Senin, 01 Juni 2015

Laporan Praktikum Biokimia

LEMBAR LAPORAN HASIL PRAKTIKUM
MATA  KULIAH BIOKIMIA
GENAP 2015/2016

Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah: Prof. Retno Murwani, PhD.


Disusun Oleh:
V

            Kelas                                       :  (S-1 Peternakan)
Kelompok                               : 5
Tanggal praktikum                  : 16 Maret 2015
Jam praktikum                         : 09.00 – 11. 00 WIB










LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
I.                   PENCERNAAN KARBOHIDRAT

Karbohidrat dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis. Bahan pakan dan pangan yang kaya karbohidrat antara lain beras, jagung, sagu, singkong, dsb. Karbohidrat digolongkan menjadi 4 golongan: 1) monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa), 2) disakarida (laktosa, maltosa, sukrosa), 3) oligosakarida, dan 4) polisakarida (pati, glikogen, selulosa). Karbohidrat dari tumbuhan terdapat dalam bentuk polisakarida dan yang paling banyak adalah pati/amilum (bahasa Latin: amulon). Pati yang dimakan akan mengalami pencernaan oleh enzim-enzim pencerna karbohidrat. Pemecahan pati dimulai di mulut oleh enzim yang terdapat didalam saliva yaitu enzim amilase saliva yang mengubah polisakarida pati menjadi polisakarida pendek. Kemudian pemecahan polisakarida ini dilanjutkan di usus halus dengan bantuan enzim amilase pankreas yang mengubah polisakarida menjadi oligosakarida, maltosa, dan glukosa, selanjutnya maltosa diubah oleh enzim maltase menjadi glukosa.



EKSPERIMEN PEMECAHAN KARBOHIDRAT KOMPLEKS

1.        Eksperimen Pemecahan Larutan Pati (Amilum) oleh Amilase Pankreas  (Enzim Pankreatin/EP) dan Menguji Pengaruh pH pada Aktifitas Enzim Amilase Pankreas pada Suhu Ruang.


Prosedur:
a.                     Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan: 4 tabung reaksi; pipet tetes untuk masing-masing regen; amilum 1%; buffer pH 5, pH 6, pH 7, pH 8; lugol dan Enzim Pankreatin (EP).
b.                    Memasukkan masin-masing 3 ml amilum 1 % ke dalam 4 tabung reaksi yang telah diberi label.
c.                     Meambahkan 4 tetes buffer pada masing-masing tabung reaksi. Buffer pH 5 pada tabung 1a, buffer pH 6 pada tabung 1b, buffer pH 7 pada tabung 1c, dan buffer pH 8 pada tabung 1d. Kemudian tabung digoyang-goyang agar larutan homogen.
d.                    Menambahkan 2 tetes lugol pada masing-masing tabung reaksi, goyangkan tabung dan mulai melakukan pengamatan.
e.                     Selanjutnya menambahkan 4 tetes EP pada masing-masing tabung, goyangkan tabung, amati dan catat perubahan yang terjadi serta catat waktu yang dibutuhkan sampai terjadinya perubahan warna larutan.


Prosedur itu diringkas dalam tabel berikut:
Tabung
Reagen yang dimasukkan
Pengamatan warna larutan selama inkubasi 0-30 menit setelah penambahan EP
Amilum 1 % (ml)
Buffer (0,2 ml atau 4 tetes)
Lugol
(tetes)
EP
(tetes)
1a
3
pH 5
2
4
4 menit, biru-bening
1b
3
pH 6
2
4
6 menit, biru-bening
1c
3
pH7
2
4
14 menit, biru-bening
1d
3
pH 8
2
4
17 menit, biru-bening
Sumber: Data Primer Praktikum Biokimia, 2015.

Berdasarkan hasil praktikum Eksperimen Pemecahan Larutan Pati (Amilum) oleh Amilase Pankreas  (Enzim Pankreatin/EP) dan Menguji Pengaruh pH pada Aktifitas Enzim Amilase Pankreas pada Suhu Ruang dapat diketahui bahwa pada masing-masing tabung yang berisi amilum 1% sebanyak 3 ml, ditambahkan buffer pH 5 pada tabung 1a, buffer pH 6 pada tabung 1b, buffer pH 7 pada tabung 1c, dan buffer pH 8 pada tabung 1d. Setiap tabung ditambahkan lugol sebanyak 2 tetes dan EP sebanyak 4 tetes. EP yang ditambahkan pada tiap tabung akan menyebabkan terjadinya perubahan warna dari warna biru menjadi bening hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi pemecahan karbohidrat kompleks menjadi karbohidrat sederhana. Larutan terlebih dahulu ditambahkan lugol hingga mengalami perubahan warna menjadi biru, lalu tambahkan EP. Warna biru yang muncul disebabkan adanya reaksi positif antara lugol dengan amilum yang merupakan karbohidrat kompleks. Martoharsono (2000) menyatakan bahwa lugol merupakan reagen untuk mendeteksi kandungan amilum pada suatu percobaan dengan menunjukkan hasil positif apabila sampel yang diberi lugol berubah warna menjadi ungu atau biru gelap. Perubahan warna tersebut terjadi dengan waktu yang berbeda pada setiap tabung. Tabung 1a terjadi perubahan warna dalam waktu 4 menit, pada tabung 2 terjadi perubahan warna dalam waktu 6 menit, pada tabung 1c terjadi perubahan warna dalam waktu 14 menit dan pada tabung 1d terjadi perubahan warna dalam waktu 17 menit. Perbedaan waktu pada proses pemecahan karbohidrat kompleks dipengaruhi oleh perbedaan pH, karena pH dapat mempengaruhi aktivitas enzim. Hal ini sesuai pendapat Hawab (2004) yang menyatakan bahwa aktifitas enzim dipengaruhi oleh pH lingkungan tempat enzim bekerja. Masing-masing enzim memiliki pH optimum yang berbeda. Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu tergantung pada pH lingkungannya. Hal ini didukung oleh pendapat Jayanti (2011) yang menyatakan bahwa aktivitas enzim dipengaruhi oleh pH.




2.        Eksperimen Pengaruh Konsentrasi Substrat (Amilum) pada Aktifitas Amilase Pankreas (Suhu Ruang)


Prosedur :
a.    Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan: 3 tabung reaksi, pipet tetes untuk masing-masing reagen, amilum 0,25%, amilum 0,5%, amilum 1%, buffer ph 8, lugol dan EP.
b.    Memasukkan amilum 0,25%, 0,5%, dan  1% sebanyak 0,5 ml pada setiap tabungyang sudah dilarutkan dalam air hangat.
c.    Menambahkan 2,5 ml buffer ph 7 pada masing-masing tabung, gojok agar homogen.
d.   Selanjutnya menambahnkan 2 tetes lugol pada ke-tiga tabung, gojok dan mulai mengamatan dan catat peruhana warna larutan .
e.    Menambahkan 4 tetes EP pada ke-tiga tabung, gojok, amati dan catat waktu sejak penambahan enzim sampai terjadinya perubahan warna larutan.

Prosedur itu diringkas dala tabel berikut:

Tabung
Reagen yang dimasukkan
Pengamatan warna larutan selama inkubasi 0-30 menit setelah penambahan EP
Amilum (ml)
Buffer pH 7 (ml)
Lugol
(tetes)
Ep
(tetes)
1e
0,5 (0,25 %)
2,5
2
4
Biru menjadi bening, waktu = 13 detik
1f
0,5 (0,5 %)
2,5
2
4
Biru menjadi bening, waktu = 15 detik
1g
0,5 (1 %)
2,5
2
4
Biru menjadi bening, waktu = 21 detik
Sumber: Data Primer Praktikum Biokimia, 2015.
Berdasarkan hasil praktikum  Eksperimen Pengaruh Konsentrasi Substrat (Amilum) pada Aktifitas Amilase Pankreas (Suhu Ruang) dapat diketahui bahwa pada setiap tabung ditambah larutan amilum sebanyak 0,5 ml dengan konsentrasi 0,25% pada tabung 1e, 0,5% pada tabung 1f, dan 1% pada tabung 1g. Penambahan buffer pH 7 sebanyak 2,5 ml, lugol sebanyak 2 tetes, larutan mengalami perubahan warna menjadi biru karena amilum merupakan polisakarida yang dapat bereaksi positif dengan lugol. Hal ini sesuai dengan pendapat Martoharsono (2000) yang menyatakan bahwa lugol merupakan reagen untuk mendeteksi kandungan amilum pada suatu percobaan dengan menunjukkan hasil positif apabila sampel yang diberi lugol berubah warna menjadi ungu atau biru gelap. Penambahan enzim pakreatin (EP) sebanyak 4 tetes. Tabung diinkubasi selama 0 - 30 menit. Hasil yang diperoleh pada tabung 1e terjadi perubahan warna dari biru menjadi bening selama 13 detik, tabung 1f terjadi perubahan warna dari biru menjadi bening selama 15 detik, dan pada tabung 1g terjadi perubahan warna dari biru menjadi bening selama 21 detik. Tabung 1e larutan yang memiliki konsentrasi substrat paling rendah mengalami perubahan warna paling cepat, selanjutnya tabung 1f, dan yang paling lama mengalami perubahan warna ialah tabung 1g dengan konsentrasi substrat paling tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pada tabung 1e memiliki kerja enzim yang lebih cepat. Semakin tinggi konsentrasi substrat semakin lambat perubahan warna yang terjadi dan semakin rendah konsentrasi substrat maka semakin cepat perubahan warna yang terjadi karena jika kosentrasi substrat tinggi maka enzim sulit untuk bekerja. Hal ini sesuai pendapat dari Poedjiadi (2006) yang menyatakan bahwa bertambah besarnya konsentrasi substrat tidak menyebabkan bertambah besarnya konsentrasi kompleks enzim substrat, sehingga hasil reaksinya pun tidak bertambah besar.
Sebagai katalisator, enzim mempunyai spesifitas yang sangat tinggi, baik terhadap reaktan (substrat) maupun jenis reaksi yang dikatalisiskan. Hal ini sesuai pendapat Sirajuddin (2012) yang menyatakan bahwa pada umumnya, suatu enzim hanya mengatalisis satu jenis reaksi dan bekerja pada suatu substrat tertentu. Enzim dapat meningkatkan laju reaksi tanpa pembentukan produk samping dan molekul yang berfungsi dalam larutan encer pada keadaan tekanan, suhu, dan pH normal. Hal ini didukung oleh pendapat Saropah (2013) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi enzimatik adalah konsentrasi substrat dan enzim, peningkatan konsentrasi substrat  cenderung meningkatkan aktivitasnya.








II.                PENCERNAAN LEMAK

Lemak adalah senyawa yang tidak larut air tetapi larut dalam pelarut organik. Contoh pelarut lemak yaitu eter, aceton, atau hexan. Secara sederhana lemak dibagi menjadi 3 golongan : 1) lemak sederhana (ester asam lemak dengan alcohol contohnya lemak dan lilin), 2) Lemak majemuk (ester asam lemak dengan gugus tambahan contohnya fosfolipid), 3) Turunan lipid (senyawa yang dihasilkan dari hidrolisis lipid contohnya asam lemak dan gliserol).
Lemak terdapat pada produk hewani seperti daging, telur, jeroan dan susu maupun produk nabati seperti minyak dan lilin. Lemak pada hewani berfungsi sebagai cadangan energi. Pencernaan lemak dimulai di usus halus oleh enzim lipase (yang dihasilkan oleh pankreas) yang akan menghidrolisis lemak menjadi asam lemak dan diasilgliserol. Lemak dalam usus juga diubah bentuknya menjadi emulsi dengan bantuan cairan empedu yang akan memudahkan enzim lipase bekerja menghidrolisis lemak. Hasil pemecahan lemak ini kemudia diuji dengan menambahkan NaOH dengan adanya indikator Phenolpthalein (PP).




Eksperimen Pemecahan Minyak Nabati oleh Lipase Pankreas (EP) (Suhu Ruang)


Prosedur :
a.       Menyiapkan alat dan bahan: 3 tabung reaksi, pipet tetes untuk masing-masing reagen, minyak, buffer pH 7, PP, cairan empedu, EP, NaOH, dan pemanas spiritus/lilin
*Cairan empedu dibuat dari 1 buah empedu ayam yang dilarutkan dalam 10 ml air. 1 kloter cukup menggunakan 2 buah empedu
 b.   Memasukkan 1 ml minyak pada setiap tabung yang telah diberi label
 c.    Menambahkan buffer pH 7 pada setiap tabung, gojok agar homogen
 d.   Selanjutnya menambahkan 4 tetes PP pada tabung 3B dan 3C, gojok dan   mulai pengamatan
 e.    Menambahkan cairan empedu 5 tetes pada tabung 3C, gojok
 f.    Menambahkan 4 tetes EP pada tabung 3B dan 3C, gojok, amati dan catat perubahan yang terjadi
g.    Biarkan dalam suhu ruang selama 15 menit
h.    Setelah 15 menit. Panaskan dengan menggunakan pemanas spiritus/lilin sampai mendidih langsung dihentikan, tunggu dingin baru tambahkan dengan tetesan larutan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna. Amati dan catat perubahan warna yang terjadi serta catat jumah NaOH yang dibutuhkan.

Prosedur diatas, diringkas dalam tabel berikut:                           



Tabung

Reagen yang dimasukkan
Pengamatan sebelum inkubasi
Jumlah NaOH yang diteteskan
Warna larutan setelah penambahan NaOH
Minyak
(ml)
Buffer pH 7
(ml)
PP
(tetes)
Cairan Empedu
EP
(tetes)
3a
1
1,4
4
-
-
Putih
8
Merah muda bening
3b
1
1
4
-
4
Putih
10
Merah muda sedikit pekat
3c
1
1
4
5 tetes
4
Hijau
11
Merah muda pekat
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2015.

Berdasarkan hasil praktikum Eksperimen Pemecahan Minyak Nabati oleh Lipase Pankreas (EP) (Suhu Ruang) yang telah dilakukan diketahui bahwa pada masing-masing tabung yang berisi minyak sebanyak 1 ml ditambahkan buffer pH 7 sebanyak 1,4 ml pada tabung 3a, sedangkan pada tabung 3b dan 3c sebanyak 1 ml. Setiap tabung ditambahkan PP sebanyak 4 tetes, pada tabung 3c ditambahkan cairan empedu sebanyak 5 tetes serta EP pada tabung 3b dan 3c sebanyak 4 tetes. Tabung 3a dan 3b warna awal atau sebelum inkubasi berwarna putih, tabung 3c berwarna hijau. Melakukan inkubasi dalam suhu ruang selama 15 menit. Perlakuan inkubasi setelah 15 menit setiap tabung dipanaskan dengan menggunakan lilin sampai mendidih dan langsung dihentikan. Perlakuan inkubasi pada setiap sampel menunjukkan bahwa hidrolisa lemak dapat berlangsung pada suhu yang sesuai. Tabung 3a memerlukan 8 tetes NaOH sampai terjadi perubahan warna dari putih menjadi merah muda bening. Tabung 3b memerlukan 10 tetes sampai terjadi perubahan warna dari putih menjadi merah muda sedikit pekat, dan tabung 3c memerlukan 11 tetes sampai terjadi perubahan warna dari hijau menjadi merah muda pekat. Tabung 3a memerlukan NaOH paling sedikit hanya 8 tetes, dan tabung 3c memerlukan paling banyak NaOH yaitu 11 tetes. NaOH pada proses ini berfungsi untuk mengetahui banyak sedikitnya asam lemak yang di bebaskan. Hal ini sesuai dengan pendapat Smith (2000) yang menyatakan NaOH adalah basa untuk mengetahui banyak sedikitnya asam lemak yang dibebaskan. Perubahan warna yang terjadi karena adanya pembebasan asam lemak oleh cairan empedu dimana cairan empedu tersebut merupakan emulsifier lemak yang menyebabkan suspensi dalam air, enzim kemudian memecah suspensi lemak tersebut menjadi komponen-komponennya. Hal ini sesuai dengan pendapat Poedjiadi et al., (2006) yang menyatakan bahwa garam empedu merupakan komponen utama dalam empedu dan berfungsi sebagai emulgator yaitu suatu  zat yang menyebabkan kestabilan suatu emulsi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumardjo (2008) yang menyatakan bahwa semakin banyak asam lemak yang dibebaskan maka, semakin banyak larutan NaOH yang dibutuhkan untuk menetralisir.








III.      PENCERNAAN PROTEIN

Protein berasal dari kata protos atau proteos berarti utama. Protein adalah komponen utama pada sel baik pada sel tumbuhan, hewan, maupun manusia. Protein untuk tumbuh diperoleh dari makanan baik dari sumber hewani seperti telur, daging, dan susu atau dari nabati seperti protein kedelai. Protein dalam makanan yang masuk ke saluran pencernaan akan dicerna oleh enzim-enzim pencernaan protein. Pencernaan protein dimulai di lambung dan kemudian dilanjutkan di usus halus. Di lambung protein dipecah oleh enzim pepsin dan di usus halus protein protein dipecah oleh enzim pankreas. Pencernaan protein sangat di pengaruhi oleh suhu dan pH.

Pemecahan Albumin Putih Telur (PT) Segar oleh Pepsin (lambung) dan Protease Pankreatin (EP (Suhu Ruang)

Prosedur:
a.         Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan : 4 tabung reaksi, pipet tetes untuk masing-masing reagen, putih telur segar buffer pH 7, indikator, protin, enzim pepsin, enzim pankreatin (EP), HCl 12,5% dan formalin.
b.        Memasukan 1 tetes PT pada setiap tabun reaksi yang telah diberi label
c.         Menambahkan 1 ml buffer pH 7, gojok agar homogen.
d.        Menambahkan 6 tetes indicator protein (3 tetes biuret A dan 3 tetes biuret B0 pada setiaptabung, gojok dan mulai pengamatan.
e.         Selanjutnya manambahkan 4 tetes pepsin pada tabung 2B dan 2C serta 4 tetes EP pada tabung 2D, gojok dan amati perubahan yang terjadi.
f.         Biarkan selama 5 menit, dan tambakan 5 tetes HCl 12,5% pada tabung 2B. Gojok hingga homogen.
g.        Setelah tabung 2B ditambah 5 tetes HCl mulai catat waktu inkubasi selama 10 menit dan catat warna larutan.
h.        Setelah inkubasi 10 menit tetesi dengan 5 tetesformalin kemudian catat warna larutan dan perubahannya.

Prosedur di atas diringkas pada tabel berikut:
Tabung
Reagen yang dimasukkan
Pengamatan Warna Larutan Setelah Peambahan Indikator Protein
Pengamatan Warna Larutan di Tabung Setelah Penambahan Enzim
PT
(tetes)
Buffer pH 7
(ml)
Indikator Protein
(tetes)
Enzim
(0,2 ml/
tetes)
HCl 12,5 %
(tetes)
Formalin
(tetes)
2a
1
1
6
-
-
5
Ungu
Ungu bening
2b
1
1
6
Pepsin
5
5
Ungu
Putih pekat
2c
1
1
6
Pepsin
-
5
Ungu
Ungu bening
2d
1
1
6
EP
-
5
Ungu
Ungu pekat
Sumber: Data Primer Praktikum Biokimia, 2015.


Berdasarkan hasil praktikum Pemecahan Albumin Putih Telur (PT) Segar oleh Pepsin (Lambung) dan Protease Pankreatin (EP) Suhu Ruang dapat diketahui bahwa pada setiap tabung ditambahkan putih telur sebanyak 1 tetes, kemudian buffer pH 7 sebanyak 1 ml, dan ditambah indikator protein (biuret) sebanyak 6 tetes. Penambahan biuret pada larutan menyebabkan warna larutan berubah menjadi ungu. Hal ini sesuai pendapat Iswari (2006) yang menyatakan bahwa pada uji biuret, ketika ditambahkan pada alkali kuat dari peptida atau protein dihasilkan warna ungu, adalah test yang umum untuk protein dan diberikan oleh peptida yang berisi dua atau lebih rantai peptida. Pengamatan dilakukan kembali setelah terjadi perubahan warna dengan menambahkan enzim pepsin pada tabung 2b dan 2c sebanyak 0,2 ml, dan EP pada tabung 2d sebanyak 0,2 ml kemudian diamkan selama 5 menit. Menambahkan HCl 12,5% pada tabung 2b sebanyak 5 tetes, kemudian diinkubasi selama 10 menit, lalu teteskan formalin sebanyak 5 tetes pada setiap tabung setelah selesai diinkubasi. Hasil yang didapat ialah pada tabung 2a dan 2c warna menjadi ungu bening, pada tabung 2b warna menjadi putih pekat dan pada tabung 2d warna menjadi ungu pekat. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa kerja enzim dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya yaitu pH. Hal ini sesuai dengan pendapat Pelczar et al., (1986) yang menyatakan bahwa kerja enzim dipengaruhi beberapa faktor yaitu suhu, pH dan substrat. Tabung 2b saat penambahan enzim pepsin dan HCl 12,5% warna larutan berubah menjadi putih pekat. Warna putih pekat yang dihasilkan pada tabung 2b disebabkan oleh protein yang telah dipecah oleh reaksi antara pepsin dan HCl. Hal ini sesuai pendapat Wahyu (1993) yang menyatakan bahwa enzim pepsin berperan dalam memecah protein menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti  polipeptida, protease, pepton dan peptida.
Tabung 2d yang ditambah EP menghasilkan perubahan warna menjadi ungu pekat hal ini menunjukan adanya pencernaan protein secara sempurna oleh penambahan enzim pankreatin sehingga hasilnya menunjukkan reaksi yang positif. Hal ini didukung oleh pendapat Iswari (2006) yang menyatakan bahwa protein dicerna menjadi asam-asam amino oleh enzim proteolitik yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang disekresikan dan dialirkan ke usus melalui saluran pankreas. Penambahan HCl dalam percobaan ini berfungsi untuk membantu mengaktifkan pepsin menjadi pepsinogen untuk mencerna protein dari albumin putih telur. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumardjo (2008) yang menyatakan bahwa HCl berfungsi dalam mengaktifkan pepsin menjadi pepsinogen dalam pencernaan protein menjadi protease, pepton, dan polipeptida. Hal ini didukung oleh pendapat Monruw (2010) yang menyatakan bahwa pepsinogen diubah dalam getah lambung menjadi pepsin aktif.

















IV.      GLIKOLISIS PADA SEL RAGI

            Hasil akhir pemecahan karbohidrat di saluran pencernaan adalah glukosa yang kemudian diangkut dan diedarkan oleh darah ke seluruh sel jaringan tubuh. Glukosa merupakan energi utama sel-sel jaringan tubuh dan untuk memperoleh energi dari glukosa maka glukosa harus dipecah melalui serangkaian reaksi biokimiawi yang dikenal dengan jalur Glikolisis. Pemecahan (katabolisme) glukosa dalam sel ini melalui banyak tahapan reaksi dan terjadi di sitoplasma. Sepuluh tahapan reaksi pertama akan mengubah glukosa menjadi piruvat. Piruvat akan dipecah lebih lanjut melalui jalur aerob atau anaerob tergantung ketersediaan oksigen. Pada kondisi aerob piruvat diubah menjadi Acetyl CoA. Pada kondisi anaerob piruvat dipecah menjadi alkohol, CO2  dan H2O atau asam laktat dan H2O tergantung pada organismenya.


Eksperimen Glikolisis Oleh Sel Ragi

Prosedur:
a.       Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan: 2 tabung reaksi panjang yang dapat menampung ± 20 ml larutan, gelas ukur, ragi, air, amilum dan glukosa.
*) ragi dan amilum 10% dalam air, glukosa/gula pasir 5 % dalam air.
b.      Memasukkan 10 ml ragi ke masing-masing tabung.
c.       Menambahkan 10 ml air pada tbung 1a, 10 ml glukosa pada tabung 4b dan 10  ml amilum pada tabung 4c, menutup bagian atas tabung reaksi dengan ibu jari kemudian balik tabung reaksi beberapa kali hingga larutan homogen.
d.      Menutup tabung reaksi dengan balon kempes dan kencangkan dengan karet.
e.       Amati dan catat perubahan yang terjadi pada balon dan perubahan cairan dalam tabung.

Prosedur diatas diringkas pada tabel berikut:

Tabung
Reagen yang Dimasukkan
Pengamatan setelah Inkubasi 0 - 20 menit
4A
10 ml ragi + 10 ml air, mix
Tidak Mengembang
4B
10 ml ragi + 10 ml glukosa, mix
Mengembang pada menit ke 18
4C
10 ml ragi + 10 ml amilum, mix
Sedikit Mengembang
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2015.

Berdasarkan hasil praktikum Eksperimen Glikolisis oleh Sel Ragi dapat diketahui bahwa pada tabung 4a dimasukkan 10 ml  reagen ragi ditambah dengan 10 ml air lalu dicampur, hasilnya tidak terbentuk gas sehingga balon tidak mengembang. Tabung 4b dimasukkan 10 ml  reagen ragi ditambah dengan 10 ml glukosa lalu dicampur, hasilnya terbentuk gas yang ditandai dengan mengembangnya balon dengan sempurna. Perbedaan antara tabung 1a dan tabung 1b ialah terdapat pada substrat yang dicampurkan. Tabung 1b balon dapat mengembang dikarenakan adanya karbondioksida dari hasil fermentasi antara ragi dan glukosa. Hal ini sesuai dengan pendapat Hawab (2004) yang menyatakan bahwa karbondioksida yang dihasilkan dari proses fermentasi akan menghasilkan gelembung-gelembung udara. Tabung 1a balon tidak mengembang dikarenakan tidak adanya karbondioksida yang dihasilkan dari substrat air, karena air bukan substrat yang dapat menghasilkan reaksi glikolisis. Hal ini sesuai dengan pendapat Iswari (2006) yang menyatakan bahwa air bukanlah substrat yang tepat untuk menghasilkan reaksi glikolisis sehingga tidak akan terjadi reaksi glikolisis.
Tabung 4c dimasukkan 10 ml  reagen ragi ditambah dengan 10 ml amilum lalu dicampur, hasilnya terbentuk gas, namun hanya sedikit yang ditandai dengan balon yang sedikit mengembang. Hal ini disebabkan karena proses fermentasi amilum yang terdegradasi menjadi molekul gula sederhana kemudian bereaksi dengan ragi sehingga terbentuk gelembung. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadeghi et al. (2008) yang menyatakan bahwa fermentasi merupakan modifikasi amilum secara hidrolisis dengan memanfaatkan enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme dalam proses fermentasi. Sujka (2009) menyatakan bahwa Enzim á-amilase mampu mendegradasi amilum dengan memotong ikatan á-(1-4)-glikosidik pada amilosa dan amilopektin, enzim tersebut dihasilkan oleh golongan bakteri asam laktat dalam proses fermentasi.







DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N. A, Reece, T. B, Mitchell, L. G. 2002. Biologi. Jilid II Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta.
Hawab, H. M. 2004. Pengantar Biokimia. Banyumedia Publishing. Malang.
Iswari, R. S. 2006. Biokimia. Pt. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Jayanti, P. 2011. Analisis Pengaruh Size, Profitabilitas, Leverage, Terhadap Pengungkapan CSR pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Universitas Diponegoro.(Skripsi S1 Pertanian)
Martoharsono,S.2000. Biokimia. Gadjah Mada Press, Yogyakarta.

Monruw. 2010. Analisis Biokimia. Banyumedia. Jakarta.
Pelczar, J. Michael dan E.C.S Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Diterjemahkan oleh Ratna Siri H, dkk. Universitas Indonesia (UI-press). Yogyakarta.
Poedjiadi, A. dan T. Supriyanti . 2006. Dasar-Dasar Biokimia Edisi Revisi. UI- Press. Jakarta.

Sadeghi A., F. Shahidi, A. S. Mortazavi dan M. N. Mahalati. 2008. Evaluation
of Different Parameters Effect on Maltodextrin Production by á-amylase
Termamyl 120L. World Appl. Sci. Journal. 3 (1), 34-39.

Saropah, D.A.Kinetik Reaksi Enzimatis Ekstrak Kasar Enzim Selulase bakteri selulolitik hasil isolasi dari bekatul.2 (1).
Sirajuddin, S. 2012. Penuntun Praktikum Biokimia. Universitas Hasanuddin Press. Makassar.

Smith. 2000. Schaum’s: Biokimia. Erlangga. Jakarta
Sujka, M & Jamroz, J. 2009. á-Amylolysis of native potato and corn starche-SEM, AFM, nitrogen and iodine sorption investigations. LWT – Food Sci. Technol. Int. 42 (2009) 1219 – 122.

Sumardjo, D. 2008. Pengantar Kimia. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.

Wahyu, J. 1993. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-4. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar