatan, dimana jenis vegetasi sudah dipilih dan ditentukan, pada umumnya merupakan varietas unggul, vegetasi yang ditanam yaitu campuran rumput dan legum.Legum menghasilkan zat buangan berupa nitrogen yang dibutuhkan  bagi rumput. Hal ini sesuai dengan pendapat Rusmadi (2007) yang menyatakaan bahwa jenis padang penggembalaan adalah padang rumput buatan atau temporer dimana hijauan makanan ternak telah disebar atau ditanam. Sistem pertanaman campuran antara rumput dan leguminosa memiliki keuntungannya tersendiri dibandingkan sistem pertanaman murni, seperti leguminosa ditanam bersama rumput-rumput untuk keuntungan rumput-rumput tersebut, karena leguminosa lebih kaya akan kandungan nitrogen dan kalsium (kapur) dibandingkan dengan rumput-rumput, dan menaikkan gizi pada penggembalaan. Damry (2009) menyatakan bahwa tanaman legum mengandung nitrogen yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumput dan rendahnya proporsi legum yang ada dalam vegetasi yang tumbuh di padang penggembalaan dapat menyebabkan rendahnya kualitas hijauan.

            Berdasarkan hasil praktikum Manajemen Padang Penggembalaan diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 2. Macam-macam Sitem Penggembalaan
Nama padang penggembalaan
Sistem Penggembalaan
Jenis Ternak yang digembalakan
Jumlah Ternak
Manggala
Rotasi/ Bergilir
Sapi PFH
250 ekor
Tegalsari
Rotasi/ Bergilir
Sapi PFH
40-50 ekor/ gembala
Limpakuwus
Rotai/ Bergilir
Sapi PFH

Sumber: Data Primer Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan, 2014.
            Sistem penggembalaan yang diterapkan pada padang penggembalaan Tegalsari, Manggala dan Limpakuwus di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak Baturraden adalah sistem penggembalaan bergilir dengan jenis ternak yang digembalakan adalah sapi Peranakan Frisian Holstein (PFH) sebanyak 40 - 50 ekor pada padang penggembalaan Tegalsari dan Limpakuwus, 250 ekor pada padang penggembalaan Manggala. Padang penggembalaan bergilir merupakan padang penggembalaan pada saat hijauan masih muda dan bernilai gizi tinggi. Ternak digiring secara sitematis dari petak ke petak lain secara bergilir sehingga memberikan waktu yang cukup bagi hijauan pakan untuk tumbuh kembali. Hal ini sesuai dengan pendapat Rusmadi (2007) yang menyatakan bahwa padang penggembalaan bergilir dibagi dalam beberapa petakan, tujuan pembagian penggembalaan bergilir adalah untuk menggunakan padang penggembalaan pada waktu hijauan masih muda dan bernilai gizi tinggi serta memberikan waktu yang cukup untuk tumbuh kembali. Diperkuat oleh pendapat Batubara (2003) yang menyatakan bahwa tata cara penggembalaan bergilir (rotational grazing) adalah lahan areal perkebunan yang terbagi kedalam beberapa petak dengan jumlah dan luas setiap petak tergantung dari jumlah dan kelompok ternak yang ingin digembala secara teratur selama periode tertentu. Umumnya 4 - 6 periode penggembalaan pertahun akan dapat mengontrol gulma.


            Berdasarkan praktikum mengenai produksi dan estimasi daya tampung rumput cuplikan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3. Produksi dan Estimasi Daya Tampung Rumput Cuplikan
Jenis Tanaman
Jumlah Ternak
Produksi
Estimasi Daya Tampung
Rumput Brachiaria decumbens
250 ekor
3296 kg/ha/tahun
0,83 UT/ha/tahun
Sumber: Data Primer Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan, 2014.
            Berdasarkan praktikum mengenai produksi dan daya tampung rumput potong diperoleh hasil bahwa estimasi daya tampung ternak di padang penggembalaan Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak Baturraden adalah sebesar 0,83 UT/ha/tahun. Kapasiats tersebut sudah dapat dikatakan produkstif. Kapasitas daya tampung menunjukkan banyaknya ternak yang dapat ditampung pada suatu tempat pada satuan waktu tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Soltief (2009) yang menyatakan bahwa kapasitas tampung ternak ruminansia dalam suatu wilayah menunjukkan populasi maksimum ternak sapi potong yang dapat ada di wilayah tersebut berdasarkan ketersediaan pakan hijauan. Suatu padang penggembalaan dinyatakan produktif apabila mempunyai daya tampung lebih dari 0,83 UT/ha/tahun. Hal ini juga didukung oleh pendapat Rusdin et al. (2009) yang menyatakan bahwa daya tampung (carrying capacity) penggembalaan mencerminkan keseimbangan antara hijauan yang tersedia dengan jumlah satuan ternak yang digembalakan di dalamnya per satuan waktu.
3.5.      Analisis Komposisi Botani
Hasil praktikum analisis komposisi botani pada padang penggembalaan dengan metode kuadrat bujur sangkar adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Analisis Komposisi Botani Padang Penggembalaan Tegalsari
No
Vegetasi
Persentase (%)
1.
Rumput
45,85
2.
Leguminosa
52,18
3.
Gulma
1,97
Sumber : Data Primer PraktikumManajemen Padang Penggembalaan, 2014.
            Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, diketahui bahwa persentase komposisi botani padang penggembalaan terdiri dari rumput sebesar 45,85 %, leguminosa sebesar 52,18 % dan gulma sebesar 1,97 %. Vegetasi leguminosa mendominasi padang penggembalaan. Komposisi botani tidak sesuai dengan standar karena perbandingan persentase rumput dan legumnya adalah  1 : 1,13. Kadar leguminosa mempengaruhi kualitas hijauan yang tumbuh karena kandungan nitogen yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Damry (2009) yang menyatakan bahwa kualitas nutrisi hijauan yang tumbuh pada suatu padang penggembalaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya komposisi rumput dan legum. Tanaman legum mengandung nitrogen yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumput dan rendahnya poporsi legum yang ada di padang penggembalaan menjadi salah satu penyebab rendahnya kualitas nutrisi hijauan yang ada. Hal ini ditambahkan oleh pendapat Junaedi dan Sawen (2010) yang menyatakan bahwa padang penggembalaan tergolong baik apabila proporsi antara rumput dibanding legume adalah sebanyak  3 : 2. Jika proporsi berada dibawah standar, maka dapat dikatakan bahwa kualitas padang penggembalaan masih tergolong rendah.

Tabel 5. Data Hasil Pengamatan Rumput Potong
Berat Segar
Produksi
Bobot Cuplikan
Jarak tanam
Ton/ha/tahun
Ton/ha
 Kg/cuplikan
Meter
716,4
99,5
22,4
1,5 x 1,5
Sumber: Data Primer Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan 2014.


            Berdasarkan praktikum didapatkan hasil produksi dari rumput potong (Pennisetum purpureum) sebesar 716,4 ton/ha/tahun. Hal ini menunjukkan hasil produksi rumput potong di BBPTU-HPT Baturraden baik karena hasil produksinya melebihi rata-rata, yaitu 525 ton/ha/tahun. Menurut Seseray et al. (2013) dengan pemupukan menggunakan dosis tinggi produksi segar rumput gajah rata-rata adalah 525 ton/ha/tahun. Tingginya hasil produksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pemupukan, pengairan, penyiangan dan umur defoliasi. Hal inisesuai dengan pendapat Damardjati et al. (2005) bahwa penyediaan air merupakan upaya untuk meningkatkan produktifitas dalam budidaya tanaman, ditambahkan oleh pendapat Vanis (2007) bahwa pertumbuhan dan produktivitas tanaman dipengaruhi oleh proses pemupukan dan interval defoliasi.

            Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan bahwa praktikum Manajemen Padang Penggembalaan di padang penggembalaan Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak Baturraden padang penggembalaan terdiri dari padang penggembalaan buatan dan semi alami, sedangkan sistem penggembalaan menggunakan sistem bergilir, memiliki daya tampung lahan y yang cukup baik, komposisi botani yang kurang baik dikarenakan komposisi rumput yang terlalu sedikit, dan lahan memiliki produksi hijaun yang cukup baik. Padang penggembalaan tersebut kondisinya sangat dipengaruhi oleh iklim, tanah, grazing dan sumber air.

Sebaiknya dalam melakukan praktikum ini praktikan dapat melaksanakan perhitungan dengan akurat, agar praktikum dan perhitungan yang telah dilakukan sesuai yang diharapkan,


Damry. 2009. Produksi dan kandungan nutrien hijauan padang penggembalaan alam di Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso. Jurnal Agroland 16 (4) : 296-300.
Darmadjati, D. S., Subandi, Ketut K., Jubahch T. dan SaenongS. 2005. Prospek dan Pengembangan Agribisnis Jagung. Badan Penelitian dan PengembanganPertanian, Jakarta.

Junaidi, M. dan  D. Sawen. 2010. Keragaman Botanis dan Kapasitas Tampung Padang Penggembalaan Alami di Kabupaten Yapen. Jurnal Ilmu Peternakan Vol. (5) : 92-97.
Manu, A.E. 2013. Produktivitas padang penggembalaan sabana Timor Barat. Jurnal Pastura Vol. (3) 1 : 25-29.

Rusdin, M. Ismail, S. Purwaningsih, A. Andriana, dan S.U. Dewi. 2009. Studi Potensi Kawasan Lore Tengah untuk Pengembangan Sapi Potong. Media Litbang Sulawesi Tenggara.
Rusmadi. 2007. Prospek Pengembangan Sapi Potongdi Kabupaten Penajam Paser Utara. Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman, Samarinda.

Saragih, E.W dan Tero N.K. 2009. Potensi tiga padang penggembalaan yang berbeda di Kabupaten Manokwari. Jurnal Ilmu Peternakan, Manokwari. Vol. 4 (2) hal 53-60.

Seseray, D.Y., B. Santoso dan M.N. Lekitoo. 2013. Produksi Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) yang diberi pupuk N, P dan K dengan dosis 0,50 dan 100% pada devoluasi hari ke-45. Sains Peternakan 11(1) 49-55 ISSN 1693-8828.

Soltief, M.S. 2009. Kajian kawasan sapi potong di Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat. Tesis Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Vanis, R, I, D. 2007. Pengaruh pemupukan dan interval defoliasi terhadap pertumbuhan dan produktivitas Rumput Gajah dibawah tegakan Pohon Sengon. Skripsi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.




Lampiran1. Macam-macam Padang Penggembalaan
Nama Padang penggembalaan
Jenis padang penggembalaan
Jenis tanaman
Berapa tahun diusahakan
Berapa kali renovasi
Manggala
Buatan
Rumput: Brachiaria decumbens, Braschiaria
ruziziensis, Rumput Lapang, Star grass dan
Legum: kaliandra, turi, lamtoro
2012 - sekarang
(2 tahun)
 1 kali / tahun
Tegalsari
Buatan
Rumput: Setaria spachelata, Rumput Lapang, Brachiaria decumbens, Brachiaria ruziziensis dan Legum: kaliandra, turi, lamtoro
1950 - Sekarang
(64 tahun)
2 kali / tahun
Limpakuwus
Buatan
Rumput-legum
1950 - sekarang
(64 tahun)
2 kali/ tahun
Sumber: Data Primer Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan, 2014.


Lampiran 2. Macam-macam Sistem Penggembalaan
Tabel 2. Macam-macam Sitem Penggembalaan
Nama padang penggembalaan
Sistem Penggembalaan
Jenis Ternak yang digembalakan
Jumlah Ternak
Manggala
Rotasi/ Bergilir
Sapi PFH
250 ekor
Tegasari
Rotasi/ Bergilir
Sapi PFH
40-50 ekor/ gembala
Limpakuwus
Rotasi/ Bergilir
Sapi PFH

Sumber: Data Primer Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan, 2014.

 

Rumput Gembala Awal                                  Setelah Oven
I. 0,050 kg                                                       0,0175 kg
II. 0,050 kg                                                     0,0190 kg
Rumput Gembala
I.                    x 100% = 35 %
II.                 x 100% = 38 %
Diketahui :
Berat segar cuplikan    = 824 gram
Proper use factor        = 40%
Periode istirahat          = 12 minggu = 84 hari

Perhitungan estimasi daya tamping padang penggembalaan :
Dalam Berat Segar
Hijauan tersedia          = Berat segar cuplikan x Proper use factor
                                    = 824 x 40%
                                    = 3296 kg/ha

(y-1) s              = r
(y-1) 30           = 84
30 y                 = 84+30
y                      = 3,8

Kebutuhan luas tanah/tahun               = 3,8 x 0,3185
= 1,2103 ha/ekor/tahun

Lampiran 3. Estimasi Daya Tampung dengan Cuplikan (Lanjutan)
Daya Tampung                                    = 1 : kebutuhan luas tanah/tahun
= 1 : 1,2103
= 0,83 UT/Tahun/Ha

Daya Tampung Lahan                         = Daya tampung/ha x Luas Lahan
                                                            = 0,83 x 4
                                                            = 3,32 UT


Tabel 4. Analisis Komposisi Botani Metode Kuadrat Bujur Sangkar
No
Nama Vegetasi
Coverege d1 × d2
(cm)
Ulangan
DNS
F
DMI
K
SDR
1
2
3
4
M
R
m
R
M
r


1.
Brachiaria decumbens
9 x 7
6
6
5
4
26
0,48
5
0,5
992,25 x 10-4
0,98
1,96
0,65
2.
Centorsema pubescens
1 x 1
7
10
7
-
25
0,46
4
0,4
0,25 x 10-4
0,01
0,87
0,29
3.
Gulma
1 x 1
-
-
3
-
3
0,06
1
0,1
0,25  x 10-4
0,01
0,17
0,06
Jumlah





54
1,00

1,00
992,75 x 10-4
1,00
3,00
1,00
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan, 2014.                                                                                             
Keterangan : vegetasi yang mendominasi adalah Brachiaria decumbens (65 %), Centorsema pubescens (29%) dan gulma (6%)
Perhitungan :
1.                  Densitas (DNS)                                   = Jumlah individu suatu jenis pada plot
                                                                                                luas plot
Brachiaria decumbens                        = 26
Centorsema pubescens                        = 25
Gulma                                                  = 3 
Total Densitas                                      = 54


2.                  Frekuensi  (F)                                  = Jumlah berapa kali suatu jenis pada plot
                                                                                    luas plot

            Brachiaria decumbens            5  = 5
                                                                1
            Centorsema pubescens            = 4  = 4
                                                                1
            Gulma                                     = 1  = 1
                                                                1
            Total                                        =10

3.Dominasi (DMI)                             
Brachiaria decumbens            =  0,98     4.  Brachiaria decumbens            = 0,65
Centorsema pubescens            =   0,01            Centorsema pubescens           = 0,29
Gulma                                      =   0,01            Gulma                                     = 0,06


3.              K

Brachiaria decumbens            = 1,96     
Centorsema pubescens            = 0,87           
Gulma                                      =0,17




No. Plot
Rank
I
II
III
1.
A
B
-
2.
A
B
-
3.
A
B
C
4.
B
A
-
5.
B
-
-
Komponen



A
3
1
-
B
2
3
-
C
-
-
1
Jumlah
5
4
-
Sumber: Data Primer Praktikum Manajemen Padang Penggembalaan, 2014.                                                                                             
Perhitungan:
A = Legum (Centorsema pubescens)
B = Rumput (Brachiaria decumbens)
C = Gulma

A =      (3 x 8,04) + (1 x 2,41) + 0 = 26,53
B =      (2 x 8,04) + (3 x 2,41) + 0 = 23,31
C =      (0) + (0) + (1 x 1)               =   1,00
Jumlah                                           = 50, 84
Persentase estimasi BK
A =X100% = 52,18 %  
B =X 100% = 45,85 %
C = X100% = 1,97 %



Jarak tanaman                                     = 75cm
Luas tanam                                          = 150 x150 cm
Berat segar cuplikan 4 rumpun           = 22,4 kg
Berat segar (BS) hijauan /ha               = 99,5 ton/ha
BB (Bulan Basah)                               = 8 bulan
BK (Bulan Kering)                             = 4 bulan
Produksi / m2                                                   =  =9,95 kg/m
Produksi / ha                                       =9,9 x 1000 = 995.000 kg/ha
                                                             = 99,5 ton/ha


PR = (x P) + (x 1/2 P)
= (x 99,5) +(  x 49,75)
= (6 x 99,5) +  (2,4 x 49,75)
= 597 + 199,4
= 716,4 ton/ha/tahun









Lampiran 6.Menghitung Produksi Rumput Potong dengan Cuplikan(Lanjutan)

Perhitungan BK rumput Potong
Rumput Potong Awal                                                 Setelah Oven
I. 0,050 kg                                                       0,0230 kg
II. 0,0050 kg                                                   0,0175 kg
Maka BK =  x 100 % = BK %
Rumput Potong
I.                   x 100% = 46 %
II.                 x 100% = 35 %
III.             BK rata-rata=  40,5
Produksi BK                                       = BK sampel x produksi BS
                                                            = 40,5 x 716,4 ton/ tahun
                                                            = 290,142 ton/tahun/ ha (BK)
                                                            =290.142 kg/ tahun/ha (BK)

Kebutuhan lahan  / tahun/ ekor           = 3% X BB X 365 hari
                                                            = 3% X 350 kgX 365 hari
                                                            = 3.832,5

Daya tampung / ha                              =       Produksi /ha
                                                                   Kebutuhan lahan/ tahun  
                                                            =    290.142
                                                             3832,5
                                                     = 75,70 UT/tahun/ ha

Daya tampung lahan                           = Daya tampung / ha x luas lahan
                                                            = 75,70 x 15,5
                                                            = 1.173,35 UT

Tanaman
Daya tampung
(UT/ tahun/ha)
Luas Lahan
(ha)
Daya Tampung Total
Rumput gembala
0,83
4
3,32
Rumput potong
75,70
15,5
1.132,5
Total

1.135,82

Jumlah
Jumlah Ekor
UT
Induk
312
312
Sapi
33
16,5
Pedhet
312
53
Total

381,5

Daya Tampung Lahan
1.135,82
Jumlah Ternak
381,5
Selisih
754,32

            Daya tampung Farm Tegalsari di BBPTU-HPT Baturraden mencukupi untuk kebutuhan pakan ternak

 

1 komentar: