LEMBAR
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM
MATA KULIAH BIOKIMIA
GENAP
2015/2016
Dosen
Penanggung Jawab Mata Kuliah: Prof. Retno Murwani, PhD.
Disusun
Oleh:
V
Kelas : (S-1 Peternakan)
Kelompok : 5
Tanggal
praktikum : 16 Maret 2015
Jam praktikum :
09.00 – 11. 00 WIB
LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
I.
PENCERNAAN
KARBOHIDRAT
Karbohidrat
dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis. Bahan pakan dan pangan
yang kaya karbohidrat antara lain beras, jagung, sagu, singkong, dsb.
Karbohidrat digolongkan menjadi 4 golongan: 1) monosakarida (glukosa, fruktosa,
galaktosa), 2) disakarida (laktosa, maltosa, sukrosa), 3) oligosakarida, dan 4)
polisakarida (pati, glikogen, selulosa). Karbohidrat dari tumbuhan terdapat
dalam bentuk polisakarida dan yang paling banyak adalah pati/amilum (bahasa
Latin: amulon). Pati yang dimakan
akan mengalami pencernaan oleh enzim-enzim pencerna karbohidrat. Pemecahan pati
dimulai di mulut oleh enzim yang terdapat didalam saliva yaitu enzim amilase saliva
yang mengubah polisakarida pati menjadi polisakarida pendek. Kemudian pemecahan
polisakarida ini dilanjutkan di usus halus dengan bantuan enzim amilase
pankreas yang mengubah polisakarida menjadi oligosakarida, maltosa, dan
glukosa, selanjutnya maltosa diubah oleh enzim maltase menjadi glukosa.
EKSPERIMEN
PEMECAHAN KARBOHIDRAT KOMPLEKS
1.
Eksperimen
Pemecahan Larutan Pati (Amilum) oleh Amilase Pankreas (Enzim Pankreatin/EP) dan Menguji Pengaruh pH
pada Aktifitas Enzim Amilase Pankreas pada Suhu Ruang.
Prosedur:
a.
Menyiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan: 4 tabung reaksi; pipet tetes untuk masing-masing regen; amilum 1%;
buffer pH 5, pH 6, pH 7, pH 8; lugol dan Enzim Pankreatin (EP).
b.
Memasukkan masin-masing 3 ml amilum 1 %
ke dalam 4 tabung reaksi yang telah diberi label.
c.
Meambahkan 4 tetes buffer pada
masing-masing tabung reaksi. Buffer pH 5 pada tabung 1a, buffer pH 6 pada
tabung 1b, buffer pH 7 pada tabung 1c, dan buffer pH 8 pada tabung 1d. Kemudian
tabung digoyang-goyang agar larutan homogen.
d.
Menambahkan 2 tetes lugol pada
masing-masing tabung reaksi, goyangkan tabung dan mulai melakukan pengamatan.
e.
Selanjutnya menambahkan 4 tetes EP pada
masing-masing tabung, goyangkan tabung, amati dan catat perubahan yang terjadi
serta catat waktu yang dibutuhkan sampai terjadinya perubahan warna larutan.
Prosedur
itu diringkas dalam tabel berikut:
Tabung
|
Reagen yang
dimasukkan
|
Pengamatan warna larutan selama
inkubasi 0-30 menit setelah penambahan EP
|
|||
Amilum 1 %
(ml)
|
Buffer (0,2 ml
atau 4 tetes)
|
Lugol
(tetes)
|
EP
(tetes)
|
||
1a
|
3
|
pH 5
|
2
|
4
|
4 menit, biru-bening
|
1b
|
3
|
pH 6
|
2
|
4
|
6 menit, biru-bening
|
1c
|
3
|
pH7
|
2
|
4
|
14 menit, biru-bening
|
1d
|
3
|
pH 8
|
2
|
4
|
17 menit, biru-bening
|
Sumber: Data Primer Praktikum Biokimia,
2015.
Berdasarkan hasil
praktikum Eksperimen Pemecahan Larutan Pati (Amilum) oleh Amilase Pankreas (Enzim Pankreatin/EP) dan Menguji Pengaruh pH
pada Aktifitas Enzim Amilase Pankreas pada Suhu Ruang dapat diketahui bahwa
pada masing-masing tabung yang berisi amilum 1% sebanyak 3 ml, ditambahkan
buffer pH 5 pada tabung 1a, buffer pH 6 pada tabung 1b, buffer pH 7 pada tabung
1c, dan buffer pH 8 pada tabung 1d. Setiap tabung ditambahkan lugol sebanyak 2
tetes dan EP sebanyak 4 tetes. EP yang ditambahkan pada tiap tabung akan
menyebabkan terjadinya perubahan warna dari warna biru menjadi bening hal ini
menunjukkan bahwa telah terjadi pemecahan karbohidrat kompleks menjadi
karbohidrat sederhana. Larutan terlebih
dahulu ditambahkan lugol hingga mengalami perubahan warna menjadi
biru, lalu tambahkan EP. Warna biru yang muncul disebabkan adanya reaksi
positif antara lugol dengan amilum yang merupakan karbohidrat kompleks. Martoharsono (2000) menyatakan bahwa lugol merupakan reagen untuk
mendeteksi kandungan amilum pada suatu percobaan dengan menunjukkan hasil
positif apabila sampel yang diberi lugol berubah warna menjadi ungu atau biru
gelap. Perubahan warna tersebut terjadi dengan waktu yang berbeda pada
setiap tabung. Tabung 1a terjadi perubahan warna dalam waktu 4 menit, pada
tabung 2 terjadi perubahan warna dalam waktu 6 menit, pada tabung 1c terjadi
perubahan warna dalam waktu 14 menit dan pada tabung 1d terjadi perubahan warna
dalam waktu 17 menit. Perbedaan waktu pada proses pemecahan karbohidrat
kompleks dipengaruhi oleh perbedaan pH, karena pH dapat mempengaruhi aktivitas
enzim. Hal ini sesuai pendapat Hawab (2004) yang menyatakan bahwa aktifitas
enzim dipengaruhi oleh pH lingkungan tempat enzim bekerja. Masing-masing enzim
memiliki pH optimum yang berbeda.
Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu tergantung pada pH lingkungannya. Hal
ini didukung oleh pendapat Jayanti (2011) yang menyatakan bahwa
aktivitas enzim dipengaruhi oleh pH.
2.
Eksperimen
Pengaruh Konsentrasi Substrat (Amilum) pada Aktifitas Amilase Pankreas (Suhu
Ruang)
Prosedur
:
a. Menyiapkan
alat dan bahan yang dibutuhkan: 3 tabung reaksi, pipet tetes untuk
masing-masing reagen, amilum 0,25%, amilum 0,5%, amilum 1%, buffer ph 8, lugol
dan EP.
b. Memasukkan
amilum 0,25%, 0,5%, dan 1% sebanyak 0,5
ml pada setiap tabungyang sudah dilarutkan dalam air hangat.
c. Menambahkan
2,5 ml buffer ph 7 pada masing-masing tabung, gojok agar homogen.
d. Selanjutnya
menambahnkan 2 tetes lugol pada ke-tiga tabung, gojok dan mulai mengamatan dan
catat peruhana warna larutan .
e. Menambahkan
4 tetes EP pada ke-tiga tabung, gojok, amati dan catat waktu sejak penambahan
enzim sampai terjadinya perubahan warna larutan.
Prosedur
itu diringkas dala tabel berikut:
Tabung
|
Reagen yang
dimasukkan
|
Pengamatan
warna larutan selama inkubasi 0-30 menit setelah penambahan EP
|
|||
Amilum (ml)
|
Buffer pH 7
(ml)
|
Lugol
(tetes)
|
Ep
(tetes)
|
||
1e
|
0,5 (0,25 %)
|
2,5
|
2
|
4
|
Biru menjadi
bening, waktu = 13 detik
|
1f
|
0,5 (0,5 %)
|
2,5
|
2
|
4
|
Biru menjadi
bening, waktu = 15 detik
|
1g
|
0,5 (1 %)
|
2,5
|
2
|
4
|
Biru menjadi
bening, waktu = 21 detik
|
Sumber: Data Primer Praktikum Biokimia,
2015.
Berdasarkan hasil
praktikum Eksperimen Pengaruh
Konsentrasi Substrat (Amilum) pada Aktifitas Amilase Pankreas (Suhu Ruang)
dapat diketahui bahwa pada setiap tabung ditambah larutan amilum sebanyak 0,5 ml
dengan konsentrasi 0,25% pada tabung 1e, 0,5% pada tabung 1f , dan 1% pada tabung 1g. Penambahan
buffer pH 7 sebanyak 2,5 ml, lugol sebanyak 2 tetes, larutan mengalami perubahan
warna menjadi biru karena amilum merupakan polisakarida yang dapat bereaksi
positif dengan lugol. Hal ini sesuai dengan pendapat Martoharsono
(2000) yang menyatakan bahwa lugol merupakan reagen untuk mendeteksi kandungan
amilum pada suatu percobaan dengan menunjukkan hasil positif apabila sampel
yang diberi lugol berubah warna menjadi ungu atau biru gelap. Penambahan
enzim pakreatin (EP) sebanyak 4 tetes. Tabung diinkubasi selama 0 - 30 menit. Hasil
yang diperoleh pada tabung 1e terjadi perubahan warna dari biru menjadi bening
selama 13 detik, tabung 1f
terjadi perubahan warna dari biru menjadi bening selama 15 detik, dan pada
tabung 1g terjadi perubahan warna dari biru menjadi bening selama 21 detik. Tabung
1e larutan yang memiliki konsentrasi substrat paling rendah mengalami perubahan
warna paling cepat, selanjutnya tabung 1f , dan yang paling lama mengalami perubahan
warna ialah tabung 1g dengan konsentrasi substrat paling tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa pada tabung 1e memiliki kerja enzim yang lebih cepat. Semakin
tinggi konsentrasi substrat semakin lambat perubahan warna yang terjadi dan
semakin rendah konsentrasi substrat maka semakin cepat perubahan warna yang
terjadi karena jika kosentrasi substrat tinggi maka enzim sulit untuk bekerja.
Hal ini sesuai pendapat dari Poedjiadi (2006) yang menyatakan bahwa bertambah
besarnya konsentrasi substrat tidak menyebabkan bertambah besarnya konsentrasi
kompleks enzim substrat, sehingga hasil reaksinya pun tidak bertambah besar.
Sebagai katalisator, enzim mempunyai spesifitas yang sangat tinggi, baik terhadap reaktan (substrat)
maupun jenis reaksi yang dikatalisiskan. Hal ini sesuai pendapat
Sirajuddin (2012) yang menyatakan bahwa pada umumnya, suatu enzim hanya mengatalisis satu jenis
reaksi dan bekerja pada suatu substrat tertentu. Enzim dapat meningkatkan laju reaksi tanpa pembentukan
produk samping dan molekul yang berfungsi dalam larutan encer pada keadaan tekanan,
suhu, dan pH normal. Hal ini didukung oleh pendapat Saropah (2013)
yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi enzimatik
adalah konsentrasi substrat dan enzim, peningkatan konsentrasi substrat cenderung meningkatkan aktivitasnya.
II.
PENCERNAAN
LEMAK
Lemak adalah senyawa
yang tidak larut air tetapi larut dalam pelarut organik. Contoh pelarut lemak
yaitu eter, aceton, atau hexan. Secara sederhana lemak dibagi menjadi 3
golongan : 1) lemak sederhana (ester asam lemak dengan alcohol contohnya lemak
dan lilin), 2) Lemak majemuk (ester asam lemak dengan gugus tambahan contohnya
fosfolipid), 3) Turunan lipid (senyawa yang dihasilkan dari hidrolisis lipid
contohnya asam lemak dan gliserol).
Lemak terdapat pada produk hewani
seperti daging, telur, jeroan dan susu maupun produk nabati seperti minyak dan
lilin. Lemak pada hewani berfungsi sebagai cadangan energi. Pencernaan lemak
dimulai di usus halus oleh enzim lipase (yang dihasilkan oleh pankreas) yang
akan menghidrolisis lemak menjadi asam lemak dan diasilgliserol. Lemak dalam
usus juga diubah bentuknya menjadi emulsi dengan bantuan cairan empedu yang
akan memudahkan enzim lipase bekerja menghidrolisis lemak. Hasil pemecahan
lemak ini kemudia diuji dengan menambahkan NaOH dengan adanya indikator Phenolpthalein
(PP).
Eksperimen
Pemecahan Minyak Nabati oleh Lipase Pankreas (EP) (Suhu Ruang)
Prosedur
:
a.
Menyiapkan alat dan bahan: 3 tabung
reaksi, pipet tetes untuk masing-masing reagen, minyak, buffer pH 7, PP, cairan
empedu, EP, NaOH, dan pemanas spiritus/lilin
*Cairan empedu
dibuat dari 1 buah empedu ayam yang dilarutkan dalam 10 ml air. 1 kloter cukup
menggunakan 2 buah empedu
b. Memasukkan
1 ml minyak pada setiap tabung yang telah diberi label
c. Menambahkan
buffer pH 7 pada setiap tabung, gojok agar homogen
d. Selanjutnya
menambahkan 4 tetes PP pada tabung 3B dan 3C, gojok dan mulai pengamatan
e. Menambahkan
cairan empedu 5 tetes pada tabung 3C, gojok
f. Menambahkan 4 tetes EP pada tabung 3B dan
3C, gojok, amati dan catat perubahan yang terjadi
g.
Biarkan dalam suhu ruang selama 15
menit
h. Setelah
15 menit. Panaskan dengan menggunakan pemanas spiritus/lilin sampai mendidih langsung
dihentikan, tunggu dingin baru tambahkan dengan tetesan larutan NaOH 0,1 N sampai
terjadi perubahan warna. Amati dan catat perubahan warna yang terjadi serta
catat jumah NaOH yang dibutuhkan.
Prosedur
diatas, diringkas dalam tabel berikut:
Tabung
|
|
Reagen yang dimasukkan
|
Pengamatan sebelum inkubasi
|
Jumlah NaOH yang diteteskan
|
Warna larutan setelah penambahan NaOH
|
|||
Minyak
(ml)
|
Buffer pH 7
(ml)
|
PP
(tetes)
|
Cairan Empedu
|
EP
(tetes)
|
||||
3a
|
1
|
1,4
|
4
|
-
|
-
|
Putih
|
8
|
Merah muda bening
|
3b
|
1
|
1
|
4
|
-
|
4
|
Putih
|
10
|
Merah muda sedikit pekat
|
3c
|
1
|
1
|
4
|
5 tetes
|
4
|
Hijau
|
11
|
Merah muda pekat
|
Sumber
: Data Primer Praktikum Biokimia, 2015.
Berdasarkan hasil
praktikum Eksperimen Pemecahan Minyak Nabati oleh Lipase Pankreas (EP) (Suhu Ruang)
yang telah dilakukan diketahui bahwa pada masing-masing tabung yang berisi
minyak sebanyak 1 ml ditambahkan buffer pH 7 sebanyak 1,4 ml pada tabung 3a,
sedangkan pada tabung 3b dan 3c sebanyak 1 ml. Setiap tabung ditambahkan PP
sebanyak 4 tetes, pada tabung 3c ditambahkan cairan empedu sebanyak 5 tetes
serta EP pada tabung 3b dan 3c sebanyak 4 tetes. Tabung 3a dan 3b warna awal
atau sebelum inkubasi berwarna putih, tabung 3c berwarna hijau. Melakukan
inkubasi dalam suhu ruang selama 15 menit. Perlakuan inkubasi setelah 15 menit
setiap tabung dipanaskan dengan menggunakan lilin sampai mendidih dan langsung
dihentikan. Perlakuan inkubasi pada setiap sampel menunjukkan
bahwa hidrolisa lemak dapat berlangsung pada suhu yang sesuai. Tabung 3a memerlukan 8
tetes NaOH sampai terjadi perubahan warna dari putih menjadi merah muda bening.
Tabung 3b memerlukan 10 tetes sampai terjadi perubahan warna dari putih menjadi
merah muda sedikit pekat, dan tabung 3c memerlukan 11 tetes sampai terjadi
perubahan warna dari hijau menjadi merah muda pekat. Tabung
3a memerlukan NaOH paling sedikit hanya 8 tetes, dan tabung 3c memerlukan
paling banyak NaOH yaitu 11 tetes. NaOH pada proses ini berfungsi untuk
mengetahui banyak sedikitnya asam lemak yang di bebaskan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Smith (2000) yang menyatakan NaOH adalah basa untuk mengetahui banyak
sedikitnya asam lemak yang dibebaskan. Perubahan warna yang terjadi karena adanya
pembebasan asam lemak oleh cairan empedu dimana cairan empedu tersebut
merupakan emulsifier lemak yang menyebabkan suspensi dalam air, enzim kemudian
memecah suspensi lemak tersebut menjadi komponen-komponennya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Poedjiadi et al., (2006) yang
menyatakan bahwa garam empedu merupakan komponen utama dalam empedu dan berfungsi
sebagai emulgator yaitu suatu zat yang
menyebabkan kestabilan suatu emulsi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumardjo
(2008) yang menyatakan bahwa semakin banyak asam lemak yang dibebaskan maka,
semakin banyak larutan NaOH yang dibutuhkan untuk menetralisir.
III.
PENCERNAAN PROTEIN
Protein berasal dari
kata protos atau proteos berarti utama. Protein adalah komponen utama pada sel baik
pada sel tumbuhan, hewan, maupun manusia. Protein untuk tumbuh diperoleh dari
makanan baik dari sumber hewani seperti telur, daging, dan susu atau dari
nabati seperti protein kedelai. Protein dalam makanan yang masuk ke saluran
pencernaan akan dicerna oleh enzim-enzim pencernaan protein. Pencernaan protein
dimulai di lambung dan kemudian dilanjutkan di usus halus. Di lambung protein
dipecah oleh enzim pepsin dan di usus halus protein protein dipecah oleh enzim
pankreas. Pencernaan protein sangat di pengaruhi oleh suhu dan pH.
Pemecahan
Albumin Putih Telur (PT) Segar oleh Pepsin (lambung) dan Protease Pankreatin
(EP (Suhu Ruang)
Prosedur:
a.
Menyiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan : 4 tabung reaksi, pipet tetes untuk masing-masing reagen, putih
telur segar buffer pH 7, indikator, protin, enzim pepsin, enzim pankreatin
(EP), HCl 12,5% dan formalin.
b.
Memasukan 1 tetes PT pada setiap tabun
reaksi yang telah diberi label
c.
Menambahkan 1 ml buffer pH 7, gojok agar
homogen.
d.
Menambahkan 6 tetes indicator protein (3
tetes biuret A dan 3 tetes biuret B0 pada setiaptabung, gojok dan mulai
pengamatan.
e.
Selanjutnya manambahkan 4 tetes pepsin
pada tabung 2B dan 2C serta 4 tetes EP pada tabung 2D, gojok dan amati
perubahan yang terjadi.
f.
Biarkan selama 5 menit, dan tambakan 5 tetes
HCl 12,5% pada tabung 2B. Gojok hingga homogen.
g.
Setelah tabung 2B ditambah 5 tetes HCl
mulai catat waktu inkubasi selama 10 menit dan catat warna larutan.
h.
Setelah inkubasi 10 menit tetesi dengan
5 tetesformalin kemudian catat warna larutan dan perubahannya.
Prosedur
di atas diringkas pada tabel berikut:
Tabung
|
Reagen yang dimasukkan
|
Pengamatan Warna Larutan Setelah Peambahan
Indikator Protein
|
Pengamatan Warna Larutan di Tabung Setelah
Penambahan Enzim
|
|||||
PT
(tetes)
|
Buffer pH 7
(ml)
|
Indikator Protein
(tetes)
|
Enzim
(0,2 ml/
tetes)
|
HCl 12,5 %
(tetes)
|
Formalin
(tetes)
|
|||
2a
|
1
|
1
|
6
|
-
|
-
|
5
|
Ungu
|
Ungu bening
|
2b
|
1
|
1
|
6
|
Pepsin
|
5
|
5
|
Ungu
|
Putih pekat
|
2c
|
1
|
1
|
6
|
Pepsin
|
-
|
5
|
Ungu
|
Ungu bening
|
2d
|
1
|
1
|
6
|
EP
|
-
|
5
|
Ungu
|
Ungu pekat
|
Sumber:
Data Primer Praktikum Biokimia, 2015.
Berdasarkan hasil
praktikum Pemecahan Albumin Putih Telur (PT) Segar oleh Pepsin (Lambung) dan Protease
Pankreatin (EP) Suhu Ruang dapat diketahui bahwa pada setiap tabung ditambahkan
putih telur sebanyak 1 tetes, kemudian buffer pH 7 sebanyak 1 ml, dan ditambah
indikator protein (biuret) sebanyak 6 tetes. Penambahan biuret pada larutan menyebabkan
warna larutan berubah menjadi ungu. Hal ini sesuai pendapat Iswari
(2006) yang menyatakan bahwa pada uji biuret, ketika ditambahkan pada alkali
kuat dari peptida atau protein dihasilkan warna ungu, adalah test yang umum
untuk protein dan diberikan oleh peptida yang berisi dua atau lebih rantai
peptida. Pengamatan dilakukan kembali setelah terjadi perubahan warna dengan
menambahkan enzim pepsin pada tabung 2b dan 2c sebanyak 0,2 ml, dan EP pada
tabung 2d sebanyak 0,2 ml kemudian diamkan selama 5 menit. Menambahkan HCl
12,5% pada tabung 2b sebanyak 5 tetes, kemudian diinkubasi selama 10 menit,
lalu teteskan formalin sebanyak 5 tetes pada setiap tabung setelah selesai
diinkubasi. Hasil
yang didapat ialah pada tabung 2a dan 2c warna menjadi ungu bening, pada tabung
2b warna menjadi putih pekat dan pada tabung 2d warna menjadi ungu pekat.
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa kerja enzim dipengaruhi oleh
berbagai faktor, salah satunya yaitu pH. Hal ini sesuai dengan pendapat Pelczar
et al., (1986) yang menyatakan bahwa
kerja enzim dipengaruhi beberapa faktor yaitu suhu, pH dan substrat. Tabung 2b saat penambahan enzim
pepsin dan HCl 12,5% warna larutan berubah menjadi putih pekat. Warna
putih pekat yang dihasilkan pada tabung 2b disebabkan
oleh protein yang telah dipecah oleh reaksi antara pepsin dan HCl. Hal ini
sesuai pendapat Wahyu (1993) yang menyatakan bahwa enzim pepsin
berperan dalam memecah protein menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti
polipeptida, protease, pepton dan peptida.
Tabung 2d yang ditambah
EP menghasilkan perubahan warna menjadi ungu pekat hal ini menunjukan adanya
pencernaan protein secara sempurna oleh penambahan enzim pankreatin sehingga
hasilnya menunjukkan reaksi yang positif. Hal
ini didukung oleh pendapat Iswari (2006) yang menyatakan bahwa protein dicerna
menjadi asam-asam amino oleh enzim proteolitik yang dihasilkan oleh kelenjar
pankreas yang disekresikan dan dialirkan ke usus melalui saluran pankreas.
Penambahan HCl dalam percobaan ini berfungsi untuk membantu mengaktifkan pepsin
menjadi pepsinogen untuk mencerna protein dari albumin putih telur. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sumardjo (2008) yang menyatakan bahwa HCl berfungsi
dalam mengaktifkan pepsin menjadi pepsinogen dalam pencernaan protein menjadi
protease, pepton, dan polipeptida. Hal ini didukung oleh pendapat Monruw (2010)
yang menyatakan bahwa pepsinogen diubah dalam getah lambung menjadi pepsin
aktif.
IV. GLIKOLISIS
PADA SEL RAGI
Hasil akhir pemecahan karbohidrat
di saluran pencernaan adalah glukosa yang kemudian diangkut dan diedarkan oleh
darah ke seluruh sel jaringan tubuh. Glukosa merupakan energi utama sel-sel
jaringan tubuh dan untuk memperoleh energi dari glukosa maka glukosa harus
dipecah melalui serangkaian reaksi biokimiawi yang dikenal dengan jalur Glikolisis. Pemecahan (katabolisme)
glukosa dalam sel ini melalui banyak tahapan reaksi dan terjadi di sitoplasma.
Sepuluh tahapan reaksi pertama akan mengubah glukosa menjadi piruvat. Piruvat akan dipecah lebih
lanjut melalui jalur aerob atau anaerob tergantung ketersediaan oksigen. Pada
kondisi aerob piruvat diubah menjadi Acetyl CoA. Pada kondisi anaerob piruvat
dipecah menjadi alkohol, CO2
dan H2O atau asam laktat dan H2O tergantung pada
organismenya.
Eksperimen Glikolisis Oleh Sel Ragi
Prosedur:
a.
Menyiapkan
alat dan bahan yang dibutuhkan: 2 tabung reaksi panjang yang dapat menampung ±
20 ml larutan, gelas ukur, ragi, air, amilum dan glukosa.
*) ragi dan amilum 10% dalam air, glukosa/gula pasir
5 % dalam air.
b.
Memasukkan
10 ml ragi ke masing-masing tabung.
c.
Menambahkan
10 ml air pada tbung 1a, 10 ml glukosa pada tabung 4b dan 10 ml amilum pada tabung 4c, menutup bagian atas
tabung reaksi dengan ibu jari kemudian balik tabung reaksi beberapa kali hingga
larutan homogen.
d.
Menutup
tabung reaksi dengan balon kempes dan kencangkan dengan karet.
e.
Amati
dan catat perubahan yang terjadi pada balon dan perubahan cairan dalam tabung.
Prosedur
diatas diringkas pada tabel berikut:
Tabung
|
Reagen yang Dimasukkan
|
Pengamatan setelah Inkubasi 0 - 20
menit
|
4A
|
10
ml ragi + 10 ml air, mix
|
Tidak Mengembang
|
4B
|
10
ml ragi + 10 ml glukosa, mix
|
Mengembang pada menit ke 18
|
4C
|
10
ml ragi + 10 ml amilum, mix
|
Sedikit Mengembang
|
Sumber : Data Primer Praktikum
Biokimia, 2015.
Berdasarkan
hasil praktikum Eksperimen Glikolisis oleh Sel Ragi dapat diketahui bahwa pada
tabung 4a dimasukkan 10 ml reagen ragi
ditambah dengan 10 ml air lalu dicampur, hasilnya tidak terbentuk gas sehingga
balon tidak mengembang. Tabung 4b dimasukkan 10 ml reagen ragi ditambah dengan 10 ml glukosa
lalu dicampur, hasilnya terbentuk gas yang ditandai dengan mengembangnya balon
dengan sempurna. Perbedaan antara tabung 1a dan tabung 1b ialah terdapat pada
substrat yang dicampurkan. Tabung 1b balon dapat mengembang dikarenakan adanya
karbondioksida dari hasil fermentasi antara ragi dan glukosa. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hawab (2004) yang menyatakan bahwa karbondioksida yang dihasilkan dari
proses fermentasi akan menghasilkan gelembung-gelembung udara. Tabung 1a balon
tidak mengembang dikarenakan tidak adanya karbondioksida yang dihasilkan dari
substrat air, karena air bukan substrat yang dapat menghasilkan reaksi
glikolisis. Hal ini sesuai dengan pendapat Iswari (2006) yang menyatakan bahwa
air bukanlah substrat yang tepat untuk menghasilkan reaksi glikolisis sehingga
tidak akan terjadi reaksi glikolisis.
Tabung
4c dimasukkan 10 ml reagen ragi ditambah
dengan 10 ml amilum lalu dicampur, hasilnya terbentuk gas, namun hanya sedikit
yang ditandai dengan balon yang sedikit mengembang. Hal ini disebabkan karena
proses fermentasi amilum yang terdegradasi menjadi molekul gula sederhana
kemudian bereaksi dengan ragi sehingga terbentuk gelembung. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sadeghi et al. (2008)
yang menyatakan bahwa fermentasi merupakan modifikasi amilum secara hidrolisis dengan
memanfaatkan enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme dalam proses fermentasi.
Sujka (2009) menyatakan bahwa Enzim
á-amilase mampu mendegradasi amilum dengan memotong ikatan á-(1-4)-glikosidik pada
amilosa dan amilopektin, enzim tersebut dihasilkan oleh golongan bakteri asam
laktat dalam proses fermentasi.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N. A, Reece, T. B,
Mitchell, L. G. 2002. Biologi. Jilid II Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta.
Hawab,
H. M. 2004. Pengantar Biokimia. Banyumedia Publishing. Malang.
Iswari,
R. S. 2006. Biokimia. Pt. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Jayanti,
P. 2011. Analisis Pengaruh Size,
Profitabilitas, Leverage, Terhadap Pengungkapan CSR pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Universitas Diponegoro.(Skripsi S1 Pertanian)
Martoharsono,S.2000.
Biokimia. Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Monruw. 2010. Analisis
Biokimia. Banyumedia. Jakarta.
Pelczar, J. Michael dan E.C.S Chan.
1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Diterjemahkan oleh Ratna Siri H, dkk.
Universitas Indonesia (UI-press). Yogyakarta.
Poedjiadi, A. dan T. Supriyanti . 2006.
Dasar-Dasar Biokimia Edisi Revisi. UI- Press. Jakarta.
Sadeghi A., F. Shahidi, A. S.
Mortazavi dan M. N. Mahalati. 2008. Evaluation
of Different Parameters Effect on
Maltodextrin Production by á-amylase
Termamyl 120L.
World Appl. Sci. Journal. 3 (1), 34-39.
Saropah,
D.A.Kinetik Reaksi Enzimatis Ekstrak Kasar Enzim Selulase bakteri selulolitik
hasil isolasi dari bekatul.2 (1).
Sirajuddin, S. 2012. Penuntun
Praktikum Biokimia. Universitas Hasanuddin Press.
Makassar.
Smith.
2000. Schaum’s: Biokimia. Erlangga. Jakarta
Sujka, M & Jamroz, J. 2009. á-Amylolysis of
native potato and corn starche-SEM, AFM, nitrogen and iodine sorption
investigations. LWT – Food
Sci. Technol. Int. 42 (2009) 1219 – 122.
Sumardjo, D. 2008. Pengantar Kimia. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Wahyu, J. 1993. Ilmu Nutrisi Unggas.
Cetakan ke-4. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar