ILMU
NUTRISI TERNAK
Disusun oleh :
Kelompok III
FAKULTAS
PETERNAKAN DAN PERTAIAN
UNIVERSITASDIPONEGORO
SEMARANG
2014
LEMBAR
PENGESAHAN
Judul : LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TILIK TERNAK
Kelompok : VIII
(DELAPAN)
Jurusan : S-1 PETERNAKAN
Tanggal Pengesahan :
Desember 2014
Menyetujui,
Dosen
Koordinator Praktikum
Ilmu
Tilik Ternak
NIP.
|
Asisten
Pembimbing
Khanza Syahira Dhia
|
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
penulis ucapakan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
Kemudian
tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir.Sutrisno
M.P. Selaku Dosen Koordinator Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak,
dan Wardiman selaku
Asisten Pembimbing yang telah membimbing dan membantu penulis dalam
menyelesaikan laporan ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukkan
yang bersifat membangun demi penyempurnaan laporan ini.
Demikian kata pengantar dari
penulis, penulis menyampaikan terimakasih atas perhatian dan koreksi dari
berbagai pihak.
Semarang, Juni 2014
Kelompok IIIE.
2014. Laporan Resmi Praktikum Ilmu Nutrisi
Ternak. ( Asisten: Wardiman)
Paktikum
Ilmu Nutrisi Ternak dilaksanakan pada hari Senin-Selasa tanggal 2-3 Juni 2014
pukul 05.45-24.00 WIB di Laboratorium Ilmu Nutrisi Pakan, Fakultas Peternakan
dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
Praktikum
Ilmu Nutrisi Ternak dengan materi Analisis Proksimat menggunakan daun ketapang
jatuh dari pohon yang dikeringkan dan diblender menjadi tepung sebanyak 1,5 kg.
Alat yang digunakan adalah botol timbang
untuk tempat bahan dianalisis, timbangan analisis untuk menimbang bahan, oven
untuk engeringkan alat dan bahan, selenium sebagai katalisator, eksikator untuk
mendinginkan bahan, crucible porcelain sebagai
tempat bahan, tanur listrik untuk memijarkan bahan, beaker
glass untuk
mengukur volume, corong buncheruntuk
memudahkan memasukkan bahan, kertas
saring sebagai penyaring, soxhlet tempat pemisahan lemak, pendingin tegak untuk
mendinginkan, kompor listrik untuk memanaskan sampel, labu destruksi sebagai
tempat bahan saat proses destruksi, gelas ukur 50 ml sebagai tempat mengukur,
gelas ukur 100 ml sebagai tempat mengukur, pipet volume 25 ml untuk memindahkan
bahan, labu destruksi 1000 ml sebagai tempat bahan saat proses destruksi, buret
makro 50 ml untuk meneteskan reagen, corong gelas untuk mempermudah memasukan
reagen, labu Erlenmeyer 250 ml, dan 500 ml untuk menampung hasil titrasi. Bahan
yang digunakan H2SO4 0,3 50 ml untuk menghilangkan
protein, NaOH 1,5 N 25 ml untuk menghilangkan lemak, aseton 25 ml untuk
mengringkan yang basah, aquades panas untuk membuka pori-pori kertas, N-hexan
untuk mengekstraksi lemak, H3BO3 4% sebagai penampung
destilat, indikator (MR + MB) sebagai indikator warna, NaOH 4% dan HCL 0,1 N
untuk membantu proses titrasi.
Berdasarkan hasil analisis proksimat
daun ketapang yang jatuh dari pohon, diperoleh hasil sebagai berikut: kadar air
sebesar 11,57%, kadar abu sebesar 12,29%, kadar serat kasar sebesar 38,54 %,
protein kasar sebesar 3,2%, lemak kasar sebesar 5,57%, dan kadar BETN sebesar
38,44%. Faktor yang mempengaruhi
kandungan nutrisi dari daun ketapang ialah umur tanaman. Daun ketapang
merupakan bahan pakan hijauan yang memiliki kandungan serat kasar dan kandungan energi
cukup tinggi sehingga berpotensi
digunakan sebagai pakan ternak.
Kata
Kunci :
Daun Ketapang kering, kadar air, kadar abu, serat kasar, lemak kasar dan
protein kasar.
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................... iii
DAFTAR TABEL....................................................................................... v
DAFTAR TABEL....................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... vii
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................... 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 2
2.1. Analisis Proksimat (Kadar Air, Kadar Abu, Serat Kasar,
Lemak Kasar, Protein Kasar, BETN)..................................... 2
2.2. Daun Ketapang....................................................................... 5
BAB III. MATERI DAN METODE.......................................................... 6
3.1. Materi...................................................................................... 6
3.2. Metode.................................................................................... 8
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................. 12
4.1. Pembahasan............................................................................ 12
4.1. Kadar Air......................................................................... 13
4.1.2. Kadar Abu.................................................................... 14
4.1.3. Kadar Serat Kasar......................................................... 15
4.1.4. Kasar Lemak Kasar....................................................... 16
4.1.5. Kadar Protein Kasar..................................................... 16
4.1.6. Kadar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)............ 17
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN......................................................... 19
5.1. Simpulan................................................................................. 19
5.1. Saran....................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 20
LAMPIRAN................................................................................................ 22
Tabel Halaman
1.
Hasil Analisis Proksimat..................................................................... 12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Perhitungan
Analisis Kadar Air............................................................ 22
2. Perhitungan
Analisis Kadar Abu.......................................................... 24
3. Perhitungan
Analisis Kadar Serat Kasar.............................................. 25
4. Perhitungan
Analisis Kadar Lemak Kasar........................................... 26
5. Perhitungan
Analisis Kadar Protein Kasar............................................ 27
6. Perhitungan
Analisis Kadar Bahan Ektrak Tanpa Nitrogen.................. 28
PENDAHULUAN
Bahan
pakan adalah suatu bahan yang bisa dimakan dan dicerna oleh ternak untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan dicerna tanpa membuat ternak sakit.Ternak
membutuhkan pakan untuk pertumbuhan, reproduksi, dan produksinya. Lemak,
protein, karbohidrat, vitamin, air dan mineral yang dibutuhkan untuk proses
tersebut, dengan adanya komponen itu ternak akan cepat tumbuh. Tidak semua
ternak memerlukan asupan yang sama, karena itu diperlukan analisis pada bahan
pakan untuk membuat ransum yang tepat untuk dikonsumsi ternak. Analisis
proksimat adalah analisis yang mengidentifikasi kandungan nutrisi dari bahan
pakan. Analisis ini memudahkan juga dalam mengidentifikasi suatu kandungan
nutrisi pada bahan pakan.
Tujuan analisis proksimat adalah
untuk mengetahui kandungan nutrisi yang ada pada bahan pakan agar memudahkan
dalam pembuatan ransum untuk ternak.Manfaat analisis proksimat adalah dapat
mengetahui tentang kandungan nutrisi yang ada pada bahan pakan.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Analisis Proksimat
Analisis
proksimat adalah analisis kimia yang bertujuan untuk mengetahui presentase
nutrien dalam pakan yang hasilnya mendekati hasil sebenarnya. Analisis
proksimat digunakan untuk menentukan kualitas pakan buatan karena prosedurnya
mudah dan relatif murah (Afrianto dan Liviawati, 2005). Zat yang diamati dalam
analisis proksimat antara lain kadar air, kadar abu, kadar serat kasar, kadar
lemak kasar, kadar protein dan BETN. BETN adalah hasil pengurangan bahan kering
dengan komponen , abu, lemak, nitrogen total, dan serat (Hernawati, 2000).
Faktor yang mempengaruhi analisis proksimat pada daun adalah umur
tanaman dan keadaan daun mempengaruhi kandungan bahan pakan (Rianto et al.,2010)
Kadar
air adalah banyaknya air dalam suatu bahan yang ditentukan dari pengurangan
suatu bahan yang dipanaskan pada suhu pengujian (SNI, 1992). Kadar air dalam
bahan pakan menentukan kesegaran dan daya awet bahan pakan tersebut, sehingga
mempengaruhi penampakan dan tekstur (Persagi, 2009). Kadar air dipengaruhi oleh
interval pemotongan, semakin tua dan semakin panjang interval pemotongan suatu
tanaman, maka akan semakin meningkatkan kandungan bahan kering dan menurunkan
kandungan air dalam tanaman tersebut (Astuti, 2006). Fungsi dari air adalah sebagai zat pelarut pada proses pencernaan dan
metabolisme (Kartadisastra, 1994). Kandungan kadar
air pada daun ketapang sebesar 77% (Farida et
al., 2004).
Kadar
abu merupakan sisa pembakaran sempurna bahan pakan. Penentuan kadar abu ditentukan
dengan membakar bahan pakan tapi hanya zat-zat organik dan sisanya disebut abu
(Syarif, 2000).
Fungsi dari kadar abu dalam suatu bahan adalah untuk menentukan mineral yang
terkandung dalam suatu bahan pakan, kemurnian dan kebersihan suatu bahan pakan
yang dihasilkan (Persagi, 2009). Kadar abu suatu bahan pakan dipengaruhi oleh
suhu tinggi karena pada suhu tinggi bahan organik akan terbakar dan sisanya
merupakan abu (Sutardi, 2006). Umur juga salah satu faktor yang mempengaruhi variasi kombinasi unsur-unsur mineral dalam bahan makanan berasal
dari tanaman, sehingga nilai abu tidak dapat dipakai sebagai indeks untuk
menentukan jumlah unsur mineral tertentu atau kombinasi unsur-unsur yang
penting (Tillman et al.,1998).
Kandungan kadar abu pada daun ketapang sebesar 1,65% (Farida et al., 2004).
Kadar
serat kasar adalah kandungan serat kasar yang dinyatakan dalam presentase
(Tillman et al., 1991). Faktor yang
mempengaruhi kandungan serat kasar adalah penyerapan
unsur N yang rendah dapat mengakibatkan protoplasma tinggi, sehingga terjadi
penebalan dinding sel pada tanaman, sehingga tanaman lebih banyak mengandung
serat dan keras (Sumarsono, 2012). Faktor lain adalah umur tanaman yaitu semakin dewasa tanaman kadar serat kasarnya
semakin bertambah, yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya komposisi
kimiawi sesuai dengan umur, bagian tanaman, musim dan jenis (Brewbaker
et al., 1996). Fungsi dari serat kasar adalah memberi rasa
kenyang pada hewan karena mengandung selulosa, hemiselulosa (Persagi, 2009). Kandungan serat kasar pada daun ketapang sebesar 4,66% (Farida et al., 2004).
Lemak
adalah adalah senyawa organik kompleks yang tidak larut dalam air tetapi larut
dalam pelarut organik (Lukito, 2007). Ekstrasi dari klorofil, xanthofil, dan
karoten adalah proses menentukan lemak kasar (Khairul, 2009). Faktor yang
mempengaruhi lemak adalah adanya vitamin A, D, E, dan K yang bisa larut
(Persagi, 2009). Faktor lain yang juga mempengaruhi lemak adalah umur dan
susunan asam lemaknya, semakin
tanaman tua maka semakin banyak pula tanaman memproduksi asam lemaknya (Tillman
et al., 1991).
Fungsi dari lemak adalah sebagai sumber penghasil energi (Kartadisastra, 1994).
Kandungan lemak kasar pada daun ketapang sebesar 0,46% (Farida et al., 2004).
Kadar
protein kasar adalah kandungan protein pada bahan pakan yang dinyatakan dalam
persen (Persagi, 2009). Faktor yang mempengaruhi protein adalah jumlah nitrogen
yang diperoleh bukan dari protein saja, tetapi dari senyawa bukan protein juga
tapi juga senyawa lainnya (Sirait. 2007). Faktor lain yang juga mempengeruhi
kadar protein adalah faktor species, bagian tanaman yang dianalisis
dan umur tanaman. Semakin tua umur tanaman maka kadar protein kasarnya semakin
berkurang (Kamal, 1999). Kandungan protein
kasar pada daun ketapang sebesar 4,66% (Farida et al., 2004).
BETN
merupakan kandungan zat dengan mengurangi kadar air, kadar abu, serat kasar,
lemak kasar, dan protein kasar (Susi, 2001). BETN
mengandung mono-, di-, tri- dan tetra-sakarida dan beberapa bahan yang termasuk
hemiselulosa (Hartati, 2002). Perbedaan
hasil analisis kadar BETN disebabkan adanya kesalahan analisis dari zat ,karena kadar BETN diperoleh dari pengurangan 100% dengan presentase
kadar abu, lemak kasar, protein kasar dan serat kasar (Tillman et al., 1991). Kandungan
BETN pada daun ketapang sebesar 12,57% (Farida et al., 2004).
2.2. Daun Ketapang
Daun
ketapang atau Terminalia catappa adalah salah satu pohon yang ditemukan di Ghana. tumbuh di alam liar tetapikadang-kadang dibudidayakan
untuk tujuanhias.Pada tanaman ini ditemukan zat anti-HIV reverse transcriptase
(Tan etal.,1999),hepatoprotektif,
anti-inflamasi,afrodisiak dan anti-diabetes (Nagappa et al.,2003). Kandungan protein
dibawah 18%, TDN 60% dan serat kasarnya lebih dari 10% adalah bahan pakan
sumber energi (Hadipenata, 2007).
Kandungan pada daun ketapang adalah 77% air, 1,65% abu, 4,66% serat kasar,
0,46% lemak kasar, 4,66% protein kasar, dan 12,57% BETN (Farida et al., 2004).
MATERI
DAN METODE
Praktikum
Ilmu Nutrisi Ternak dengan materi
Analisis Proksimat yang dilaksanakan pada hari Senin-Selasa, 2-3 Juni 2014
pukul 06.00-24.00 di Laboratorium Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan dan Pertanian,
Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum
analisis proksimat adalah botol timbang sebagai tempat bahan yang akan di
analisis dan untuk tempat saat bahan ditimbang, timbanganan analitis sebagai
alat untuk menimbang bahan, oven untuk mengeringkan bahan, dan eksikator untuk
mendinginkan bahan setelah keluar dari oven.crucible
pocelain sebagai tempat bahan yang akan di analisis, oven untuk
mengeringkan bahan, eksikator untuk mendinginkan bahan setelah keluar dari oven
dan tanur listrik, timbangan analitik untuk menimbang bahan, dan tanur listrik
untuk memijarkan bahan. labu dekstruksi yang berfungsi sebagai tempat untuk
melakukan tahap destruksi, timbangan
analitis yang berfungsi untuk menimbang berat sampel, oven yang berfungsi untuk
mengeringkan labu Erlenmeyer dan gelas ukur, beker glass yang berfungsi untuk
mengukur volume larutan, buret yang berfungsi sebagai alat untuk mentitrasi
sampel yang sudah didestilasi, corong yang berfungsi untuk mempermudah
memasukan larutan standar kedalam buret, gelas ukur untuk mengukur volume dari
larutan, kompor listrik yang berfungsi untuk memanaskan sampel ketika proses
destruksi dalam lemari asam dan alat destilasi dan titrasi yang berfungsi untuk
mendestilasi dan mentitrasi sampel. Oven untuk mengeringkan bahan, eksikator
untuk mendinginkan bahan setelah keluar dari oven, timbangan analitis untuk menimbang
bahan, labu penyaring untuk menyaring bahan, soxhlet untuk tempat pemisahan
lemak dari bahan, pendingin tegak untuk mendinginkan uap menjadi air, water bath
untuk menbantu dalam pemisahan lemak dan selongsong penyaring untuk
membantu menyaring lemak. Bahan dalam
analisis kadar air adalah daun ketapang sebagai bahan sampel yang akan
dianalisis, selenium dan natrium sulfat yang berfungsi sebagai katalisator pada
saat destruksi, H2SO4 pekat yang berfungsi sebagai
larutan pada saat proses destruksi, H3BO4 4% yang
berfungsi sebagai penangkap nitrogen, metil red dan metil blue yang berfungsi
sebagai indikator, NaOH 45% yang berfungsi sebagai larutan standard HCL 0,1 N
yang berfungsi sebagai larutan titran standar, zat khemikalia N-Hexan yang
berfungsi untuk melarutkan lemak. H2SO4 0,3 N 50 ml yang
memiliki fungsi untuk melarutkan protein, NaOH 1,5 N 25 ml yang berfungsi
berfungsi sebagai pelarut lemak, Aseton 25 ml memiliki fungsi untuk
mengeringkan secara basah, aquades panas
100 ml memiliki fungsi membuka pori-pori kertas saring.
3.2. Metode
3.2.1. Kadar Air
Metode
dalam analisis kadar air pertama mencuci botol timbang kemudian mengeringkan
dalam oven selama 1 jam pada suhu 105-110oC, kemudian memasukkan ke
dalam eksikator selama 15 menit dan timbang.
Sejumlah sampel ditimbang ± 1 gram, kemudian memasukkan kedalam botol
timbang dan mengeringkan di dalam oven selama 4-6 jam pada suhu 105-110oC,
kemudian memasukkan ke eksikator selam 15 menit, lalu timbang. Melakukan pengeringan sampai berat sampel
konstan (selisih penimbangan minimal 0,2 mg).
Menghitung kadar air dari sampel bahan pakan menggunakan rumus
perhitungan kadar air sebagai berikut:
3.2.2 Kadar Abu
Metode
dalam analisis kadar abu pertama mencuci crucible
porcelaindengan air, mengeringkan dalam oven dengan suhu 105-110oC
selama 1 jam, mendinginkan dalam eksikator selam 15 menit dan ditimbang. Sejumlah sampel ditimbang ± 1 gram,
penimbangan menggunakan crucible
porcelain sebagai tempat.Memijarkan dala tanur listrik pada suhu 400-600oC
dalam waktu 4-6 jam, sampai menjadi abu semua.Mengangkat crucible porcelain dari tanur listrik, yang sebelumnya mendiamkan
dahulu sampai suhu 120oC, mendingikan dalam eksikator selama 15
menit. Menimbang kembali berat sampel dan menghitung kadar abu menggunakan
rumus perhitungan kadar abu sebagai berikut:
3.2.3. Kadar Protein
Metode
dalam analisis kadar protein kasar yaitu menimbang sampel seberat 1 g dan
memasukannya ke dalam labu destruksi. Kemudian menimbang katalisator
masing-masing seberat 1 gram dan mencampur ke dalam labu destruksi.Setelah itu
menambahkan H2SO4 pekat sebanyak 15 ml kemudian di
destruksi dalam lemari asam hingga warna berubah menjadi hijau jernih dan
setelah itu menunggu hingga dingin. Selanjutnya melakukan proses destilasi
dengan menggunakan penangkap H3BO3 4% sebanyak 20 ml dan
menambahkan 2 tetes metil red dan metil blue. Memasukkan sampel yang telah
didestruksi kedalam labu destilasi kemudian menambahkan 50 ml aquades dan 40 ml
NaOH 45%.Setelah itu melakukan destilasi sampai penangkap berubah warna menjadi
hijau. Selanjutnya mentitrasi hasil destilasi dengan menggunakan HCL 0,1 N
sampai terbentuk warna ungu. Kemudian menghitung kadar protein kasar dengan
rumus perhitungan kadar protein kasar sebagai berikut:
3.2.4. Kadar Lemak
Metode
dalam analisis kadar lemak pertama menimbang sampel sebanyak 1 gram pada kertas
saring. Membungkus sampel dengan menggunakan
kertas saring, selanjutnya dioven pada suhu 110 oC selam 6
jam.Mengeluarkan sampel dari oven, kemudian memasukkan ke eksikator selam 15
menit, kemudian timbang. Memasukkan
sampel ke dalam alat soxhlet yang telah terpasang dalam water bath, tuangkan N-Hexan, selanjutnya memasang alat pendingin
tegak yang telah dialiri air dingin.
Kemudian melakukan penyarian (ekstraksi) dengan N-Hexan di dalam soxhlet
kurang lebih 3-4 jam (atau putaran sirkulasi sebanyak 8-1- kali). Kemudian mengeluarkan sampel dari soxhlet dan
diangin-anginkan sampai bau N-Hexan hilang.Mengeringkan kertas saring yang
berisi sampel dalam oven pada suhu 110oC selam 6 jam, memasukkan
eksikator selama 15 menit, kemudian menimbang sampel, menghitung kadar lemak
kasar dengan menggunakan rumus untuk perhitungan lemak kasar sebagai berikut:
3.2.5. Kadar Serat Kasar
Metode
dalam analisis serat kasar pertama mencuci semua alat-alat dan pereaksi.Mengeringkan
crucible porcelain dengan memasukkan
dalam oven pada suhu 105-110oc selama 1 jam, memasukkan dalam
eksikator selama 15 menit dan menimbangnya, menimbang sampel ± 1 gram dan memasukkan
dalam gelas beker. Memasukkan 50 ml H2SO4
0,3 M pada gelas beker yang berisi sampel dan memasak hingga 30 menit setelah
mendidih, memasukkan NaOH 1,5 N dan memasak hingga 30 menit setelah
mendidih. Menyaring cairan tersebut
dengan menggunakan kertas saring yang telah dipasang corong, menyaring di dalam
labu penyaringan, mencuci berturut-turut dengan 50 ml Aquades panas, sampel yang sudah dimasak, 50 ml H2SO4
0,3 N, 50 ml Aquades panas, 25 ml
aseton. Mengeringkan kertas saring dan
isinya sertamemasukkan dalam crucible
porcelain lalu mengeringkan dalam oven pada suhu 105-110oc selama
1 jam, memasukkan dalam eksikator selam 15 menit. Memasukkan pada tanur listrik pada suhu
400-600oc selama 6 jam, lalu masukkan eksikator 15 menit, kemudian menimbang sampel. Menghitung kadar serat kasar dengan
menggunakan rumus untuk menghitung kadar serat kasar secara proksimat. Apabila
semua analisis sudah diketahui hasilnya maka mencari kadar BETN dengan cara
mengurangi 100% dengan persentase dari jumlah kadar abu, kadar lemak, kadar protein
dan kadar serat kasar.
HASIL
PEMBAHASAN
Berdasarkan
praktikum analisis proksimat daun ketapang diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel1.
Hasil analisis proksimat Daun Ketapang Kering
Kandungan Nutrisi
|
Hasil Praktikum*
|
Literatur**
|
------------------------ 100%
BK----------------------
|
||
Kadar Air
|
20,42%
|
77%
|
Kadar Abu
|
13,88%
|
1,65%
|
Kadar Serat Kasar
|
19,26%
|
4,66%
|
Kadar Lemak Kasar
Kadar Protein Kasar
Kadar BETN
|
5,57%
3,62%
38,44%
|
0,46%
4,66%
12,57%
|
Sumber : *Data Primer Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak, 2013.
**Farida et al., (2004)
4.1. Pembahasan
Berdasarkan hasil
praktikum analisis proksimat pada daun ketapang kering diperoleh hasil bahwa
daun ketapang kering mengandung 20,42% kadar air, 13,88% kadar abu, 19,26%
serat kasar, 5,57% lemak kasar, 3,62% protein kasar dan 38,44 kadar BETN. Hasil
ini berbeda dengan pendapat Farida et
al., (2004) yang menyatakan bahwa daun ketapang mengandung 77% kadar air,
1,65% kadar abu, 4,66% serat kasar, 0,46% lemak kasar, 4,66% protein kasar, dan
12,57% kadar BETN.
4.1.1. Kadar Air
Berdasarkan hasil analisis, daun ketapang kering
memiliki kandungan air sebanyak 20,42%. Hasil analisis ini lebih rendah jika
dibandingkan dengan pendapat Farida et al.,
(2004) yang menyatakan bahwa daun ketapang mengandung kadar air sebanyak 77%.
Perbedaan hasil analisis ini disebabkan oleh umur daun ketapang yang dianalisis
memiliki umur yang berbeda. Daun ketapang yang dianalisis merupakan daun yang
sudah tua dan kering sehingga kandungan airnya lebih rendah jika dibandingkan
daun ketapang muda. Tanaman yang masih muda akan banyak mengandung air dan
sedikit kandungan bahan keringnya, namun semakin tua tanaman maka kandungan
airnya semakin menurun dan kandungan bahan keringnya meningkat. Hal ini sesuai
dengan Astuti (2006) yang menyatakan bahwa semakin tua dan semakin panjang interval
pemotongan suatu tanaman, maka akan semakin meningkatkan kandungan bahan kering
dan menurunkan kandungan air dalam tanaman tersebut.
Kadar
air adalah banyaknya air dalam suatu bahan yang ditentukan dari pengurangan
suatu bahan yang dipanaskan. Hal ini sesuai dengan SNI (1992) yang menyatakan
bahwa kadar air adalah banyaknya air dalam suatu bahan yang ditentukan dari
pengurangan suatu bahan yang dipanaskan pada suhu pengujian dan dihasilkan
dalam bentuk persen. Fungsi dari kadar air pada bahan pakan adalah menentukan
kesegaran pada bahan pakan tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Persagi (2009) yang menyatakan bahwa fungsi
air dari bahan pakan adalah menentukan kesegaran dan daya awet bahan pakan
tersebut, sehingga mempengaruhi penampakan dan tekstur. Sedangkan fungsi
lainnya adalah sebagai zat pelarut. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Kartadisastra (1994) yang menyatakan bahwa fungsi dari air adalah sebagai zat pelarut pada proses pencernaan dan
metabolisme
4.1.2 Kadar Abu
Berdasarkan
hasil analisis proksimat pada daun ketapang diperoleh hasil bahwa kadar abu
pada daun ketapang sebesar 13,88%. Hasil ini tidak sesuai dengan pendapat Farida et al., (2004)
yang menyatakan bahwa daun ketapang mengandung 1,65% kadar abu. Perbedaan hasil
analisis dengan literatur dikarenakan dalam pengambilan daun yang akan digunakan sebagai sampel memiliki umur
yang berbeda, sehingga unsur-unsur yang terkandung didalamnya juga berbeda. Hal
ini sesuai dengan pendapat Tillman et
al., (1998) yang menyatakan bahwa umur adalah salah satu faktor yang
memepengaruhi variasi kombinasi
unsur-unsur mineral dalam bahan makanan berasal dari tanaman, sehingga nilai
abu tidak dapat dipakai sebagai indeks untuk menentukan jumlah unsur mineral
tertentu atau kombinasi unsur-unsur yang penting.
Kadar abu merupakan
sisa pembakaran sempurna bahan pakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Syarif
(2000) yang menyatakan bahwa sisa pembakaran dari zat zat organik disebut abu. Fungsi dari kadar abu adalah
untuk menentukan kadar mineral pada suatu bahan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Persagi (2009) yang menyatakan bahwa
fungsi dari kadar abu dalam suatu bahan adalah untuk menentukan mineral yang
terkandung dalam suatu bahan pakan, kemurnian dan kebersihan suatu bahan pakan
yang dihasilkan.
4.1.3. Kadar Serat Kasar
Berdasarkan hasil
analisis proksimat pada daun ketapang diperoleh hasil bahwa kadar serat kasar
pada daun ketapang sebesar 19,26%. Hasil ini lebih besar dari pendapat Farida et al., (2004) yang menyatakan bahwa
daun ketapang mengandung 4,66% serat kasar. Perbedaan dengan literatur ini
dikarenakan ada beberapa faktor seperti umur daun yang terlalu tua. Hal ini
sesuai dengan pendapat Brewbaker et al., (1996) yang menyatakan
bahwa semakin dewasa tanaman kadar serat kasarnya semakin
bertambah, yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya komposisi kimiawi
sesuai dengan umur, bagian tanaman, musim dan jenis.
Serat kasar adalah semua zat organik yang tidak dapat larut dalam
H2SO4 0,3 N dan dalam NaOH 1,5 N. Hal ini sesuai dengan
Anggorodi (1994) yang menyatakan bahwa pengertian serat kasar adalah zat
organik yang tidak dapat larut dalam larutan H2SO4 dan
dalam NaOH 1,5 N yang berturut turut dimasak selama 30 menit. Daun ketapang mengandung
serat kasar yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Kamal (1999)
yang menyatakan bahwa serat kasar daun ketapang merupakan sumber energi yang cukup tinggi
sehingga berpotensi untuk digunakan dalam penyusunan ransum.
4.1.4. Kadar Lemak Kasar
Berdasarkan
hasil analisis proksimat pada daun ketapang diperoleh hasil bahwa kadar lemak
pada daun ketapang sebesar 5,57%. Hasil ini
lebih besar dari pendapat Farida et al.,
(2004) yang menyatakan bahwa daun ketapang mengandung 0,46% kadar lemak. Perbedaan
dengan literatur dikarenakan adanya perbedaan umur pada daun. Hal ini sesuai
dengan Tillman et al. (1991) yang
menyatakan bahwa perbedaan lemak tergantung dari susunan asam lemaknya semakin
tua tanaman maka semakin banyak pula tanaman memproduksi asam lemaknya. Ditambahkan
oleh Lukito (2007) yang menyatakan bahwa
faktor yang mempengaruhi lemak adalah adanya vitamin
A, D, E, dan K yang bisa larut. Lemak kasar adalah campuran beberapa
senyawa yang tidak larut dalam air tetapi
larut dalam pelarut lemak (ether, petroleum benzene, karbon tetra khorida). Hal
ini sesuai dengan Tillman et al., (1998) lemak kasar adalah
sampel bahan kering yang diekstraksi
dengan diethyl ether selama
beberapa jam. Hal
ini diperkuat oleh pendapat Khairul
(2009) yang menyatakan bahwa kandungan pada lemak kasar bukanlah lemak murni
melainkan klorofil, xanthofil dan karoten. Fungsi dari lemak adalah
sebagai sumber penghasil energi. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Kartadisastra (1994) yang menyatakan bahwa fungsi
dari lemak adalah sebagai sumber penghasil energi untuk mahluk hidup.
4.1.5. Kadar Protein Kasar
Berdasarkan hasil analisis proksimat
pada daun ketapang diperoleh hasil bahwa kadar protein kasar pada daun ketapang
sebesar 3,62%. Hasil ini lebih kecil dari
pendapat Farida et al., (2004) yang
menyatakan bahwa daun ketapang mengandung 4,66% protein kasar. Perbedaan dengan
literature ini dikarenakan umur daunnya terlalu tua. Hal ini sesuai dengan pendapat Kamal (1999) yang
menyatakan bahwa kadar protein kasar dipengaruhi oleh faktor species, bagian tanaman yang dianalisis dan umur tanaman. Semakin
tua umur tanaman maka kadar protein kasarnya semakin
berkurang.
Kadar protein kasar adalah kandungan
protein pada bahan pakan yang dinyatakan dalam persen. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Persagi (2009) yang
menyatakan bahwa kadar protein kasar adalah jumlah protein pada bahan pakan
yang dinyatakan dalam persen. Fungsi protein itu sendiri yaitu berperan dalam
proses pertumbuhan, produksi dan reproduksi. Maka dari itu keberadaannya dalam
ransum sangat diperhatikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartadisastra
(1994) yang menyatakan bahwa fungsi dari protein itu sendiri adalah berperan
dalam proses pertumbuhan, produksi dan reproduksi.
4.1.6. Kadar BETN
Berdasarkan hasil
analisis proksimat pada daun ketapang diperoleh hasil bahwa kadar BETN pada
daun ketapang sebesar 38,44%. Hasil ini lebih besar dari pendapat Farida et al., (2004) yang menyatakan bahwa
daun ketapang mengandung BETN sebesar 12,57%. Perbedaan hasil ini dimungkinkan
karena faktor umur. Hal ini sesuai dengan Brewbaker (1996) yang menyatakan
bahwa perbedaan hasil analisis
dikarenakan faktor umur, semakin tua tanamannya maka semakin banyak serat kasar
yang terkandung sehingga akan mempengaruhi kadar BETN, karena kadar BETN diperoleh dari pengurangan 100% dengan presentase kadar abu, lemak
kasar, protein kasar dan serat kasar. Hal ini diperkuat oleh Tillman et al., (1991) yang menyatakan bahwa kadar BETN diperoleh
dari pengurangan 100% dengan presentase kadar abu, kadar lemak kasar, kadar
protein kasar, dan kadar serat kasar.
BETN adalah hasil pengurangan bahan kering
dengan komponen ,abu, lemak, nitrogen total, dan serat. Hal ini sesuai dengan
Susi (2001) yang menyatakan bahwa BETN merupakan kandungan zat dengan
mengurangi kadar ar, kadar abu, serat kasar, lemak kasar, dan protein kasar.
Fungsi dari BETN pada bahan pakan adalah untuk menguji kualitas pakan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sutisna (1995) yang menyatakan bahwa kualitas pakan yang
baik adalah pakan yang mengandung BETN tinggi dan serat kasar yang rendah
(lebih kecil dari 8%).
SIMPULAN
DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum Ilmu Nutrisi Ternak, dapat
disimpulkan bahwa Analisis proksimat adalah analisis
kimia yang bertujuan untuk mengetahui presentase nutrien dalam bahan pakan yang
hasilnya mendekati hasil sebenarnya. Daun ketapang yang sudah di analisis
mengandung kadar abu, serat kasar, lemak kasar, BETN hasilnya lebih tinggi dibanding literatur.
Sedangkan untuk kadar air dan protein kasar hasilnya lebih rendah dibanding
literatur. Hal ini disebabkan
karena faktor-faktor
yang mempengaruhi perbedaan kandungan nutrien dan fraksi yang terdapat dalam
suatu bahan pakan meliputi keadaan
daun dan umur tanaman. Daun ketapang yang dianalisis sudah berumur tua dan
kering. Daun ketapang ketapang kering merupakan sumber hijauan karena
mengandung serat kasar yang tinggi.
5.2. Saran
Diharapkan
pada praktikum analisis proksimat para praktikan melakukannya dengan serius dan
tertib agar mendapatkan hasil yang mendekati nilai sebenarnya. Dalam praktikum,
praktikan diharapkan untuk berhati-hati karana praktikum berhubungan dengan
alat-alat yang bersuhu tinggi dan bahan kimia.
Afrianto, E. dan
E. Liviawaty. 2005. Pakan Ikan. Kanisius.Yogyakarta.
Anggorodi, R.
1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Astuti, Niken.
2006. Pengaruh Umur Pemotongan Terhadap Kandungan Nutrien
Rumput
Raja (King Grass). Yogyakarta : 2 (3)
18-28
Brewbaker, J. L.
1996. Genetika Pertanian. Gede Jaya : Seri Lembaga Genetika
modern.
Farida, Wartika Rosa, Nurjaeni, R. Mutia, dan D. Diapar. 2004. Kemampuan
Cerna Kuskus
Beruang (Ailurops ursinus) terhadap Pakan Alternatif di
Penangkaran. bioS MART Volume 6, (1) 65-70.
Hartati, Sri. 2002. Nutrisi Ternak Dasar. Universitas Jenderal
Soedirman.
Purwokerto.
Hadipenata,
Mulyana. 2007. Mengolah Dedak menjadi Minyak (Rice Bran Oil).
Dalam
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 29, No.4,
2007,
Bogor. pp 8 –10.
Hernawati. 2000.
Teknik Analisis Nutrisi Pakan, Kecernaan Pakan dan Evaluasi
Energi
pada Ternak. Jurusan Pendidikan Biologi. FMIPA Universitas
Pendidikan
Indonesia.
Kamal,
Muhammad. 1999. Nutrisi Ternak Dasar. Laboratorium Makanan Ternak Jurusan
Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta.
Kartadisastra,
H. R. 1994. Pengelolaan pakan Ayam. Yogyakarta: Kanisius.
Khairul.2009
.Ilmu Gizi dan Makanan Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.
Lukito, Agung.
2007. Lobster Air Tawar. Jakarta : penebar swadaya.
Nagappa A. N.,
Thakurdesai P. A., Rao V. and Singh J. (2003). Antidiabetic
activity
of Terminalia
catappa Linn.
Fruits.Journal of
Ethnopharmacology; 88:
45-50.
Persagi. 2009.
Kamus Gizi. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara.
Rianto
E., Purbowati E., 2010. Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Sirait, J. 2007. Pertumbuhan dan serapan nitrogen
rumput pada naungan dan
pemupukan yang
berbeda. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Susi . 2001. Analisis dengan Bahan Kimia . Erlangga. Jakarta.
Sutardi,
T. 2006. Landasan Ilmu Nutrisi Jilid 1. Departemen Ilmu Makanan
Ternak.Fakultas Peternakan IPB, Bogor.
Sumarsono. 2012. Kadar Protein
Kasar dan Serat Kasar Eceng Gondok sebagai
Sumber Daya Pakan di Perairan
yang Mendapat Limbah Kototran Itik.
Animal Agriculture Journal. 1 (1).
Sutisna, D. H. & Sutarmanto. 1995. Pembenihan
Ikan Air Tawar. Yogyakarta:
Kanisius.
Syarif
R, Syalid Y. 2000. Teknologi Penyimpanan
Pangan. Jakarta : Arcan
Kerjasama dengan Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi IPB.
Tan, G. T., Pezzuto, J. M., Kinghorn, A. D. and
Hughes, S. H., (1999). Evaluation
of
naturalproducts as inhibitors of human immunodeficiency virus type 1 (HIV-1)
reverse transcriptase, Journal of Natural Products; 54: 143–154.
Tillman, A. D.,
H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro Kusuma, dan S.
Lebdosoekoekojo.
1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University
Press, Yogyakarta.
Tillman, A. D.,
H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro Kusuma, dan S.
Lebdosoekoekojo.
1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University
Press, Yogyakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Analisis Kadar Air
Sampel
|
Berat Kertas Minyak I
|
Berat Sampel
|
Berat Kertas Minyak II
|
Sampel Masuk
|
Berat Botol Timbang
|
Setelah
Oven
|
|
|
--------------------------------- (g)
-------------------------------------
|
||||||
5
|
0,3839
|
1,0008
|
0,3867
|
0,9980
|
12,5983
|
13,4823
|
|
6
|
0,3703
|
1,0007
|
0,3755
|
0,9955
|
21,0524
|
21,9312
|
|
Perhitungan
kadar air :
Sampel
Masuk 5 = (Kertas Minyak I +
Sampel) – Kertas Minyak II
=
(0,3839 + 1,0008) – 0,3867
=
0,9980
Sampel
Masuk 6 = (Kertas Minyak I +
Sampel) – Kertas Minyak II
=
(0,3703 – 1,0007 ) – 0,3755
=
0,9955
Kadar Air =
Kadar
Air 5 =
=
11,42 %
Kadar
Air 6 =
= 11,72%
Rata-rata
kadar Air =
Bahan
Kering = 100% - 11,57 %
= 88,43%
Lampiran 1. Perhitungan Analisis Kadar Air
(lanjutan)
Bahan
Kering Total =
=
= 0,7958
x 100%
= 79,58 %
Kadar Air Total = 100 – 79,58
= 20,42 %
Lampiran 2. Perhitungan Analisis Kadar Abu
Sampel
|
Berat Kertas Minyak I
|
Sampel
|
Berat Kertas Minyak II
|
Sampel Masuk
|
Crussible Porceline
|
Berat Setelah Tanur
|
----------------------------------------
(g) -------------------------------------
|
||||||
5
|
0,3252
|
1,0007
|
0,3319
|
0,9940
|
23,8493
|
23,9488
|
6
|
0,3816
|
1,0006
|
0,3885
|
0,9937
|
20,3065
|
20,4513
|
Perhitungan
kadar abu :
Sampel Masuk 5 =(kertas
minyak I + sampel) – kertas minyak II =
(0,3252 + 1,0007) – 0,3319)
= 0,9940
Sampel Masuk 6 =
(Kertas Minyak I + Sampel) – Kertas Minyak II
=
(0,3816+ 1,0006) – 0,3885)
=
0,9937
Kadar Abu =
Kadar
Abu 1 =
= 10,01
Kadar
Abu 2 =
= 14,57 %
Rata-rata
Kadar Abu =
= 12,29%
Konversi
Bahan Kering=
=
13,88 %
Lampiran 3. Perhitungan Analisis Kadar Serat Kasar
Sampel
|
Berat Kertas Minyak I
|
Berat Sampel
|
Berat Kertas Minyak II
|
Kertas Saring
|
Setelah Oven
|
Sampel Tanur
|
|
------------------------------------------------
g ---------------------------------
|
|||||
1
|
0,3180
|
1,0000
|
0,3194
|
1,0413
|
21,3838
|
20,0114
|
2
|
0,3208
|
1,0001
|
0,3221
|
1,0208
|
21,2328
|
19,0658
|
Perhitungan
kadar serat kasar :
Sampel
Masuk 1 =(kertas minyak I +
sampel) – kertas minyak II = (0,3180 + 1,0000) - 0,3194
= 0,9986
Sampel Masuk 2 = (kertas minyak I + sampel) – kertas
minyak II
= (0,3208 +
1,0001) – 0,3221
= 0,9888
Serat
Kasar =
Serat
Kasar 1 =
=
33,15 %
Serat
Kasar 2 =
= 35,01
Rata-rata
Serat Kasar =
= 34,08 %
Konversi Bahan Kering =
= 38,54 %
Lampiran 4. Perhitungan Analisis Kadar Lemak Kasar
Sampel
|
Berat Kertas Minyak I
|
Sampel
|
Berat Kertas Minyak II
|
Sampel Masuk
|
Berat Kertas Saring
|
Setelah Oven I
|
Setelah Oven II
|
|
---------------------------------------- (g)
-----------------------------------
|
||||||
1
|
0,3582
|
1,0005
|
0,3672
|
0,9915
|
1,1755
|
2,0716
|
2,0222
|
2
|
0,3826
|
1,0008
|
0,3930
|
0,9904
|
1,1603
|
2,0609
|
2,0102
|
Perhitungan
kadar lemak kasar :
Sampel Masuk 1 = sampel – (kertas minyak II – kertas
minyak I)
= 1,0005 –
(0,3672 – 0,3582)
= 0,9915
Sampel
Masuk 2 = sampel – (kertas minyak
II – kertas minyak I)
= 1,0008 – (0,3930 – 0,3826)
= 0,9904
Kadar
Lemak =
Kadar
Lemak 1 =
=
5,51 %
Kadar
Lemak 2 =
=
5,63 %
Rata-rata
Kadar Lemak =
Lampiran 5. Perhitungan Analisis Kadar Protein Kasar
Sampel
|
Berat Kertas Minyak I
|
Sampel
|
Berat Kertas Minyak II
|
Titran Sampel
|
Blanko
|
Sampel Masuk
|
|
----------------------------------(g)--------------
|
---------- (ml) -------
|
||||
1
|
0,3591
|
1,0009
|
0,3624
|
4,5
|
0,3
|
0,9976
|
2
|
0,3601
|
1,0007
|
0,3623
|
3,4
|
0,3
|
0,9985
|
Perhitungan
kadar protein kasar :
Sampel
Masuk 3 = Sampel – (Kertas minyak
II – Kertas minyak I) = 1,0009 –
(0,3624 – 0,3591)
= 0,9976
Sampel Masuk 4 = Sampel – (Kertas minyak II – Kertas
minyak I)
= 1,0007 –
(0,3623 – 0,3601)
= 0,9985
Protein
Kasar =
Protein
Kasar 3 =
=
3,68%
Protein
Kasar 4 =
= 2,72 %
Rata-rata
Protein Kasar =
= 3,2 %
Konversi
Bahan Kering =
=
3,62%
Lampiran
6. Perhitungan Analisis Kadar Bahan Ektrak Tanpa Nitrogen
Perhitungan kadar protein kasar :
BETN = 100% - % (Abu + Protein Kasar +
Lemak Kasar + Serat Kasar)
= 100 % - (13,89% + 3,62%
+5,51% + 38,54%)
= 38,44 %
Tidak ada komentar:
Posting Komentar