Senin, 01 Juni 2015

Laporan Praktikum INT

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
ILMU NUTRISI TERNAK








Daun Ketapang Kering

Disusun oleh :
Kelompok III







FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTAIAN
UNIVERSITASDIPONEGORO
SEMARANG
2014

LEMBAR PENGESAHAN

Judul                           : LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TILIK TERNAK
Kelompok                   : VIII (DELAPAN)
Jurusan                        : S-1 PETERNAKAN
Tanggal Pengesahan   :       Desember 2014


Menyetujui,

Dosen Koordinator  Praktikum
Ilmu Tilik Ternak





Prof. Ir Agung Purnomo Adi, M.Sc., Ph.D
NIP. 
Asisten Pembimbing






Khanza Syahira Dhia
NIM. 23010112120019










KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapakan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
Kemudian tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir.Sutrisno M.P. Selaku Dosen Koordinator Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak, dan Wardiman selaku Asisten Pembimbing yang telah membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukkan yang bersifat membangun demi penyempurnaan laporan ini.
Demikian kata pengantar dari penulis, penulis menyampaikan terimakasih atas perhatian dan koreksi dari berbagai pihak.



Semarang,   Juni 2014


             Penulis


RINGKASAN
Kelompok IIIE. 2014. Laporan Resmi Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak. ( Asisten: Wardiman)
Paktikum Ilmu Nutrisi Ternak dilaksanakan pada hari Senin-Selasa tanggal 2-3 Juni 2014 pukul 05.45-24.00 WIB di Laboratorium Ilmu Nutrisi Pakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak dengan materi Analisis Proksimat menggunakan daun ketapang jatuh dari pohon yang dikeringkan dan diblender menjadi tepung sebanyak 1,5 kg. Alat yang digunakan adalah botol timbang untuk tempat bahan dianalisis, timbangan analisis untuk menimbang bahan, oven untuk engeringkan alat dan bahan, selenium sebagai katalisator, eksikator untuk mendinginkan bahan, crucible porcelain sebagai tempat bahan, tanur listrik untuk memijarkan bahan, beaker glass untuk mengukur volume, corong buncheruntuk memudahkan memasukkan bahan, kertas saring sebagai penyaring, soxhlet tempat pemisahan lemak, pendingin tegak untuk mendinginkan, kompor listrik untuk memanaskan sampel, labu destruksi sebagai tempat bahan saat proses destruksi, gelas ukur 50 ml sebagai tempat mengukur, gelas ukur 100 ml sebagai tempat mengukur, pipet volume 25 ml untuk memindahkan bahan, labu destruksi 1000 ml sebagai tempat bahan saat proses destruksi, buret makro 50 ml untuk meneteskan reagen, corong gelas untuk mempermudah memasukan reagen, labu Erlenmeyer 250 ml, dan 500 ml untuk menampung hasil titrasi. Bahan yang digunakan H2SO4 0,3 50 ml untuk menghilangkan protein, NaOH 1,5 N 25 ml untuk menghilangkan lemak, aseton 25 ml untuk mengringkan yang basah, aquades panas untuk membuka pori-pori kertas, N-hexan untuk mengekstraksi lemak, H3BO3 4% sebagai penampung destilat, indikator (MR + MB) sebagai indikator warna, NaOH 4% dan HCL 0,1 N untuk membantu proses titrasi.
Berdasarkan hasil analisis proksimat daun ketapang yang jatuh dari pohon, diperoleh hasil sebagai berikut: kadar air sebesar 11,57%, kadar abu sebesar 12,29%, kadar serat kasar sebesar 38,54 %, protein kasar sebesar 3,2%, lemak kasar sebesar 5,57%, dan kadar BETN sebesar 38,44%. Faktor yang mempengaruhi kandungan nutrisi dari daun ketapang ialah umur tanaman. Daun ketapang merupakan bahan pakan hijauan yang memiliki kandungan serat kasar dan kandungan energi cukup tinggi sehingga berpotensi digunakan sebagai pakan ternak.

Kata Kunci : Daun Ketapang kering, kadar air, kadar abu, serat kasar, lemak kasar dan protein kasar.



DAFTAR ISI
                                                                                                                    Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................    iii
DAFTAR TABEL.......................................................................................       v
DAFTAR TABEL.......................................................................................       vi
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................      vii
BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................       1     
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...............................................................       2
2.1. Analisis Proksimat (Kadar Air, Kadar Abu, Serat Kasar,
Lemak Kasar, Protein Kasar, BETN).....................................       2
2.2. Daun Ketapang.......................................................................       5
BAB III. MATERI DAN METODE..........................................................       6
3.1. Materi......................................................................................       6
3.2. Metode....................................................................................       8
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................      12
4.1. Pembahasan............................................................................      12
4.1. Kadar Air.........................................................................      13
4.1.2. Kadar Abu....................................................................      14
4.1.3. Kadar Serat Kasar.........................................................      15
4.1.4. Kasar Lemak Kasar.......................................................      16
4.1.5. Kadar Protein Kasar.....................................................      16
4.1.6. Kadar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)............      17
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN.........................................................      19
5.1. Simpulan.................................................................................      19
5.1. Saran.......................................................................................      19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................      20
LAMPIRAN................................................................................................      22


DAFTAR TABEL
Tabel                                                                                                             Halaman
1.      Hasil Analisis Proksimat.....................................................................      12






DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran                                                                                                      Halaman

1.      Perhitungan Analisis Kadar Air............................................................ 22
2.      Perhitungan Analisis Kadar Abu.......................................................... 24
3.      Perhitungan Analisis Kadar Serat Kasar.............................................. 25
4.      Perhitungan Analisis Kadar Lemak Kasar........................................... 26
5.      Perhitungan Analisis Kadar Protein Kasar............................................ 27
6.      Perhitungan Analisis Kadar Bahan Ektrak Tanpa Nitrogen.................. 28




BAB I
PENDAHULUAN
            Bahan pakan adalah suatu bahan yang bisa dimakan dan dicerna oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan dicerna tanpa membuat ternak sakit.Ternak membutuhkan pakan untuk pertumbuhan, reproduksi, dan produksinya. Lemak, protein, karbohidrat, vitamin, air dan mineral yang dibutuhkan untuk proses tersebut, dengan adanya komponen itu ternak akan cepat tumbuh. Tidak semua ternak memerlukan asupan yang sama, karena itu diperlukan analisis pada bahan pakan untuk membuat ransum yang tepat untuk dikonsumsi ternak. Analisis proksimat adalah analisis yang mengidentifikasi kandungan nutrisi dari bahan pakan. Analisis ini memudahkan juga dalam mengidentifikasi suatu kandungan nutrisi pada bahan pakan.
            Tujuan analisis proksimat adalah untuk mengetahui kandungan nutrisi yang ada pada bahan pakan agar memudahkan dalam pembuatan ransum untuk ternak.Manfaat analisis proksimat adalah dapat mengetahui tentang kandungan nutrisi yang ada pada bahan pakan.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.      Analisis Proksimat


Analisis proksimat adalah analisis kimia yang bertujuan untuk mengetahui presentase nutrien dalam pakan yang hasilnya mendekati hasil sebenarnya. Analisis proksimat digunakan untuk menentukan kualitas pakan buatan karena prosedurnya mudah dan relatif murah (Afrianto dan Liviawati, 2005). Zat yang diamati dalam analisis proksimat antara lain kadar air, kadar abu, kadar serat kasar, kadar lemak kasar, kadar protein dan BETN. BETN adalah hasil pengurangan bahan kering dengan komponen , abu, lemak, nitrogen total, dan serat (Hernawati, 2000). Faktor yang mempengaruhi analisis proksimat pada daun adalah umur tanaman dan keadaan daun mempengaruhi kandungan bahan pakan (Rianto et al.,2010)
Kadar air adalah banyaknya air dalam suatu bahan yang ditentukan dari pengurangan suatu bahan yang dipanaskan pada suhu pengujian (SNI, 1992). Kadar air dalam bahan pakan menentukan kesegaran dan daya awet bahan pakan tersebut, sehingga mempengaruhi penampakan dan tekstur (Persagi, 2009). Kadar air dipengaruhi oleh interval pemotongan, semakin tua dan semakin panjang interval pemotongan suatu tanaman, maka akan semakin meningkatkan kandungan bahan kering dan menurunkan kandungan air dalam tanaman tersebut (Astuti, 2006). Fungsi dari air adalah sebagai zat pelarut pada proses pencernaan dan metabolisme (Kartadisastra, 1994). Kandungan kadar air pada daun ketapang sebesar 77% (Farida et al., 2004).
Kadar abu merupakan sisa pembakaran sempurna bahan pakan. Penentuan kadar abu ditentukan dengan membakar bahan pakan tapi hanya zat-zat organik dan sisanya disebut abu (Syarif,  2000). Fungsi dari kadar abu dalam suatu bahan adalah untuk menentukan mineral yang terkandung dalam suatu bahan pakan, kemurnian dan kebersihan suatu bahan pakan yang dihasilkan (Persagi, 2009). Kadar abu suatu bahan pakan dipengaruhi oleh suhu tinggi karena pada suhu tinggi bahan organik akan terbakar dan sisanya merupakan abu (Sutardi, 2006).  Umur juga salah satu faktor yang mempengaruhi variasi kombinasi unsur-unsur mineral dalam bahan makanan berasal dari tanaman, sehingga nilai abu tidak dapat dipakai sebagai indeks untuk menentukan jumlah unsur mineral tertentu atau kombinasi unsur-unsur yang penting (Tillman et al.,1998). Kandungan kadar abu pada daun ketapang sebesar 1,65% (Farida et al., 2004).
Kadar serat kasar adalah kandungan serat kasar yang dinyatakan dalam presentase (Tillman et al., 1991). Faktor yang mempengaruhi kandungan serat kasar adalah penyerapan unsur N yang rendah dapat mengakibatkan protoplasma tinggi, sehingga terjadi penebalan dinding sel pada tanaman, sehingga tanaman lebih banyak mengandung serat dan keras (Sumarsono, 2012). Faktor lain adalah umur tanaman yaitu semakin dewasa tanaman kadar serat kasarnya semakin bertambah, yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya komposisi kimiawi sesuai dengan umur, bagian tanaman, musim dan jenis (Brewbaker et al., 1996).  Fungsi dari serat kasar adalah memberi rasa kenyang pada hewan karena mengandung selulosa, hemiselulosa (Persagi, 2009). Kandungan serat kasar pada daun ketapang sebesar 4,66% (Farida et al., 2004).
Lemak adalah adalah senyawa organik kompleks yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik (Lukito, 2007). Ekstrasi dari klorofil, xanthofil, dan karoten adalah proses menentukan lemak kasar (Khairul, 2009). Faktor yang mempengaruhi lemak adalah adanya vitamin A, D, E, dan K yang bisa larut (Persagi, 2009). Faktor lain yang juga mempengaruhi lemak adalah umur dan susunan asam lemaknya, semakin tanaman tua maka semakin banyak pula tanaman memproduksi asam lemaknya (Tillman et al., 1991). Fungsi dari lemak adalah sebagai sumber penghasil energi (Kartadisastra, 1994). Kandungan lemak kasar pada daun ketapang sebesar 0,46% (Farida et al., 2004).
Kadar protein kasar adalah kandungan protein pada bahan pakan yang dinyatakan dalam persen (Persagi, 2009). Faktor yang mempengaruhi protein adalah jumlah nitrogen yang diperoleh bukan dari protein saja, tetapi dari senyawa bukan protein juga tapi juga senyawa lainnya (Sirait. 2007). Faktor lain yang juga mempengeruhi kadar protein adalah faktor species, bagian tanaman yang dianalisis dan umur tanaman. Semakin tua umur tanaman maka kadar protein kasarnya semakin berkurang (Kamal, 1999). Kandungan protein kasar pada daun ketapang sebesar 4,66% (Farida et al., 2004).
BETN merupakan kandungan zat dengan mengurangi kadar air, kadar abu, serat kasar, lemak kasar, dan protein kasar (Susi, 2001). BETN mengandung mono-, di-, tri- dan tetra-sakarida dan beberapa bahan yang termasuk hemiselulosa (Hartati, 2002). Perbedaan hasil analisis kadar BETN disebabkan adanya kesalahan analisis dari zat ,karena kadar BETN diperoleh dari pengurangan 100% dengan presentase kadar abu, lemak kasar, protein kasar dan serat kasar (Tillman et al., 1991). Kandungan BETN pada daun ketapang sebesar 12,57% (Farida et al., 2004).
2.2.      Daun Ketapang
Daun ketapang atau Terminalia catappa adalah salah satu pohon yang ditemukan di Ghana. tumbuh di alam liar tetapikadang-kadang dibudidayakan untuk tujuanhias.Pada tanaman ini ditemukan zat anti-HIV reverse transcriptase (Tan etal.,1999),hepatoprotektif, anti-inflamasi,afrodisiak dan anti-diabetes (Nagappa et al.,2003). Kandungan protein dibawah 18%, TDN 60% dan serat kasarnya lebih dari 10% adalah bahan pakan sumber energi  (Hadipenata, 2007). Kandungan pada daun ketapang adalah 77% air, 1,65% abu, 4,66% serat kasar, 0,46% lemak kasar, 4,66% protein kasar, dan 12,57% BETN (Farida et al., 2004).



BAB III

MATERI DAN METODE
Praktikum Ilmu  Nutrisi Ternak dengan materi Analisis Proksimat yang dilaksanakan pada hari Senin-Selasa, 2-3 Juni 2014 pukul 06.00-24.00 di Laboratorium Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.

3.1.      Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum analisis proksimat adalah botol timbang sebagai tempat bahan yang akan di analisis dan untuk tempat saat bahan ditimbang, timbanganan analitis sebagai alat untuk menimbang bahan, oven untuk mengeringkan bahan, dan eksikator untuk mendinginkan bahan setelah keluar dari oven.crucible pocelain sebagai tempat bahan yang akan di analisis, oven untuk mengeringkan bahan, eksikator untuk mendinginkan bahan setelah keluar dari oven dan tanur listrik, timbangan analitik untuk menimbang bahan, dan tanur listrik untuk memijarkan bahan. labu dekstruksi yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan tahap destruksi,  timbangan analitis yang berfungsi untuk menimbang berat sampel, oven yang berfungsi untuk mengeringkan labu Erlenmeyer dan gelas ukur, beker glass yang berfungsi untuk mengukur volume larutan, buret yang berfungsi sebagai alat untuk mentitrasi sampel yang sudah didestilasi, corong yang berfungsi untuk mempermudah memasukan larutan standar kedalam buret, gelas ukur untuk mengukur volume dari larutan, kompor listrik yang berfungsi untuk memanaskan sampel ketika proses destruksi dalam lemari asam dan alat destilasi dan titrasi yang berfungsi untuk mendestilasi dan mentitrasi sampel. Oven untuk mengeringkan bahan, eksikator untuk mendinginkan bahan setelah keluar dari oven, timbangan analitis untuk menimbang bahan, labu penyaring untuk menyaring bahan, soxhlet untuk tempat pemisahan lemak dari bahan, pendingin tegak untuk mendinginkan uap menjadi air, water bath  untuk menbantu dalam pemisahan lemak dan selongsong penyaring untuk membantu menyaring lemak.  Bahan dalam analisis kadar air adalah daun ketapang sebagai bahan sampel yang akan dianalisis, selenium dan natrium sulfat yang berfungsi sebagai katalisator pada saat destruksi, H2SO4 pekat yang berfungsi sebagai larutan pada saat proses destruksi, H3BO4 4% yang berfungsi sebagai penangkap nitrogen, metil red dan metil blue yang berfungsi sebagai indikator, NaOH 45% yang berfungsi sebagai larutan standard HCL 0,1 N yang berfungsi sebagai larutan titran standar, zat khemikalia N-Hexan yang berfungsi untuk melarutkan lemak. H2SO4 0,3 N 50 ml yang memiliki fungsi untuk melarutkan protein, NaOH 1,5 N 25 ml yang berfungsi berfungsi sebagai pelarut lemak, Aseton 25 ml memiliki fungsi untuk mengeringkan secara basah, aquades panas 100 ml memiliki fungsi membuka pori-pori kertas saring.





3.2.      Metode

3.2.1.   Kadar Air
Metode dalam analisis kadar air pertama mencuci botol timbang kemudian mengeringkan dalam oven selama 1 jam pada suhu 105-110oC, kemudian memasukkan ke dalam eksikator selama 15 menit dan timbang.  Sejumlah sampel ditimbang ± 1 gram, kemudian memasukkan kedalam botol timbang dan mengeringkan di dalam oven selama 4-6 jam pada suhu 105-110oC, kemudian memasukkan ke eksikator selam 15 menit, lalu timbang.  Melakukan pengeringan sampai berat sampel konstan (selisih penimbangan minimal 0,2 mg).  Menghitung kadar air dari sampel bahan pakan menggunakan rumus perhitungan kadar air sebagai berikut:


3.2.2    Kadar Abu
Metode dalam analisis kadar abu pertama mencuci crucible porcelaindengan air, mengeringkan dalam oven dengan suhu 105-110oC selama 1 jam, mendinginkan dalam eksikator selam 15 menit dan ditimbang.  Sejumlah sampel ditimbang ± 1 gram, penimbangan menggunakan crucible porcelain sebagai tempat.Memijarkan dala tanur listrik pada suhu 400-600oC dalam waktu 4-6 jam, sampai menjadi abu semua.Mengangkat crucible porcelain dari tanur listrik, yang sebelumnya mendiamkan dahulu sampai suhu 120oC, mendingikan dalam eksikator selama 15 menit. Menimbang kembali berat sampel dan menghitung kadar abu menggunakan rumus perhitungan kadar abu sebagai berikut:

3.2.3.   Kadar Protein
Metode dalam analisis kadar protein kasar yaitu menimbang sampel seberat 1 g dan memasukannya ke dalam labu destruksi. Kemudian menimbang katalisator masing-masing seberat 1 gram dan mencampur ke dalam labu destruksi.Setelah itu menambahkan H2SO4 pekat sebanyak 15 ml kemudian di destruksi dalam lemari asam hingga warna berubah menjadi hijau jernih dan setelah itu menunggu hingga dingin. Selanjutnya melakukan proses destilasi dengan menggunakan penangkap H3BO3 4% sebanyak 20 ml dan menambahkan 2 tetes metil red dan metil blue. Memasukkan sampel yang telah didestruksi kedalam labu destilasi kemudian menambahkan 50 ml aquades dan 40 ml NaOH 45%.Setelah itu melakukan destilasi sampai penangkap berubah warna menjadi hijau. Selanjutnya mentitrasi hasil destilasi dengan menggunakan HCL 0,1 N sampai terbentuk warna ungu. Kemudian menghitung kadar protein kasar dengan rumus perhitungan kadar protein kasar sebagai berikut:


3.2.4.   Kadar Lemak
Metode dalam analisis kadar lemak pertama menimbang sampel sebanyak 1 gram pada kertas saring.  Membungkus sampel dengan menggunakan kertas saring, selanjutnya dioven pada suhu 110 oC selam 6 jam.Mengeluarkan sampel dari oven, kemudian memasukkan ke eksikator selam 15 menit, kemudian timbang.  Memasukkan sampel ke dalam alat soxhlet yang telah terpasang dalam water bath, tuangkan N-Hexan, selanjutnya memasang alat pendingin tegak yang telah dialiri air dingin.  Kemudian melakukan penyarian (ekstraksi) dengan N-Hexan di dalam soxhlet kurang lebih 3-4 jam (atau putaran sirkulasi sebanyak 8-1- kali).  Kemudian mengeluarkan sampel dari soxhlet dan diangin-anginkan sampai bau N-Hexan hilang.Mengeringkan kertas saring yang berisi sampel dalam oven pada suhu 110oC selam 6 jam, memasukkan eksikator selama 15 menit, kemudian menimbang sampel, menghitung kadar lemak kasar dengan menggunakan rumus untuk perhitungan lemak kasar sebagai berikut:


3.2.5.   Kadar Serat Kasar
Metode dalam analisis serat kasar pertama mencuci semua alat-alat dan pereaksi.Mengeringkan crucible porcelain dengan memasukkan dalam oven pada suhu 105-110oc selama 1 jam, memasukkan dalam eksikator selama 15 menit dan menimbangnya, menimbang sampel ± 1 gram dan memasukkan dalam gelas beker.  Memasukkan 50 ml H2SO4 0,3 M pada gelas beker yang berisi sampel dan memasak hingga 30 menit setelah mendidih, memasukkan NaOH 1,5 N dan memasak hingga 30 menit setelah mendidih.  Menyaring cairan tersebut dengan menggunakan kertas saring yang telah dipasang corong, menyaring di dalam labu penyaringan, mencuci berturut-turut dengan 50 ml Aquades panas, sampel yang sudah dimasak, 50 ml H2SO4 0,3 N, 50 ml Aquades panas, 25 ml aseton.  Mengeringkan kertas saring dan isinya sertamemasukkan dalam crucible porcelain lalu mengeringkan dalam oven pada suhu 105-110oc selama 1 jam, memasukkan dalam eksikator selam 15 menit.  Memasukkan pada tanur listrik pada suhu 400-600oc selama 6 jam, lalu masukkan eksikator  15 menit, kemudian menimbang sampel.  Menghitung kadar serat kasar dengan menggunakan rumus untuk menghitung kadar serat kasar secara proksimat. Apabila semua analisis sudah diketahui hasilnya maka mencari kadar BETN dengan cara mengurangi 100% dengan persentase dari jumlah kadar abu, kadar lemak, kadar protein dan kadar serat kasar.



BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum analisis proksimat daun ketapang diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel1. Hasil analisis proksimat Daun Ketapang Kering
Kandungan Nutrisi
Hasil Praktikum*
Literatur**
------------------------ 100% BK----------------------
Kadar Air
20,42%
77%
Kadar Abu
13,88%
1,65%
Kadar Serat Kasar
19,26%
4,66%
Kadar Lemak Kasar
Kadar Protein Kasar
Kadar BETN
5,57%
3,62%
38,44%
0,46%
4,66%
12,57%
Sumber : *Data Primer Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak, 2013.
                **Farida et al., (2004)

4.1.      Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum analisis proksimat pada daun ketapang kering diperoleh hasil bahwa daun ketapang kering mengandung 20,42% kadar air, 13,88% kadar abu, 19,26% serat kasar, 5,57% lemak kasar, 3,62% protein kasar dan 38,44 kadar BETN. Hasil ini berbeda dengan pendapat Farida et al., (2004) yang menyatakan bahwa daun ketapang mengandung 77% kadar air, 1,65% kadar abu, 4,66% serat kasar, 0,46% lemak kasar, 4,66% protein kasar, dan 12,57% kadar BETN.



4.1.1.   Kadar Air

Berdasarkan hasil analisis, daun ketapang kering memiliki kandungan air sebanyak 20,42%. Hasil analisis ini lebih rendah jika dibandingkan dengan pendapat Farida et al., (2004) yang menyatakan bahwa daun ketapang mengandung kadar air sebanyak 77%. Perbedaan hasil analisis ini disebabkan oleh umur daun ketapang yang dianalisis memiliki umur yang berbeda. Daun ketapang yang dianalisis merupakan daun yang sudah tua dan kering sehingga kandungan airnya lebih rendah jika dibandingkan daun ketapang muda. Tanaman yang masih muda akan banyak mengandung air dan sedikit kandungan bahan keringnya, namun semakin tua tanaman maka kandungan airnya semakin menurun dan kandungan bahan keringnya meningkat. Hal ini sesuai dengan Astuti (2006) yang menyatakan bahwa semakin tua dan semakin panjang interval pemotongan suatu tanaman, maka akan semakin meningkatkan kandungan bahan kering dan menurunkan kandungan air dalam tanaman tersebut.
Kadar air adalah banyaknya air dalam suatu bahan yang ditentukan dari pengurangan suatu bahan yang dipanaskan. Hal ini sesuai dengan SNI (1992) yang menyatakan bahwa kadar air adalah banyaknya air dalam suatu bahan yang ditentukan dari pengurangan suatu bahan yang dipanaskan pada suhu pengujian dan dihasilkan dalam bentuk persen. Fungsi dari kadar air pada bahan pakan adalah menentukan kesegaran pada bahan pakan tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan  Persagi (2009) yang menyatakan bahwa fungsi air dari bahan pakan adalah menentukan kesegaran dan daya awet bahan pakan tersebut, sehingga mempengaruhi penampakan dan tekstur. Sedangkan fungsi lainnya adalah sebagai zat pelarut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartadisastra (1994) yang menyatakan bahwa fungsi dari air adalah sebagai zat pelarut pada proses pencernaan dan metabolisme

4.1.2    Kadar Abu

Berdasarkan hasil analisis proksimat pada daun ketapang diperoleh hasil bahwa kadar abu pada daun ketapang sebesar 13,88%. Hasil ini tidak sesuai dengan pendapat Farida et al., (2004) yang menyatakan bahwa daun ketapang mengandung 1,65% kadar abu. Perbedaan hasil analisis dengan literatur dikarenakan dalam pengambilan daun yang akan digunakan sebagai sampel memiliki umur yang berbeda, sehingga unsur-unsur yang terkandung didalamnya juga berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Tillman et al., (1998) yang menyatakan bahwa umur adalah salah satu faktor yang memepengaruhi variasi kombinasi unsur-unsur mineral dalam bahan makanan berasal dari tanaman, sehingga nilai abu tidak dapat dipakai sebagai indeks untuk menentukan jumlah unsur mineral tertentu atau kombinasi unsur-unsur yang penting.
Kadar abu merupakan sisa pembakaran sempurna bahan pakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Syarif (2000) yang menyatakan bahwa sisa pembakaran dari zat zat organik disebut abu. Fungsi dari kadar abu adalah untuk menentukan kadar mineral pada suatu bahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Persagi (2009) yang menyatakan bahwa fungsi dari kadar abu dalam suatu bahan adalah untuk menentukan mineral yang terkandung dalam suatu bahan pakan, kemurnian dan kebersihan suatu bahan pakan yang dihasilkan.
4.1.3.   Kadar Serat  Kasar
Berdasarkan hasil analisis proksimat pada daun ketapang diperoleh hasil bahwa kadar serat kasar pada daun ketapang sebesar 19,26%. Hasil ini lebih besar dari pendapat Farida et al., (2004) yang menyatakan bahwa daun ketapang mengandung 4,66% serat kasar. Perbedaan dengan literatur ini dikarenakan ada beberapa faktor seperti  umur daun yang terlalu tua. Hal ini sesuai dengan pendapat Brewbaker et al., (1996) yang menyatakan bahwa semakin dewasa tanaman kadar serat kasarnya semakin bertambah, yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya komposisi kimiawi sesuai dengan umur, bagian tanaman, musim dan jenis.
Serat kasar adalah semua zat organik yang tidak dapat larut dalam H­2SO4 0,3 N dan dalam NaOH 1,5 N. Hal ini sesuai dengan Anggorodi (1994) yang menyatakan bahwa pengertian serat kasar adalah zat organik yang tidak dapat larut dalam larutan H2SO4 dan dalam NaOH 1,5 N yang berturut turut dimasak selama 30 menit. Daun ketapang mengandung serat kasar yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Kamal (1999) yang menyatakan bahwa serat kasar daun ketapang merupakan sumber energi yang cukup tinggi sehingga berpotensi untuk digunakan dalam penyusunan ransum.




4.1.4.   Kadar Lemak  Kasar

Berdasarkan hasil analisis proksimat pada daun ketapang diperoleh hasil bahwa kadar lemak pada daun ketapang sebesar 5,57%. Hasil ini lebih besar dari pendapat Farida et al., (2004) yang menyatakan bahwa daun ketapang mengandung 0,46% kadar lemak. Perbedaan dengan literatur dikarenakan adanya perbedaan umur pada daun. Hal ini sesuai dengan Tillman et al. (1991) yang menyatakan bahwa perbedaan lemak tergantung dari susunan asam lemaknya semakin tua tanaman maka semakin banyak pula tanaman memproduksi asam lemaknya. Ditambahkan oleh  Lukito (2007) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi lemak adalah adanya vitamin A, D, E, dan K yang bisa larut.          Lemak kasar adalah campuran beberapa senyawa yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut lemak (ether, petroleum benzene, karbon tetra khorida). Hal ini sesuai dengan Tillman et al., (1998) lemak kasar adalah sampel bahan kering yang diekstraksi dengan diethyl ether selama beberapa jam. Hal ini diperkuat oleh pendapat Khairul (2009) yang menyatakan bahwa kandungan pada lemak kasar bukanlah lemak murni melainkan klorofil, xanthofil dan karoten. Fungsi dari lemak adalah sebagai sumber penghasil energi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartadisastra (1994) yang menyatakan bahwa fungsi dari lemak adalah sebagai sumber penghasil energi untuk mahluk hidup.
4.1.5.   Kadar Protein Kasar

Berdasarkan hasil analisis proksimat pada daun ketapang diperoleh hasil bahwa kadar protein kasar pada daun ketapang sebesar 3,62%. Hasil ini lebih kecil dari pendapat Farida et al., (2004) yang menyatakan bahwa daun ketapang mengandung 4,66% protein kasar. Perbedaan dengan literature ini dikarenakan umur daunnya terlalu tua. Hal ini sesuai dengan pendapat Kamal (1999) yang menyatakan bahwa kadar protein kasar dipengaruhi oleh faktor species, bagian tanaman yang dianalisis dan umur tanaman. Semakin tua umur tanaman maka kadar protein kasarnya semakin berkurang.
Kadar protein kasar adalah kandungan protein pada bahan pakan yang dinyatakan dalam persen. Hal ini sesuai dengan pernyataan  Persagi (2009) yang menyatakan bahwa kadar protein kasar adalah jumlah protein pada bahan pakan yang dinyatakan dalam persen. Fungsi protein itu sendiri yaitu berperan dalam proses pertumbuhan, produksi dan reproduksi. Maka dari itu keberadaannya dalam ransum sangat diperhatikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartadisastra (1994) yang menyatakan bahwa fungsi dari protein itu sendiri adalah berperan dalam proses pertumbuhan, produksi dan reproduksi.

4.1.6.   Kadar BETN

Berdasarkan hasil analisis proksimat pada daun ketapang diperoleh hasil bahwa kadar BETN pada daun ketapang sebesar 38,44%. Hasil ini lebih besar dari pendapat Farida et al., (2004) yang menyatakan bahwa daun ketapang mengandung BETN sebesar 12,57%. Perbedaan hasil ini dimungkinkan karena faktor umur. Hal ini sesuai dengan Brewbaker (1996) yang menyatakan bahwa   perbedaan hasil analisis dikarenakan faktor umur, semakin tua tanamannya maka semakin banyak serat kasar yang terkandung sehingga akan mempengaruhi  kadar BETN, karena kadar BETN diperoleh dari pengurangan 100% dengan presentase kadar abu, lemak kasar, protein kasar dan serat kasar. Hal ini diperkuat oleh Tillman et al., (1991) yang menyatakan bahwa kadar BETN diperoleh dari pengurangan 100% dengan presentase kadar abu, kadar lemak kasar, kadar protein kasar, dan kadar serat kasar.
 BETN adalah hasil pengurangan bahan kering dengan komponen ,abu, lemak, nitrogen total, dan serat. Hal ini sesuai dengan Susi (2001) yang menyatakan bahwa BETN merupakan kandungan zat dengan mengurangi kadar ar, kadar abu, serat kasar, lemak kasar, dan protein kasar. Fungsi dari BETN pada bahan pakan adalah untuk menguji kualitas pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutisna (1995) yang menyatakan bahwa kualitas pakan yang baik adalah pakan yang mengandung BETN tinggi dan serat kasar yang rendah (lebih kecil dari 8%).




BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1.      Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum Ilmu Nutrisi Ternak, dapat disimpulkan bahwa Analisis proksimat adalah analisis kimia yang bertujuan untuk mengetahui presentase nutrien dalam bahan pakan yang hasilnya mendekati hasil sebenarnya. Daun ketapang yang sudah di analisis mengandung kadar abu, serat kasar, lemak kasar, BETN hasilnya lebih tinggi dibanding literatur. Sedangkan untuk kadar air dan protein kasar hasilnya lebih rendah dibanding literatur. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan kandungan nutrien dan fraksi yang terdapat dalam suatu bahan pakan meliputi keadaan daun dan umur tanaman. Daun ketapang yang dianalisis sudah berumur tua dan kering. Daun ketapang ketapang kering merupakan sumber hijauan karena mengandung serat kasar yang tinggi.
5.2.      Saran
            Diharapkan pada praktikum analisis proksimat para praktikan melakukannya dengan serius dan tertib agar mendapatkan hasil yang mendekati nilai sebenarnya. Dalam praktikum, praktikan diharapkan untuk berhati-hati karana praktikum berhubungan dengan alat-alat yang bersuhu tinggi dan bahan kimia.
DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E. dan E. Liviawaty. 2005. Pakan Ikan. Kanisius.Yogyakarta.

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

Astuti, Niken. 2006. Pengaruh Umur Pemotongan Terhadap Kandungan Nutrien
Rumput Raja (King Grass). Yogyakarta : 2 (3) 18-28

Brewbaker, J. L. 1996. Genetika Pertanian. Gede Jaya : Seri Lembaga Genetika
modern.

Farida, Wartika Rosa, Nurjaeni, R. Mutia, dan D. Diapar. 2004.  Kemampuan
Cerna  Kuskus Beruang (Ailurops ursinus) terhadap Pakan Alternatif di
Penangkaran. bioS MART Volume 6, (1) 65-70.

Hartati, Sri. 2002.  Nutrisi Ternak Dasar. Universitas Jenderal Soedirman.
Purwokerto.

Hadipenata, Mulyana. 2007. Mengolah Dedak menjadi Minyak (Rice Bran Oil).
Dalam Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 29, No.4,
2007, Bogor. pp 8 –10.

Hernawati. 2000. Teknik Analisis Nutrisi Pakan, Kecernaan Pakan dan Evaluasi
Energi pada Ternak. Jurusan Pendidikan Biologi. FMIPA Universitas
Pendidikan Indonesia.
Kamal, Muhammad. 1999. Nutrisi Ternak Dasar. Laboratorium Makanan Ternak Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta.

Kartadisastra, H. R. 1994. Pengelolaan pakan Ayam. Yogyakarta: Kanisius.

Khairul.2009 .Ilmu Gizi dan Makanan Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.
Lukito, Agung. 2007. Lobster Air Tawar. Jakarta : penebar swadaya.

Nagappa A. N., Thakurdesai P. A., Rao V. and Singh J. (2003). Antidiabetic
activity of Terminalia catappa Linn. Fruits.Journal of
Ethnopharmacology; 88: 45-50.

Persagi. 2009. Kamus Gizi. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara.

Rianto E., Purbowati E., 2010. Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar Swadaya,
Jakarta.



Sirait, J. 2007. Pertumbuhan dan serapan nitrogen rumput pada naungan dan
pemupukan yang berbeda. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor, Bogor.

Susi .  2001. Analisis dengan Bahan  Kimia .  Erlangga. Jakarta.

Sutardi, T. 2006. Landasan Ilmu Nutrisi Jilid 1. Departemen Ilmu Makanan
Ternak.Fakultas Peternakan IPB, Bogor.

Sumarsono. 2012. Kadar Protein Kasar dan Serat Kasar Eceng Gondok sebagai
Sumber Daya Pakan di Perairan yang Mendapat Limbah Kototran Itik.
Animal Agriculture Journal. 1 (1).

Sutisna, D. H. & Sutarmanto. 1995. Pembenihan Ikan Air Tawar. Yogyakarta:
Kanisius.

Syarif R, Syalid Y. 2000. Teknologi Penyimpanan Pangan. Jakarta : Arcan
Kerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB.
Tan, G. T., Pezzuto, J. M., Kinghorn, A. D. and Hughes, S. H., (1999). Evaluation
of naturalproducts as inhibitors of human immunodeficiency virus type 1 (HIV-1) reverse transcriptase, Journal of Natural Products; 54: 143–154.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro Kusuma, dan S.
Lebdosoekoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro Kusuma, dan S.
Lebdosoekoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.





LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Analisis Kadar Air

Sampel

Berat Kertas Minyak I
Berat Sampel
Berat Kertas Minyak II
Sampel Masuk
Berat Botol Timbang
Setelah
Oven

--------------------------------- (g) -------------------------------------
5
0,3839
1,0008
0,3867
0,9980
12,5983
13,4823
6
0,3703
1,0007
0,3755
0,9955
21,0524
21,9312
Perhitungan kadar air :
Sampel Masuk 5          = (Kertas Minyak I + Sampel) – Kertas Minyak II
= (0,3839 + 1,0008) – 0,3867
= 0,9980
                                   
Sampel Masuk 6          = (Kertas Minyak I + Sampel) – Kertas Minyak II
= (0,3703 – 1,0007 ) – 0,3755
= 0,9955

Kadar Air                    =
Kadar Air 5                 =
= 11,42 %                                        
Kadar Air 6                 =
                        = 11,72%
Rata-rata kadar Air     =
Bahan Kering = 100% - 11,57 %
= 88,43%


Lampiran 1. Perhitungan Analisis Kadar Air (lanjutan)
Bahan Kering Total =
=   
= 0,7958 x 100%
= 79,58 %
Kadar Air Total        = 100 – 79,58 
                                 = 20,42 %














Lampiran 2. Perhitungan Analisis Kadar Abu
Sampel
Berat Kertas Minyak I
Sampel
Berat Kertas Minyak II
Sampel Masuk
Crussible Porceline
Berat Setelah Tanur
---------------------------------------- (g) -------------------------------------
5
0,3252
1,0007
0,3319
0,9940
23,8493
23,9488
6
0,3816
1,0006
0,3885
0,9937
20,3065
20,4513
Perhitungan kadar abu :
Sampel Masuk 5          =(kertas minyak I + sampel) – kertas minyak II                                                         = (0,3252 + 1,0007) – 0,3319)
                                    = 0,9940

Sampel Masuk 6          = (Kertas Minyak I + Sampel) – Kertas Minyak II
                                    = (0,3816+ 1,0006) – 0,3885)
                                    = 0,9937
 Kadar Abu                 =
Kadar Abu 1               =
= 10,01
Kadar Abu 2               =
= 14,57 %
Rata-rata Kadar Abu  =
                                    = 12,29%
Konversi Bahan Kering=
                                      = 13,88 %

Lampiran 3. Perhitungan Analisis Kadar Serat Kasar
Sampel
Berat Kertas Minyak I
Berat Sampel
Berat Kertas Minyak II
Kertas Saring
Setelah Oven
Sampel Tanur

------------------------------------------------ g ---------------------------------
1
0,3180
1,0000
0,3194
1,0413
21,3838
20,0114
2
0,3208
1,0001
0,3221
1,0208
21,2328
19,0658
Perhitungan kadar serat kasar :
Sampel Masuk 1          =(kertas minyak I + sampel) – kertas minyak II                                                                     = (0,3180 + 1,0000) - 0,3194
                                    = 0,9986
Sampel Masuk 2          = (kertas minyak I + sampel) – kertas minyak II
                                    = (0,3208 + 1,0001) – 0,3221
                                    = 0,9888
Serat Kasar                  =
Serat Kasar 1               =
= 33,15 %                                        
Serat Kasar 2               =
= 35,01
Rata-rata Serat Kasar  =
                                    = 34,08 %
Konversi  Bahan Kering         =
                                                = 38,54 %
                                               



Lampiran 4. Perhitungan Analisis Kadar Lemak Kasar
Sampel
Berat Kertas Minyak I
Sampel
Berat Kertas Minyak II
Sampel Masuk
Berat Kertas Saring
Setelah Oven I
Setelah Oven II

 ---------------------------------------- (g) -----------------------------------
1
0,3582
1,0005
0,3672
0,9915
1,1755
2,0716
2,0222
2
0,3826
1,0008
0,3930
0,9904
1,1603
2,0609
2,0102
Perhitungan kadar lemak kasar :
Sampel Masuk 1          = sampel – (kertas minyak II – kertas minyak I)
                                    = 1,0005 – (0,3672 – 0,3582)
= 0,9915
Sampel Masuk 2          = sampel – (kertas minyak II – kertas minyak I)
= 1,0008 – (0,3930 – 0,3826)
                                    = 0,9904
Kadar Lemak              =
Kadar Lemak 1           =
            = 5,51 %
Kadar Lemak 2           =
            = 5,63 %
Rata-rata Kadar Lemak =






Lampiran 5. Perhitungan Analisis Kadar Protein Kasar
Sampel
Berat Kertas Minyak I
Sampel
Berat Kertas Minyak II
Titran Sampel
Blanko
Sampel Masuk

 ----------------------------------(g)--------------
 ---------- (ml) -------
1
0,3591
1,0009
0,3624
4,5
0,3
0,9976
2
0,3601
1,0007
0,3623
3,4
0,3
0,9985
Perhitungan kadar protein kasar :
Sampel Masuk 3          = Sampel – (Kertas minyak II – Kertas minyak I)                                                                  = 1,0009 – (0,3624 – 0,3591)
                                    = 0,9976
Sampel Masuk 4          = Sampel – (Kertas minyak II – Kertas minyak I)
                                    = 1,0007 – (0,3623 – 0,3601)
                                    = 0,9985
Protein Kasar              =
Protein Kasar 3           =
            = 3,68%
Protein Kasar 4           =
            = 2,72 %
Rata-rata Protein Kasar           =
                                                = 3,2 %
Konversi Bahan Kering          =
                                                = 3,62%


Lampiran 6. Perhitungan Analisis Kadar Bahan Ektrak Tanpa Nitrogen
Perhitungan kadar protein kasar :
BETN              = 100% - % (Abu + Protein Kasar + Lemak Kasar + Serat Kasar)   
                        = 100 % - (13,89% + 3,62% +5,51% + 38,54%)
                        = 38,44 %


Tidak ada komentar:

Posting Komentar